Selamat Membaca
****
Setelah tragedi bentrokan antara dua sekolah di gerbang utama SMK Albab, tepatnya pada tanggal sembilan september kemarin. Pada hari ini SMK Albab kembali melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasa secara kondusif. Suasana kelas XII Tata Busana-1 mulai sepi, karena bel istirahat yang telah berbunyi.
Beberapa murid sudah beranjak keluar dari sana, termasuk Vyo yang sekarang tengah merapihkan buku serta alat tulisnya yang masih berada di atas meja. Gadis itu juga ingin segera pergi ke kantin untuk mengisi kekosongan perutnya bersama dengan yang lain.
"Vyolyca, tunggu sebentar." Suara ibu Oni selaku guru mata pelajaran desain busana sekaligus kepala jurusan Tata Busana yang masih berada di dalam kelas, menginterupsi Vyo. Membuat gadis itu mewurungkan niatnya untuk keluar dari sana begitu juga dengan Alena, Kyla dan Zee yang ikut menoleh. Bu Oni mengambil selembar brosur dari meja guru kemudian berjalan menghampiri Vyo.
"Ada yang bisa saya bantu bu?" tanya Vyo. Bu Oni menggeleng lalu menyerahkan brosur tersebut. Vyo menerimanya dengan wajah sedikit bingung.
"Kamu tahu tentang pengumuman lomba yang ada di mading sekolah?" tanya bu Oni. Vyo mengangguk sebagai jawaban. Itu adalah pengumuman tentang berbagai macam lomba antar SMA/SMK di tingkat provinsi.
"Tahu bu."
"Ada lomba mendesain busana juga Vyo, kamu berminat untuk ikut tidak?" tanya bu Oni.
"Bukannya lomba itu cuman buat anak kelas sebelas ya bu?" tanya Vyo memastikan. Bu Oni tersenyum kemudian menggeleng.
"Prioritasnya memang untuk kelas sebelas, tapi kelas dua belas juga boleh," jelas bu Oni. Vyo mengangguk mengerti.
"Ibu cuma mau menawarkan sama kamu, kalau kamu minat bisa langsung hubungin ibu. Keputusannya ada sama kamu," jelas bu Oni.
"Nanti coba saya pertimbangkan lagi bu," ujar Vyo. Bu Oni mengangguk.
"Saya tunggu kabar kamu."
"Baik bu, terima kasih atas informasinya." Bu Oni mengangguk seraya tersenyum, kemudian melenggang pergi dari sana. Vyo mengalihkan pandangannya dari pintu kelas ke arah brosur lomba yang ada di tangannya.
Kini keempat gadis itu tengah sibuk menyantap makanan yang telah mereka pesan di kantin yang cukup ramai, tidak ada yang membuka suara sampai tiba-tiba seorang pemuda datang ke meja mereka.
"Zee," panggil Raymond yang baru saja datang. Sang pemilik nama menoleh ke arah sumber suara, begitupun dengan yang lain.
"Lo bisa pulang sendiri hari ini?" tanya Raymond. Zee menatap Raymond bingung.
"Bisa, kenapa Ray?" tanya Zee.
"Pulang sekolah gue mau ke rumah sakit, Arjuna nanti sore udah boleh pulang. Keadaannya udah membaik, lukanya juga. Cakra nyuruh lo pulang duluan, katanya nggak usah ikut ke rumah sakit. Takut kelamaan, tapi kalau lo mau ikut juga boleh sih," jelas Raymond panjang lebar. Zee mengangguk mengerti.
"Yaudah gampang nanti gue pulang bareng Kyla sama Alena aja," kata Zee. Raymond menaikkan sebelah alisnya.
"Lo nggak mau ikut ke rumah sakit aja bareng gue?" ujar Raymond. Zee mengerutkan keningnya bingung.
"Lho, katanya gue pulang duluan aja? Yaudah nggak papa kok. Bener juga kata Cakra takut kelamaan nanti Nyokap gue marah lagi," balas Zee seraya tertawa renyah.
"Tapikan Cakra juga bilang terserah lo kalau mau ikut, masalah takut kelamaan kan gue bisa anterin lo pulang duluan." Zee tersenyum ke arah Raymond.
"Bilang aja lo mau Zee ikut sama lo Ray," celetuk Kyla tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRA [On Going]
Teen FictionCakra Buana ketua geng motor LASKAR, dengan berbagai cerita dan tragedi yang dialami, sehingga mengancam sampai bahkan merenggut nyawa. Cerita yang cukup manis dan menyenangkan karena dibumbui kisah asmara anak remaja, dan juga dengan berbagai leluc...