《18》Fakta Memalukan

46 31 11
                                    

Selamat Membaca

****

"Cakra." Vyo melihat seseorang yang ada di hadapannya dengan sedikit terkejut. Orang itu adalah Cakra, dia datang dan bertamu malam-malam begini dengan keadaannya yang sangat kacau. Bagaimana gadis itu tidak terkejut melihatnya?

"Cakra, lo kenapa?" tanya gadis itu, sedikit tersirat rasa kekhawatiran di sana. Vyo melihat keadaan Cakra dengan miris. Ada banyak luka lebam pada wajah pemuda itu, seperti maling yang telah dihakimi oleh massa. Sudut bibirnya berdarah, juga kondisi tubuh Cakra yang sepertinya sangat lemah. Bukannya menjawab pertanyaan Vyo, Cakra malah tersenyum simpul dengan wajah babak belurnya.

"Ayo masuk." Tanpa berlama-lama Vyo langsung memapah tubuh Cakra dan membawanya masuk ke dalam rumah. Vyo mendudukkan Cakra pada sofa yang ada di ruang tamu.

"Tunggu di sini." Cakra hanya mengangguk patuh dan Vyo pun melenggang pergi.

Pemuda itu merasakan sakit dan nyeri pada bagian wajah dan seluruh tubuhnya, setelah mendapatkan banyak pukulan. Untung saja Cakra masih kuat untuk menyetir motor sampai ke sini. Tak berselang lama Vyo kembali dengan membawa kotak P3K, diikuti oleh bi Ijah yang membawa baskom berisi air hangat serta handuk kecil. Vyo mendudukkan dirinya di samping Cakra dan menaruh kotak P3K tersebut di atas meja, begitupun dengan baskom dan handuk kecil tersebut.

"Mau bibi buatkan teh hangat atau kopi?" tanya bi Ijah menawarkan.

"Teh hangat aja bi buat Cakra, Vyo nggak usah." Suara Vyo menginterupsi, bi Ijah pun mengangguk lalu melenggang pergi untuk melaksanakan perintah sang Nona.

Kini suasana ruang tamu menjadi sangat hening, belum ada yang berani membuka obrolan. Vyo sibuk mencelupkan handuk kecil itu ke dalam baskom yang berisi air hangat, sedangkan Cakra hanya diam seraya memperhatikan apa yang sedang Vyo lakukan.

"Sini." Vyo meraih wajah Cakra dengan pelan lalu mulai membersihkan dan mengompres luka lebam pada wajah Cakra. Tak jarang pemuda itu meringis merasakan perih pada area wajahnya yang tengah diobati oleh Vyo.

"Kenapa lo mau ngobatin gue?" Pertanyaan Cakra yang tiba-tiba terlontarkan, mampu membuat Vyo menghentikan kegiatannya. Lalu menatap mata Cakra.

"Gue masih punya hati nurani, ngelihat orang babak belur datang ke rumah gue malam-malam begini. Untung nggak gue usir lo," jawab Vyo sinis. Cakra terkekeh pelan.

"Padahal nggak usah diobati juga bakal langsung sembuh sendiri kok, setelah gue lihat lo." Vyo menatap Cakra malas lalu mencubit perut pria itu pelan. Cakra meringis kesakitan saat cubitan Vyo mengenai bagian perutnya, yang sebelumnya telah dipukuli oleh Bara. Gadis itu menatap Cakra heran, dia hanya main-main mencubit perut Cakra. Dan itu sangat pelan, apakah rasanya sesakit itu sampai Cakra meringis?

"Sakit Vy!" seru Cakra. Lalu menyibakkan sedikit bajunya, dan terlihatlah perut Cakra yang terdapat banyak lebam biru di sana. Vyo menatap tubuh Cakra tak percaya, apa yang sudah terjadi dengan pemuda itu? Dari mana dia mendapatkan banyak luka lebam itu? Pertanyaan yang terngiang-ngiang pada kepala Vyo.

"Lepasin jaket sama baju lo," titah Vyo tanpa merasa canggung sedikitpun. Cakra menaikkan sebelah alisnya sembari menatap Vyo heran.

"Nggak usah mikir macem-macem. Gue cuman mau ngobatin luka lo," ujar Vyo tiba-tiba seakan tahu apa yang ada di dalam pikiran Cakra.

Cakra tersenyum sembari mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian langsung melepas jaket dan bajunya tanpa ragu di hadapan gadis itu. Sedangkan Vyo meneguk ludahnya kasar, saat melihat tubuh atletis Cakra yang penuh dengan luka lebam di sana. Bukan hanya di bagian perutnya, namun di bagian punggungnya juga tak sedikit lebam biru di sana. Manik mata gadis itu salah fokus pada gambar tinta hitam yang ada di bagian punggung Cakra, pemuda itu memiliki tato di bagian punggung atasnya. Vyo baru mengetahuinya.

CAKRA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang