《15》TRAGEDI 9 SEPTEMBER

46 31 9
                                    

Selamat Membaca

****

Cuaca senin pagi hari ini langit terlihat cerah. Panas matahari yang terik membuat para peserta upacara merasa tidak nyaman, namun sebentar lagi upacara itu akan segera selesai. Setelah pembubaran para peserta, semua murid-murid SMK Albab pun langsung masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Untuk memulai pembelajaran pertama pada hari ini.

Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi, para siswa-siswi masih dengan kegiatan belajarnya di kelas masing-masing. Bel istirahat akan berbunyi setengah jam lagi, mereka yang mulai lapar harus bersabar sebentar lagi.

Crangg

Suara kaca jendela pecah dari salah satu kelas yang berada dekat dari gerbang sekolah. Menimbulkan kepanikan murid-murid SMK Albab, mereka yang berada di dalam kelas langsung keluar dari kelas dan berbondong-bondong berlari menuju lapangan untuk mencari tempat yang aman. Aleno berlari di sepanjang koridor sekolah yang kini ramai orang tengah sibuk mencari perlindungan, pemuda itu masuk ke dalam toilet khusus laki-laki di sana. Masih dengan nafas yang tersengal-sengal Aleno mengetuk-ngetuk setiap pintu bilik toilet yang ada di sana.

"Cakra!! Lo di sini kan?!!" teriak Aleno. Pemuda itu tengah mencari Cakra.

"Gue di sini," sahut seseorang dari bilik toilet yang paling pojok, Cakra berada di dalam sana.

"Cak mereka datang! Nyerang kita! Semua orang panik," teriak Aleno. Cakra yang baru saja akan menuntaskan panggilan alamnya pun langsung tersentak kaget, membuat isi perut yang tadinya sangat ingin keluar kembali masuk ke dalam. Pemuda itu berdecak kesal dan langsung bergegas membersihkan diri kemudian segera keluar dari sana.

"Emang bangke mereka, nggak bisa banget apa datengnya nanti setengah jam lagi gitu. Gue mau boker nggak jadi kan, ah! Sialan!" sewot Cakra.

Sedangkan sang ketua OSIS dibuat bingung oleh keadaan sekolah yang tiba-tiba menjadi sangat ribut dan tidak kondusif seperti biasa.

"Ada apaan sih? Ribut banget," ujar Kyla dan angguki oleh Alena.

"Tahu tuh tumben banget ramai kayak gini," balas Alena.

"Vyoo!!" teriak Zee yang berlari ke arah mereka bertiga. Sang pemilik nama pun menoleh dan juga kedua gadis yang lainnya.

"Ada apaan sih Zee?" tanya Vyo kepada Zee. Yang ditanya masih sibuk mengatur nafasnya.

"Di depan ada anak-anak sekolah lain nyerang, mending kalian cepetan ke lapangan semua biar aman." Zee menjelaskan keadaan yang tengah terjadi saat ini. Kyla dan Alena membelalakkan matanya terkejut mendengar penuturan Zee, sedangkan Vyo hanya menautkan kedua alisnya.

"Yaudah ayo kita ke lapangan aja," panik Alena. Dan Kyla mengangguk setuju.

"Ayo Zee, Vyo." Kyla menarik kedua tangan sahabatnya. Namun, tidak ada pergerakan dari kedua gadis tersebut.

"Gue mau ke depan bantuin anak-anak Laskar yang lagi pada nahan mereka biar nggak masuk," jelas Zee. Vyo menatap ke arah Zee.

"Gue juga kalau gitu," ujar Vyo tiba-tiba. Kyla dan Alena menatap Vyo dan Zee secara bergantian, mereka berdua memang pemberani. Bagaimana tidak, Zee pemegang sabuk hitam taekwondo. Dan Vyo? Jangan diragukan lagi kemampuan bela dirinya, gadis itu pemegang sabuk hitam pencak silat. Tidak heran lagi jika mereka sama sekali tidak gentar akan kejadian yang sedang terjadi saat ini.

"Kyl, Na. Kalau ketemu Satria tolong bilang suruh para anggota OSIS ngamanin semua warga SMK Albab. Mau guru, murid atau siapapun itu," jelas Vyo. Kyla dan Alena mengangguk mengerti.

CAKRA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang