《09》Licik

54 34 11
                                    

Selamat Membaca

****

Seorang pemuda tidak berhenti berjalan mondar-mandir di depan pintu ruangan Instalasi Gawat Darurat sedari tadi, hatinya sangat tidak tenang menunggu sang sahabat yang tengah di berikan penanganan medis di dalam sana. Gara menatap Cakra yang masih saja berjalan mondar-mandir, pemuda itu bangun dari duduknya lalu menghampiri Cakra.

"Duduk Cak," suruh Gara. Sedangkan Cakra hanya menggelengkan kepala lemah.

"Nggak, lo aja." Gara menghela nafas pasrah. Begitupun dengan Raymond, Ali, Bima dan Zee yang berada di sana.

"Permisi tuan," ujar seorang suster yang datang menghampiri mereka. Semua yang ada di sana pun mengalihkan atensinya.

"Ada apa sus?" tanya Ali.

"Apakah kalian kerabat dari korban kecelakaan ini?" tanya suster tersebut.

"Saya sahabat kecilnya, saya juga kenal dengan keluarga korban." Cakra membuka suara. Suster itupun menganggukkan kepalanya.

"Ini beberapa barang milik korban yang kami temukan." Cakra menanggapi ponsel dan dompet milik Dewa yang diberikan oleh suster tersebut.

"Terima kasih sus," ucap Cakra.

"Dan satu lagi saya ingin menyampaikan sesuatu. Sebelum korban kehilangan kesadaran, saat tengah dibawa mobil ambulans menuju ke sini. Beliau sempat menyebutkan nama seseorang beberapa kali, Cakra dan Vyo kalau tidak salah."

"Begitu sus?" tanya Gara, dan suster itupun mengangguk.

"Baiklah kalau begitu saya permisi," pamit suster tersebut.

"Terima kasih sus," ucap Zee.

Cakra terduduk sembari menatap ponsel dan dompet milik Dewa yang ada pada genggamannya. Pikiran pemuda itu berkelana memikirkan apa yang barusan suster tersebut sampaikan, Dewa menyebutkan nama dirinya? Dan juga Vyo. Gara duduk di sebelah Cakra dan menepuk pundak pemuda itu.

"Dewa kecelakaan kayak gini gara-gara gue Gar," kata Cakra sembari menatap kosong ke bawah. Gara menghela nafas pelan dan menarik kembali tangannya yang berada di pundak Cakra.

"Stop nyalahin diri lo Cak, ini bukan salah lo." Cakra menggelengkan kepalanya.

"Ngapain Dewa manggil nama Vyo Gar?" tanya Cakra kemudian menatap Gara. Gara melengos mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ada apa antara Dewa sama Vyo Gar?" tanya Cakra lagi kepada sahabatnya dengan menatap kosong ke bawah. Gara hanya diam sama sekali tidak membuka suara. Jika Gara menjelaskan semuanya, itu pasti akan menyakiti Cakra. Gara tidak punya pilihan lain selain diam, dari pada dia berbicara dan menyakiti hati Cakra.

"Dewa suka ya Gar sama Vyo?" Gara mengalihkan pandangannya ke arah Cakra.

"Dewa ceritakan sama lo Gar, tentang perasaannya ke Vyo." Gara tertawa hambar.

"Jangan ngarang deh," jawab Gara.

"Vyo juga suka kan sama Dewa Gar?" tanya Cakra lagi. Gara tersentak mendengarnya.

"Vyo ceritakan sama lo Zee, kalau dia suka sama Dewa?" Zee terkejut mendengar penuturan Cakra.

"Bukan cuman lo, tapi sama Kyla dan Alena jugakan? Mereka tahukan kalau Vyo suka sama Dewa? Begitupun kalian, lo semua tahukan tentang perasaan mereka berdua?" tanya Cakra bertubi-tubi. Semua yang ada di sana hanya diam, bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan Cakra.

"Kenapa kalian nggak ada yang ngasih tahu gue tentang perasaan mereka berdua?"

"Apa karena gue suka sama Vyo? Jadi kalian nggak ngasih tahu gue? Karena takut gue sakit hati?" tanya Cakra mulai mengalihkan pandangan menatap wajah teman-temannya satu persatu.

CAKRA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang