《21》Keluar

62 34 21
                                    

Selamat Membaca

****

Kepulan asap putih tebal keluar dari mulut Cakra, dan juga pemuda yang duduk di sampingnya. Cakra dan Raymond tengah duduk di warung kopi milik Babe Somat, langganan mereka. Namun kini mereka hanya berdua, sambil menikmati sebatang nikotin favorit masing-masing. Seragam sekolah mereka yang lusuh dapat sedikit menjelaskan, bahwa mereka berdua masih belum pulang ke rumah selepas pulang sekolah.

"Gue ngerasa ada yang nggak beres sama Gara," ujar Cakra sembari mematikan bara pada ujung sisa puntung rokoknya. Habis satu batang dan obrolan di antara mereka berdua baru saja dimulai.

"Gue juga ngerasa gitu," balas Raymond lalu mematikan bara pada ujung sisa puntung rokoknya juga. Berbeda dengan Cakra yang langsung menyalakan sebatang nikotin yang baru, Raymond memilih untuk menyeruput kopinya. Cukup satu batang saja bagi Raymond.

Cakra menghisap kembali sebatang nikotin yang baru dinyalakannya, dan keluarlah kepulan asap putih tebal dari mulutnya. "Gue harus apa?" tanya Cakra sembari menoleh ke arah Raymond. Yang ditanya hanya diam, pemuda itu tengah berpikir saat ini.

"Sikap Gara bener-bener berubah sama gue. Di kelas pun dia cuman diem, bahkan pas praktik di laboratorium. Dia satu kelompok sama gue tapi dia sama sekali nggak ngobrol sama gue."

"Saat gue sama Gara disuruh diskusi aja kita cuman saling diem-dieman. Dan nggak diskusi sama sekali," jelas Cakra panjang dan kembali menghisap nikotinnya.

"Samperin aja Cak," celetuk Raymond tiba-tiba. Cakra menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya.

"Maksud lo?" tanya Cakra.

"Temuin Gara, bicara empat mata sama dia," saran Raymond.

"Gue nggak yakin dia bakalan mau ngobrol sama gue," kata Cakra pesimis. Raymond tersenyum remeh.

"Percaya sama gue, dia pasti mau ngomong kalau bicara empat mata sama lo." Cakra tersenyum kemudian tertawa renyah mendengar ucapan Raymond barusan.

"Kenapa?" tanya Raymond heran yang melihat Cakra malah tertawa.

"Musyrik percaya sama lo. Mending gue ikutan puja kerang ajaib kayak Spongebob," jawab Cakra lalu kemudian tertawa, sedangkan Raymond hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.

"Kambing lo," umpat Raymond.

Kini di sinilah Cakra berada, duduk sendirian di teras rumah kediaman keluarga Ganendra. Selepas bertemu Raymond, Cakra langsung membawa kendaraannya menuju ke sini untuk melaksanakan saran yang Raymond berikan. Pemuda itu sudah mengetuk pintu rumah tersebut, namun yang ia temui hanya Danella. Ternyata pemuda yang ingin dia temui masih belum pulang, Danella sudah mengajak Cakra untuk menunggu Gara di dalam namun Cakra menolak, dan berakhirlah duduk sendirian di sini dengan ditemani secangkir kopi yang diberikan oleh sang tuan rumah.

Baru saja Cakra membuang sisa puntung rokoknya yang ke tiga, seseorang datang dan memarkirkan motornya. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, Cakra bangun dari duduk dan berdiri. Setelah turun dari motor, dengan langkah sedikit ragu Gara menghampiri Cakra yang berada di sana.

"Cakra.." gumam Gara. Cakra menatap Gara datar, dan yang ditatap pun melakukan hal yang sama.

"Sorry kalau gue ganggu, tapi gue mau ngobrol sama lo." Gara hanya diam lalu menganggukkan kepalanya.

"Duduk Cak," ucap Gara mempersilahkan. Mereka berdua pun duduk bersebelahan pada kursi yang berada di teras rumah Gara. Tidak bisa dipungkiri, kini Gara merasa sangat terintimidasi oleh keberadaan Cakra yang duduk di sebelahnya.

CAKRA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang