Selamat Membaca
****
Suasana kelas XII Teknik Otomotif-1 terlihat sangat sepi, karena para siswa yang sudah kelewat lelah untuk belajar hari ini. Padahal sekarang adalah dua jam pelajaran terakhir, tidak seperti biasanya yang selalu semangat karena bel pulang tidak lama lagi akan berbunyi. Namun berbeda dengan sekarang, hari ini kelas ditutup dengan mata pelajaran pemeliharaan kelistrikan sepeda motor.
Cakra menoleh ke arah samping, melihat Gara yang masuk sekolah hari ini. Ada rasa lega ketika melihat pemuda itu kembali muncul dengan keadaan baik-baik saja, pasalnya sudah empat hari Gara tidak masuk ke sekolah. Seperti sengaja menghilang dari Cakra dan teman-temannya.
Sejak pagi pun mereka hanya sedikit berinteraksi dengan Gara. Pemuda yang dulu dikenal asik dan senang bercanda itu kini lebih banyak diam, entah apa yang sudah terjadi dengannya selama menghilang itu. Cakra masih belum tahu, mungkin nanti dia akan mengajak bicara Gara tentang ada apa dengannya beberapa hari belakangan ini.
"Cakra! Hei Cakra!" panggil pak Hakim guru yang tengah mengajar. Cakra tersadar dari lamunannya dan langsung mengalihkan pandangan ke arah sang guru yang memanggilnya.
"E-eh kenapa pak?" tanya Cakra. Pak Hakim berdecak lalu menggelengkan kepalanya.
"Kamu yang kenapa? Dari tadi bapak panggil kamu nggak denger," kata pak Hakim. Cakra menggaruk lehernya yang tak gatal, kemudian menyengir tak berdosa.
"Maaf pak saya nggak denger," ujar Cakra.
"Masih muda udah budeg aja lo," celetuk Arjuna yang sudah masuk sekolah sejak dua hari yang lalu.
"Cakra nggak fokus tuh pak belajarnya dari tadi," ucap Aleno yang ikut-ikutan memojokkan Cakra.
"Kamu mikirin apa sih Cakra? Dari tadi kamu ini nyimak tidak tentang apa yang barusan saya jelaskan?" tanya pak Hakim. Cakra hanya diam mematung kemudian menyengir.
"Kadang saya ini suka heran sama kamu, padahal sering bolos dan suka tidak memperhatikan. Tapi nilai kamu kok bagus terus setiap tes ataupun ulangan," heran pak Hakim.
Memang benar apa yang dikatakan oleh pak Hakim, Cakra adalah murid yang pintar secara akademik. Walaupun pemuda itu sering bermain-main dengan sekolahnya, namun nilai yang Cakra dapatkan hampir tidak pernah turun apalagi jelek.
"Kamu belajarnya kapan?" tanya pak Hakim.
"Eh bapak jangan salah, walaupun saya keliatannya nggak memperhatikan tapi sebenernya otak saya tetep jalan kok pak. Ikut mikir juga," jawab Cakra.
"Mikirin apa? Jawaban tentang soal yang saya tulis?" tanya pak Hakim. Cakra menggeleng.
"Mikir gimana caranya bisa dapetin pujaan hati saya pak. Saya capek pak ditolak terus," jawab Cakra ngelantur. Pak Hakim berdecak, dasar anak muda kasmaran.
"Gimana nggak ditolak orang selera kamu ketua OSIS sekolah ini," jawab pak Hakim. Memang sudah menjadi pengetahuan umum jika Cakra menyukai Vyo, bagaimana tidak? Orang Cakranya saja setiap hari selalu berulah demi menarik perhatian sang ketua OSIS. Mau siswa-siswi ataupun para guru semuanya sudah tahu.
"Vyo itu selain ketua OSIS, dia juga ketua ekstrakurikuler jurnalistik. Jadi kalau menurut bapak kenapa kamu itu selalu ditolak. Ya karena mungkin selera Vyo itu anak yang alim dan baik bukan yang bandel kayak kamu," jelas pak Hakim menyadarkan Cakra.
"Nah dengerin tuh Cak," ujar Aleno. Cakra memicing tak suka.
"Makanya kalau sekolah belajar yang bener Cak. Jangan cuma dateng sama pulang doang, biar bu ketos mau sama lo," nasihat Arjuna. Cakra berdecih dan menatap sinis kedua temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRA [On Going]
Teen FictionCakra Buana ketua geng motor LASKAR, dengan berbagai cerita dan tragedi yang dialami, sehingga mengancam sampai bahkan merenggut nyawa. Cerita yang cukup manis dan menyenangkan karena dibumbui kisah asmara anak remaja, dan juga dengan berbagai leluc...