29. Berdamai

1K 109 13
                                    

Berdamai adalah cara sembuh paling sempurna

-Aksara Waktu-


Hari ini adalah hari dimana Betrand sudah diperbolehkan untuk rawat jalan meski masih harus menggunakan kursi roda mengingat beberapa jahitan dan retak pada kaki yang belum pulih total. 

"Nyo, Ayah dan yang lain harus segera pulang hari ini. Gak papa ya? Nanti Ayah kirim orang untuk temani kamu di apartement," ucap Ruben. Sebenarnya dia tidak tega meninggalkan putra pertamanya dalam keadaan seperti ini. Tapi kondisi perusahaan yang harus segera ia tangani mengharuskan dia melakukannya. 

Betrand mengangguk maklum, "Gak papa Yah, lagian aku udah sehat. Dan disini ada Anneth juga." Betrand menoleh dan tersenyum pada Anneth yang berdiri di belakang kursi rodanya. 

Akhirnya Betrand kembali ke apartement bersama Anneth, Mike, dan Amara. Saat melewati lobby rumah sakit, mereka berpapasan dengan Mahesa dan Retana. 

Mengerti arti tatapan kedua sahabatnya, Betrand angkat bicara, "Datang ke apartement gue, obrolin disana," ucapnya singkat kemudian meminta Anneth untuk kembali mendorong kursi rodanya. 

Retana meneguk ludah kasar, "Gue takut Sa." Mahesa mengelus pundak sahabatnya, "Kita harus hadapi Na, ini udah konsekuensinya." Retana hanya mengangguk setuju. 

Sedangkan Betrand dan yang lain, mereka sudah sampai di apartement pribadi Betrand. Setelah membantu Betrand untuk naik ke atas tempat tidur, Mike dan Amara memutuskan untuk keluar untuk memberi ruang kepada Anneth dan Betrand. 

Anneth duduk di tepi kasur, "Kamu nanti mau ngobrol bertiga sama Mahesa dan Retana?" tanyanya. 

"Kamu temani aku disini, aku gak bisa hanya sama mereka. Aku takut kelepasan," pinta Betrand. Anneth mengangguk menyetujui. 

"Aku mau beresin barang-barang kamu dulu. Biar cepat rapi dan gak ganggu pandangan mata." Anneth bangkit dan mulai membereskan barang-barang Betrand. Mulai dari pakaian kotor ia masukkan dalam keranjang, pakaian bersih ia kembalikan ke lemari, juga barang-barang pribadi Betrand. 

"Kamu mau aku masakin apa? Jangan makan makanan luar dulu, kamu baru sembuh."

Bukanya menjawab pertanyaan gadis didepannya, Betrand malah tersenyum penuh arti membuat Anneth kebingungan, "Kenapa senyum kayak gitu?"

"Gak papa, seneng aja. Berasa kamu jadi istri aku kalau liat begini," jawab Betrand enteng. Anneth merasa hawa tubuhnya meningkat tajam. Wajahnya merah menahan malu, juga bibirnya berkedut menahan senyum.

"Apa sih kamu." Anneth memutuskan keluar dari kamar.

"Loh kok keluar istri?! Suaminya masih sakit lo!" teriak Betrand menggoda Anneth.

"DIAM KAMU!" teriak Anneth balik dari luar kamar membuat Betrand tertawa puas.

"Lucu banget calon istri gue."

Namun keadaan langsung berubah saat terdengar suara ketukan pintu dari luar apartement. Betrand tau betul siapa yang datang. 

Tak lama, Anneth kembali masuk kedalam kamar, "Mereka datang, mau aku suruh kesini?" tanyanya dengan lembut.

"Iya, tapi kamu temani aku disini." Anneth mengangguk. Sebelum keluar kamar, ia mengelus lembut puncak kepala Betrand. 

Anneth mempersilahkan Mahesa dan Retana masuk. Mereka berdua duduk di sofa dalam kamar, sedangkan Anneth duduk di tepi ranjang bersama Betrand. 

"Maaf Alf," ucap Retana lagi setelah beberapa saat tidak ada yang membuka pembicaraan. 

"Untuk?" tanya Betrand dingin. Retana meremas ujung bajunya gugup.

Aksara Waktu (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang