Selamat Membaca
****
Seorang pemuda duduk di kursi taman, bersama gadis di sebelahnya. Pandangan Cakra tidak lepas dari anak-anak yang tengah bermain di tengah taman, Vyo menatap anak-anak serta Cakra secara bergantian. Di sinilah mereka berdua berada, tempat yang menurut Vyo penuh dengan kehangatan keluarga. Panti asuhan.
"Baru pertama kali ke tempat kayak gini?" tanya Vyo membuka obrolan, tumben sekali. Cakra tersadar kemudian tersenyum.
"Iya," jawab Cakra seadanya.
"Lo sering ke tempat kayak gini." Entah itu sebuah pertanyaan atau pernyataan. Cakra menoleh menatap ke arah Vyo. Bukannya menjawab, Vyo malah tersenyum simpul setelah mendengar penuturan Cakra.
"Gue selalu ke sini," ujar Vyo. Cakra menganggukkan kepalanya.
"Saat pertama kali gue ke sini, gue sama kayak lo. Cuman diam sambil duduk di sini."
"Kenapa?" tanya Cakra.
"Karena gue iri sama mereka," jawab Vyo. Cakra mengerutkan keningnya seolah bertanya.
"Iri tentang apa?" tanya Cakra lagi.
"Tentang perhatian, kasih sayang, kehangatan."
"Walaupun mereka semua nggak sedarah, tapi mereka benar-benar saling menyayangi dan menjaga satu sama lain."
"Gue iri karena mereka pasti nggak pernah merasa kesepian, nggak kayak gue yang selalu kesepian." Cakra hanya diam fokus mendengarkan.
"Kedua kalinya gue ke sini, sama aja gue masih tetep iri akan hal itu. Tapi gue sadar satu hal," ucapnya menggantung.
"Gue bersyukur, sangat bersyukur. Akan apa yang masih gue punya. Gue masih punya Bokap yang sehat, walaupun jarang ada waktu juga. Kehidupan gue yang berkecukupan, temen-temen gue yang ada di sisi gue." Vyo menghela nafas panjang.
"Ketiga kalinya gue datang ke sini, gue paham. Kalau setiap orang itu punya jalan hidupnya masing-masing. Mau seberat atau sesakit apapun yang dilalui, nggak boleh ada kata menyerah dalam menjalani hidup. Tuhan nggak mungkin memberikan cobaan yang melebihi batas kemampuan hamba-Nya."
"Kalau capek ya istirahat bukan malah nyerah," ujar Vyo dengan sedikit terkekeh.
Vyo menatap Cakra kemudian tersenyum, karena melihat ekspresi pemuda itu yang benar-benar serius mendengarkan dirinya berbicara.
"Sorry ya gue banyak omong," tutur Vyo merasa sudah banyak bicara. Cakra hanya berdeham kemudian tersenyum.
"Udah lama nggak ada temen ngobrol soalnya," kata Vyo sembari menatap langit yang sekarang sedikit mendung.
"Nggak papa, gue suka kok lihat lo banyak ngomong. Daripada jutek mulu," balas Cakra sedikit bercanda.
"Lagian hidup lo sibuk terus sih, 'kan jadi nggak sempet ngobrol sama orang-orang." Vyo tersenyum mendengar penuturan Cakra.
"Gue bukan sibuk, tapi berusaha menyibukkan diri biar nggak nyesel nanti," tutur sang gadis. Cakra mengangkat sebelah alisnya heran.
"Nyesel tentang apa?" tanya Cakra. Vyo hanya diam. "Lupain, nggak penting." Cakra menatap Vyo heran, aneh sekali gadis ini. Bicaranya setengah-setengah 'kan otak Cakra jadi sulit untuk memprosesnya.
"Hai Kak Vyo!" teriakan anak kecil yang mampu memecahkan fokus kedua insan tersebut. Vyo dan Cakra mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Bocah berumur tujuh tahun datang menghampiri mereka dengan menenteng camilan rasa asin di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRA [On Going]
Fiksi RemajaCakra Buana ketua geng motor LASKAR, dengan berbagai cerita dan tragedi yang dialami, sehingga mengancam sampai bahkan merenggut nyawa. Cerita yang cukup manis dan menyenangkan karena dibumbui kisah asmara anak remaja, dan juga dengan berbagai leluc...