《04》 Canggung

65 37 10
                                    

Selamat Membaca

****

Vyo membuka pintu kelasnya dan keluar dari sana. Gadis itu sedikit tersentak melihat seseorang yang ada di hadapannya, jantung gadis itu mulai berdetak tak karuan. Sial! Vyo belum terbiasa dengan situasi seperti ini. Vyo menarik nafas pelan berharap bisa lebih tenang, walaupun detak jantungnya tidak bisa berbohong. Vyo gugup, sangat gugup! Bagaimana tidak, pemuda yang disukainya sekarang berada di sana. Terlihat begitu tampan dan sempurna walaupun hanya ada wajah datar dingin yang disandingkan.

"Lo," ucap Vyo menggantung.

"Dewa? Ada apa?" lanjut Gadis itu dan langsung bertanya dengan to the point. Meskipun yang ada di hadapannya adalah sang pujaan hati, namun Vyo tetaplah Vyo. Selalu bicara seperlunya saja, dia sama sekali tidak berniat untuk basa-basi ataupun yang lainnya.

Dewa menatap Vyo datar, dia berhasil mengontrol diri. Walaupun kini jantungnya tidak bisa untuk diajak kompromi, apakah pemuda itu gugup? Tentu saja! Dewa itu jarang sekali bicara, apalagi dengan seorang gadis. Dan sekarang dia tengah berhadapan dengan seorang gadis yang disukainya. Benar, Dewa juga memiliki perasaan kepada Vyo bahkan sejak masih menjadi teman satu SMP. Tapi pemuda itu masih belum berani mengungkapkannya, ralat bukan belum berani. Namun menunggu waktu yang tepat, begitu pikir Dewa sejak dulu.

Vyo melambaikan tangan di depan wajah Dewa, saat melihat Dewa yang hanya berdiam melamun tanpa menjawab pertanyaannya.

"Halo...Wa, lo nggak papa?" tanya Vyo. Dewa tersadar dan langsung mengusap wajahnya, sialan! Dewa tidak suka situasi ini. Mengapa sangat canggung sekali untuk bicara. Pemuda itu sedikit menghela nafasnya kasar, membuang jauh-jauh rasa canggungnya dan mulai berbicara.

"Sorry, nggak gue nggak papa. Itu, gue mau nyampein pesan dari wali kelas lo. Katanya lo disuruh nemuin dia," jelas Dewa masih sedikit canggung, namun berusaha berbicara setenang mungkin.

"Bu Diyan?" tanya Vyo. Dewa menganggukkan kepalanya.

"Oh oke nanti gue ke sana, makasih udah ngasih tahu jadi ngerepotin." Vyo tersenyum canggung.

"Sama-sama, santai aja." Dewa tersenyum tipis.

"Gue duluan." Vyo mengangguk, Dewa langsung membalikkan badannya dan berjalan pergi dari sana. Gadis itu hanya menatap punggung sang pujaan hati yang semakin menjauh, Vyo memejamkan mata sejenak lalu menghela nafas panjang. Dan kembali masuk ke dalam kelas, situasi apa itu? Dingin sekali, pikirnya.

Vyo berjalan menuju ke kursi lalu duduk dan mulai kembali berkutat dengan kertas-kertasnya. Kedua temannya sedari tadi masih diam sembari menatap ke arah Vyo dengan muka penuh harap, entah apa yang ada di pikiran mereka. Namun Vyo tidak menghiraukannya sama sekali. Kyla yang melihat sahabatnya hanya diam saja pun berdecak dan memutar bola matanya kesal.

"Eh ngomong kek, gini amat punya temen. Nggak bakal ngomong sebelum ditanya," gerutu Kyla.

"Gue harus ngomong apa?" sahut Vyo bingung.

"Gue tahu tadi lo habis disamperin sama Dewa, dia ngomong apa? Lo nggak mau ngasih tahu kita gitu? Iya nggak Na?" ucap Kyla dan Alena hanya mengangguk setuju.

"Dia cuman ngasih tahu kalau gue disuruh nemuin bu Diyan," jelas Vyo. Kyla dan Alena yang mendengar jawaban Vyo hanya mengerutkan kening seolah tidak percaya.

"Serius gitu doang?" tanya Kyla memastikan. Vyo menganggukkan kepalanya.

"Gila cuman ngomongin gitu doang? Kalian lama loh di luar,"  ujar Alena.

"Emang itu doang selebihnya cuman diam," jelas Vyo. Kyla menghembuskan nafas tak heran.

"Nggak kebayang sedingin apa situasinya," ucap Kyla sembari membayangkan.

CAKRA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang