Selamat Membaca
****
Suara tawa terdengar menggelegar dari dalam apartemen Cakra. Pasalnya Arjuna telah kembali ke sana, namun sekarang tidak sendirian. Aleno mengikutinya dari belakang dengan wajah masam, pemuda itu benar-benar kesal dengan wakil ketua divisi ketiga tersebut. Sedangkan Arjuna hanya menyengir tak berdosa, meskipun sudah beberapa kali meminta maaf. Namun sepertinya Aleno masih sangat kesal dan berakhirlah menjadi mendiami Arjuna.
"Capek banget gue sama kelakuan lo Jun, Aleno segitu gedenya kok bisa ketinggalan di pom bensin." Bima masih tidak bisa berhenti tertawa. Aleno menatap Bima sinis dan berjalan menghampiri Cakra.
"Nih Cak kartu lo." Aleno mengembalikan black card milik Cakra tersebut.
"Thank you No," ucap Cakra dan hanya dibalas anggukkan oleh Aleno.
"Untung nggak ilang si Aleno Jun," ujar Raymond.
"Bukan enggak cok! Tapi hampir," koreksi Arjuna. Aleno menatap sinis Arjuna.
"Hampir apa maksud lo?" tanya Ali.
"Hampir diculik sama banci terminal yang lagi pada ngumpul di pom bensin," jawab Arjuna dengan sedikit tertawa.
"Kok bisa?" tanya Gara dengan sedikit tertawa renyah.
"Bisalah! Pas gue baru datang jemput dia di pom bensin. Dia lagi di tarik-tarik anjir, sama para banci yang lagi cari mangsa di sana," jelas Arjuna. Aleno memukul kepala Arjuna kesal.
"Itu semua gara-gara lo bangsat! Kalau lo nggak ninggalin gue di sana juga itu nggak akan terjadi," marah Aleno.
"HAHAHAHA!" Bima tertawa keras. Entah mengapa ada-ada saja kejadian kedua temannya itu.
"Gimana rasanya direbutin para banci No?" tanya Cakra dengan senyum menyebalkan.
"Diem lo!" sewot Aleno.
"Hahahah."
"Lo masih suci kan No? Lo belum ternodai sama mereka kan No?" tanya Gara sok dramatis. Aleno berdecih dan menatap Gara sinis.
"Bacot lo! Gue masih suci anjir, gue belum diapa-apain sama mereka. Mereka cuman narik-narik tangan gue doang, nggak usah mendramatisir deh," jelas Aleno kesal. Sedangkan yang lain hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sok paham.
Ditengah kehangatan suasana tersebut, Cakra mengalihkan atensinya pada jam dinding yang hampir menunjukkan pukul sebelas malam di sana. Pemuda itu beranjak dari duduknya dan berjalan pergi masuk ke dalam kamar, sedangkan yang lainnya masih terus melanjutkan perbincangan lucu yang terjadi kepada kedua teman mereka.
Cakra keluar dari kamarnya dengan pakaian yang berbeda, semua yang ada di sana pun mengalihkan perhatiannya ke arah Cakra. Mau kemana Cakra malam-malam begini? Bukannya dia ingin ikut begadang malam ini? Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul pada kepala orang-orang yang melihat penampilan Cakra di sana. Gara menaikkan satu alisnya.
"Mau kemana Cak? Kok pakai jaket?" tanya Gara yang kini melihat Cakra tengah mengambil sepasang sepatunya.
"Iya, lo mau kemana bos? Bukannya lo mau ikut begadang sama kita?" tanya Arjuna.
"Ini udah hampir tengah malam Cak, Lo mau kemana?" tanya Raymond. Cakra langsung bangkit setelah selesai memakai sepatunya, lalu meraih helm yang ada di atas meja sebelah televisi.
"Gue mau ada perlu, kalian gue tinggal dulu. Titip apartemen," ucap Cakra yang mampu membuat bingung semua orang yang ada di sana.
"Mendadak banget, emang perlu sama siapa?" tanya Gara yang mulai merasa ganjal dengan kelakuan Cakra.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRA [On Going]
Teen FictionCakra Buana ketua geng motor LASKAR, dengan berbagai cerita dan tragedi yang dialami, sehingga mengancam sampai bahkan merenggut nyawa. Cerita yang cukup manis dan menyenangkan karena dibumbui kisah asmara anak remaja, dan juga dengan berbagai leluc...