Atta sudah kembali dari luar dan kini sedang menyandarkan kepalanya pada sofa di samping tempat tidur.
Sedangkan Flora yang masih di dalam kamar mandi kini sedang menatap dirinya dalam pantulan cermin di hadapannya. Dengan masih menggunakan handuk yang menutupi tubuh dan kepalanya. Ia menatap dirinya, banyak sekali bercak merah di leher Flora, Atta benar-benar menjamahnya. Ini baru pemanasan apalagi nanti jika ia benar-benar akan memberikan mahkota berharganya pada Atta-suaminya.
Flora menggelengkan kepalanya ia tidak mau memikirkan itu terlebih dahulu. Setelahnya ia melangkah keluar kamar mandi. Atta yang tadinya terpejam kini membuka matanya.
Tadi punggungnya yang mulus sekarang paha dan kakinya yang bener-bener mulus, batin Atta.
Atta menatap dalam Flora sedangkan yang ditatap malah diam karena tidak nyaman di perhatikan seperti itu.
"G-gimana? Ada bajunya?" Atta hanya mengangguk sembari terus menatapnya.
Tak lama kemudian terdengar suara seseorang mengetuk pintu. Atta langsung beranjak membukanya, karena ia tidak akan membiarkan Flora yang membukanya apalagi dengan penampilan yang hanya menggunakan handuk. Hanya ia yang boleh melihatnya. Eh.
Ternyata itu resepsionis yang hendak mengantarkan pakaian untuk mereka berdua. Atta langsung mengambilnya tak lupa juga mengucapkan terima kasih pada resepsionis itu.
Kemudian ia masuk kembali ke dalam dan terlihat Flora yang duduk di tepi kasur sembari memainkan benda pipih ditangannya.
"Nih Bu, bajunya. Atta sengaja minta piyama, soalnya kan cuma buat tidur malam ini."
Deg. Apa tadi tidur malam ini? Apa Atta hendak memperawaninya malam ini? Batin Flora mulai gelisah.
"M-makasih."
Atta mengangguk, setelahnya ia melangkah pergi ke kamar mandi. Sekarang gilirannya untuk mandi.
Dan beberapa menit kemudian Atta keluar dengan mengenakan piyama yang mirip dengan piyama Flora. Hanya bedanya Flora berwarna biru muda dan Atta berwarna biru tua.
"I-ini samaan?" Flora menatap Atta, dan yang ditatap malah menatap balik dirinya. Ia padahal tidak minta piyama couple.
"Enggak apa-apa kan Bu?"
"Ya nggak apa-apa si." Flora menaiki ranjang tempat tidur dan hendak akan tidur. Tetapi tiba-tiba ia menoleh pada Atta yang kini masih mematung di depan pintu kamar mandi.
"A-atta tidur di sofa ya, Bu." Flora diam, ia tidak tega rasanya membiarkan Atta tidur di sofa. Jika ia pegal bagaimana? Ah tapi apa pedulinya. Flora mengangguk lalu ia menutup matanya.
Tetapi tiba-tiba terbangun lagi, rasanya ia lapar. Flora menoleh pada Atta, yang kini sudah memejamkan matanya dengan tangan yang menutupi wajahnya.
"A-atta?" Atta hanya berdehem menjawabnya.
"L-laper nggak?"
Atta membuka matanya, membalas menatap Flora. Ia mengangguk. "Mau cari makan dulu enggak?"
"Jam segini ada yang buka?" Atta melirik jam dan waktu sudah menunjukkan hampir pukul 1 dini hari.
"Kita coba cari aja dulu." Flora mengangguk dan beranjak diikuti Atta.
Kini keduanya berjalan bersampingan, dari koridor hotel mereka ditatap banyak orang yang masih berjaga. Hingga kini sudah dipinggir jalan pun masih ada orang yang menatapnya. Mulai dari tatapan aneh hingga tatapan gemash.
Karena sudah larut malam mereka berniat mencari makan dekat hotel saja. Siapa tau masih ada angkringan yang buka.
Cuacanya sangat dingin, maklum saja sudah hampir subuh. Atta melirik Flora yang tengah mengusap-usap tangannya. Ia mendekat dan merangkul pundak Flora.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beautiful Teacher Is My Wife [ON GOING]
Romance"Mama kira ini jaman Siti Nurbaya, pake acara jodoh-jodohan ... " ~Flora Guru menikahi muridnya? Sangat mustahil. Tapi, tidak dengan Flora. Kenyataan yang ia anggap sebuah mimpi kini dirasakannya. Karena ia belum bisa menemukan pendamping hidupnya s...