13. Luka baru?

1K 124 18
                                    

Takdir dan waktu selalu bekerja dengan cara mereka sendiri. Salah satunya adalah dengan menyakiti.

-Aksara Waktu-

Betrand berdiri di sebuah pintu ruangan dengan perasaan ragu. Tangannya menggantung ketika hendak mengetuk pintu itu ragu. Betrand menghembuskan napas, meyakinkan diri. Ketika merasa keberaniannya cukup, tangannya mendekat ke pintu. Namun ketika hendak mengetuk tiba-tiba pintu itu terbuka menampilkan gadis dengan gaun di atas lutut berwarna hitam berkilauan dengan rambut di ikat satu.

Anneth tampak terkejut melihat sosok Betrand di sana. Betrand juga nampak terkejut karena pintu yang terbuka tiba-tiba. Mereka terlibat keheningan, sama-sama berdiri mematung di depan ruangan Anneth.

"Nyo," ucap Anneth memecah keheningan. Betrand menoleh sambil mengerutkan dahi seakan bingung apa yang ingin diucapkan gadis itu.

Anneth mengambil tangan kanan Betrand, meletakkan ikat rambut berwarna ungu di genggaman lelaki itu, "Maaf, tapi aku mau kita selesai disini."

Duarrrr

Bagai di sambar petir ditengah panasnya sinar matahari Betrand mematung di tempat, "J-jangan bercanda, a-ku gak suka candaan kamu sayang." Betrand berucap terbata-bata, dirinya masih di selimuti keterkejutan.

"Maaf tapi aku gak bercanda Nyo, aku mau kita selesai disini," jawab Anneth lirih sambil menunduk. Betrand menggeleng pelan, menggenggam kedua tangan Anneth dengan erat, "Tapi kenapa? Aku ada salah? Bilang sayang, jangan gini."

"Anneth dan Betrand silahkan bersiap di belakang panggung untuk penampilan duet kalian."

Crew berbaju hitam menghampiri mereka. Betrand sontak melepas genggaman tangannya. Sedangkan Anneth berusaha sebiasa mungkin, mengangguk lalu berjalan pergi di belakang crew itu menuju panggung.

Betrand menunduk, menatap ikat rambut di genggaman tangannya. Menghembuskan napas kasar, Betrand mendongkak lalu berjalan menuju panggung.

°°°°°

Anneth sedikit berlari keluar panggung sebisa menahan cairan bening yang hendak keluar dari pupil matanya. Anneth tidak memperdulikan orang-orang di sekitarnya yang menatap aneh ke arahnya. Yang ia inginkan adalah segera masuk ke ruangannya. Hanya itu.

Sedangkan di belakang sana, Betrand berlari menyusul pacarnya. Dirinya belum mengiyakan permintaan putus dari Anneth bukankah itu artinya kini dia masih pacar gadis itu.

Melihat Anneth yang sudah hampir memasuki ruangan, lelaki dengan baju biru itu mempercepat larinya. Namun sayang, gerakan nya terlambat. Pintu itu tertutup bahkan terdengar kunci di putar dari dalam sana.

Betrand berdiri didepan pintu, memandang lekat dengan penuh harap, "Neth buka, aku mau ngomong." Beberapa saat setelah mengucapkan itu tidak ada sahutan dari dalam seolah tidak ada kehidupan di dalamnya, begitu hening.

"Sayang...." lirih Betrand menyandarkan kepalanya di pintu putih itu. "Tolong buka, tolong...." pintanya.

"Kita selesai Nyo, selesai." Napas Anneth tercekat ketika mengucapkan kalimat paling menyakitkan yang pernah dirinya ucapkan.

"Aku mau waktu sendiri Nyo, aku mohon," ucapnya lagi memohon. Berusaha menahan isakan yang ingin meluncur bebas dari bibirnya.

Sedangkan di balik pintu itu Betrand nampak putus asa. Betrand mundur satu langkah, "Oke kalau itu mau kamu." Betrand berbalik melangkah menuju ruangannya.

Ketika suara langkah kaki itu kian menjauh dari pendengarannya, tubuh Anneth yang tadi menyandar ke pintu akhirnya merosot ke lantai. Kakinya tak sanggup lagi menahan beban tubuhnya. Dadanya begitu sesak seakan oksigen di sekitarnya sudah lenyap.

Aksara Waktu (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang