Selamat Membaca
****
"Cakra?" ujar Raymond, sang tuan rumah. Cakra hanya tersenyum simpul sebagai balasan. Belum juga Raymond mempersilahkan sang sahabat untuk masuk, Cakra malah melontarkan hal yang tidak terduga. Membuat Raymond bingung harus berekspresi seperti apa.
"Lo setuju nggak kalau Laskar bubar?" ujar Cakra tiba-tiba. Raymond terdiam.
"Nggak salah denger 'kan gue?" ucap Zee dari balik pintu yang terbuka, di samping Raymond. Gadis itu juga mendengar apa yang barusan Cakra katakan.
Hening. Tidak ada yang menjawab, semuanya terdiam. Sekarang di sinilah mereka bertiga berada, ruang tengah kediaman keluarga Morenno. Duduk damai bersama bocah kecil yang manis, bercanda dan bercengkerama. Melupakan sejenak topik awal yang membuat mereka sedikit resah, akan apa yang di katakan oleh sang ketua.
"Kemarin Kay belajar berhitung tahu di sekolah," tutur bocah berumur lima tahun dengan semangat. Namanya Kaysha Adik kandung Raymond, yang begitu jauh jarak umurnya dari mereka.
"Wah keren! Siapa yang ngajarin?" balas Zee ikut bersemangat meladeni si kecil.
"Miss Tania yang ngajarin." Zee mengangguk.
"Terus, Kay bisa?" tanya Zee. Si kecil tersenyum manis kemudian mengangguk lucu dengan penuh semangat.
"Bisa dongg!! Kay 'kan pintar!" jawabnya bangga, Zee tersenyum melihatnya.
"Hebat! Sini toss dulu." Gadis kecil itu mendekat kemudian memberikan toss pada telapak tangan Zee sambil tersenyum senang. Sedangkan kedua pemuda yang ada di sana, hanya diam sembari tersenyum melihat interaksi mereka berdua.
"Soal yang lo omongin pas di pintu tadi," ujar Raymond tiba-tiba dengan menggantung. Atensi Cakra dan Zee pun langsung beralih dari si kecil yang lucu dan menggemaskan menuju sang Kakak yang baru saja berbicara. Tapi bukannya melanjutkan apa yang ingin diucapkan, Raymond malah terdiam ketika Cakra dan Zee mulai mengalihkan afeksi kepadanya.
"Kok diem?" tanya Zee terheran. Raymond menghela nafas pelan, tidak berani melanjutkan omongannya yang barusan.
"Nanti gue jelasin." Cakra bersuara memecah kecanggungan di antara mereka.
Beberapa saat berlalu, si kecil yang nampaknya sudah lelah bermain pun beralih untuk beristirahat bersama sang Mami. Kini hanya tersisa mereka bertiga, terjebak dalam keheningan karena belum ada yang berani memulai obrolan. Sampai seorang wanita paruh baya yang senantiasa nampak muda itu datang dengan senyuman teduhnya.
"Nih, Tante bawain minum." Wanita itu menaruh nampan yang berisi tiga gelas minuman dan juga makanan ringan di atas meja.
"Makasih banyak Tante. Jadi ngerepotin nih," ucap Cakra sembari menyengir.
"Sama-sama, enggak ngerepotin kok. Kamu juga uda jarang main ke sini," balas Marisha, Mami Raymond dengan ramah.
"Namanya juga PSS Tante, jadi jarang main hehe." Cakra beralasan. Raymond, Zee dan Marisha sedikit mengerutkan keningnya seolah bertanya.
"Apaan PSS?" tanya Zee.
"Pelajar sok sibuk," jawab Cakra kemudian menyengir tak berdosa. Marisha pun hanya tertawa mendengar celetukan teman sang anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRA [On Going]
Teen FictionCakra Buana ketua geng motor LASKAR, dengan berbagai cerita dan tragedi yang dialami, sehingga mengancam sampai bahkan merenggut nyawa. Cerita yang cukup manis dan menyenangkan karena dibumbui kisah asmara anak remaja, dan juga dengan berbagai leluc...