Selamat Membaca
****
Kini sudah tiga minggu setelah kepergian mending Dewa. Orang-orang yang ditinggalkan sudah bisa menerima akan kenyataan tersebut termasuk Cakra, dan kembali menjalani kehidupan seperti biasanya. Cakra berjalan di sepanjang koridor menuju ke kelas untuk mengambil tas, SMA Albab nampak sepi setelah sepuluh menit yang lalu bel pulang berbunyi. Semuanya telah pulang meninggalkan sekolah, terkecuali para siswa-siswi yang melakukan kegiatan organisasi dan ekstrakurikuler di sana. Cakra baru saja kembali dari rooftop sekolah, pemuda itu tidak masuk ke kelas usai jam istirahat.
"Lah belum pada pulang?" tanya Cakra saat melihat teman-temannya masih berada di dalam kelas. Yang ada di sana pun menoleh ke asal suara.
"Nungguin lo Markicak," jawab Aleno.
"Emang nggak salah gue punya temen kayak kalian. Sangat setia kawan, jadi pengen gue kawinin." Cakra menyengir tak berdosa. Aleno dan Arjuna bergidik ngeri mendengarnya.
"Amit-amit jabang bayi, gue tahu cinta lo ke Vyo emang masih belum diterima. Tapi tolong jangan belok juga dong," ujar Arjuna.
"Hahaha! Bercanda doang. Gue juga nggak doyan sama lo berdua," balas Cakra usai tertawa. Aleno dan Arjuna menghela nafas lega.
"Gara mana?" tanya Cakra yang tidak melihat keberadaan sang sahabat.
"Udah pergi duluan," jawab Arjuna.
"Tumben, biasanya bareng." Arjuna dan Aleno hanya mengangkat bahu acuh.
Ketiga pemuda itupun beranjak keluar kelas dan pergi dari sana. Raymond berjalan beriringan bersama Ali di sepanjang koridor menuju kelas XII Tata Busana-1, mereka berdua berhenti ketika melihat seseorang yang dicari tengah berdiri di depan kelas bersama ketiga temannya. Kedua pemuda itu langsung menghampiri mereka.
"Zee," panggil Raymond. Sang pemilik nama menoleh begitupun dengan yang lainnya. Zee tersenyum mendapati Raymond yang datang menjemputnya ke kelas. Tanpa mereka sadari Alena pun ikut tersenyum melihat kedatangan kedua pemuda itu. Lebih tepatnya karena kedatangan pemuda yang berada di samping Raymond, yaitu Ali.
"Hai Ali.." sapa Alena ramah dengan menatap wajah tampan pemuda tersebut. Sedangkan Ali hanya diam lalu tersenyum simpul sebagai balasan. Kyla menyenggol siku Alena dengan wajah menggoda. Begitupun dengan Zee yang hanya tersenyum melihat wajah blank Alena ketika bertemu Ali, apakah orang jatuh cinta memang suka seperti itu ketika bertemu?
"Ehh...lagi pada kumpul nih? Kok belum pada pulang?" Suara yang berhasil memecahkan suasana canggung di sana. Cakra datang bersama Aleno dan Arjuna.
"Belum, kenapa? Lo mau nganterin kita?" jawab Kyla sinis. Cakra tertawa renyah.
"Sorry banget gue bukan ojek, jadi nggak bisa main nganter-nganter orang aja."
"Gue kira lo emang ojek, muka lo mirip sama tukang ojek yang suka mangkal di terminal soalnya." Kyla tertawa renyah.
"Sembarangan, tampang ganteng mirip Lee Min-ho kayak gini dibilang mirip tukang ojek terminal. Parah lo, tidak berperikegantengan banget," ujar Cakra dengan penuh percaya diri. Kyla berdecih sedangkan Alena hanya tertawa mendengar penuturan Cakra.
"Mirip Lee Min-ho dari mana? Jelas-jelas beda gitu kok," ujar Alena sambil tertawa renyah.
"Iya mirip Lee Min-ho kok, tapi bukan yang dari Korea Selatan. Tapi dari pasar loak belakang terminal," ujar Kyla dan berhasil mengundang tawa mereka semua. Kecuali Cakra yang hanya diam sembari menahan kesal.
Cakra mengalihkan pandangannya ke arah seorang gadis yang tengah duduk di kursi koridor depan kelas, itu Vyo yang tengah membaca laporan hasil kegiatan organisasi OSIS hari ini. Dengan senyum sumringah Cakra langsung menghampiri Vyo dan duduk di sebelahnya. Sedangkan yang lain hanya diam melihat tingkah Cakra yang sudah bisa ditebak oleh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRA [On Going]
Teen FictionCakra Buana ketua geng motor LASKAR, dengan berbagai cerita dan tragedi yang dialami, sehingga mengancam sampai bahkan merenggut nyawa. Cerita yang cukup manis dan menyenangkan karena dibumbui kisah asmara anak remaja, dan juga dengan berbagai leluc...