Kesal

740 44 1
                                    

"Kenapa Bu?" tanya Atta.

'Ko bisa sama gini si. Apa jangan-jangan ... ahh nggak, nggak mungkin.' batin Flora.

"Bu ... Bu Flo." Atta melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Flora.

"E-ehh Iyah?" Flora menoleh pada Atta yang sudah menatapnya aneh.

"Kenapa, Ta?" tanya Flora.

"Laah ... Bu Flo ada juga yang kenapa?"

Flora tersenyum dan menggeleng pelan.

"Eh ya, saya mau kembali ke ruangan ya. Pasti Bu Dara sudah menunggu saya di sana. Kamu jangan di sini aja, sebentar lagi di mulai pelajaran saya di kelasmu," ucap Flora kemudian segera melangkah meninggalkan Atta yang sedang bertanya-tanya aneh kenapa dengan Flora?

Atta menggidikan bahu lalu beranjak keluar dari Rooftop menuju kelasnya.

Pelajaran di mulai, Flora dengan tegas menyampaikan materi hingga membuat semua muridnya jenuh termasuk Atta.

Atta menguap matanya terasa sangat berat, ia melipat kedua tangannya di atas meja lalu menenggelamkan kepalanya pada cerukan tangannya itu.

Flora yang melirik Atta tak terima, ia di depan sudah menghabiskan suaranya untuk menyampaikan materi lah dia dengan seenaknya tidur.

"BRYATTA ALVAREZ. Coba jelaskan kesimpulan dari penjelasan yang saya jelaskan tadi!" tegas Flora.

Diki, teman main sekaligus teman sebangkunya Atta, menoyor kepala Atta dan berbisik, "Bangun woy!"

Namun Atta hanya merubah posisi dan malah mengambil buku untuk menjadi alas tidurnya.

Flora berjalan dengan eskpresi wajah datar dan tangan yang memegang sebuah spidol, semua murid memperhatikan pergerakan guru yang di kenal galak padahal aslinya sudah seperti hello Kitty itu.

Flora berdehem dan menyentil telinga Atta dengan spidol yang ia genggam tadi, tetapi Atta malah hanya merubah posisinya. Flora terus menjaili Atta dengan spidolnya itu hingga happ, Spidol itu di tarik Atta dengan posisi yang sama dan mata tertutup.

Diki, menyikut perut Atta beberapa kali hingga akhirnya Diki memutuskan untuk mencubit perutnya dengan keras.

"Awww, diem si lo Dik. Bangunin kalo Bu Flo udah selesai ngejelasin ya," cicit Atta masih dengan mata tertutup.

"Saya sudah selesai."

"Bohong lo ah, udah diem gue mau lanjut tidur." Atta bangun menggaruk-garuk tengkuknya tetapi dengan mata yang masih tertutup, kemudian ia kembali tertidur.

Flora yang sudah geram akhirnya menarik buku yang di jadikan alas tidur Atta, lalu mencubit telinga Atta tidak terlalu keras tetapi sedikit sakit.

"Awww." Atta hendak mengomel tetapi saat matanya terbuka, ia melotot dan merintih.

"Pelajaran kali ini kita sudahi, dan kamu Atta keruangan saya saat istirahat nanti," ucap Flora seraya melepaskan telinga Atta.

Saat Flora sudah keluar, Beatrice Wijaya atau kerap di sapa Erik salah satu teman dari Atta selain Diki menghampiri Atta.

"Lo udah membangunkan singa dari kandangnya Ta, tinggal nikmati sensasinya," ujar Erik menepuk pundak Atta yang sedang sibuk mengusap telinganya yang terasa panas.

Atta, Diki dan Erik ialah tiga sahabat, atau mungkin bisa di sebut teman sejak kecil. Awalnya  Atta berpisah dengan Diki dan Erik karena ia di paksa Bimo, sang papa untuk tinggal di Jerman bersama Kakek Neneknya, dan kini baru kembali ke Indonesia ketika kelas 12 SMA semester terakhir. Seharusnya tidak boleh karena sudah tanggung, tapi karena Papa Atta pemilik sekolahnya jadi tidak ada yang tidak bisa bagi Atta.

Hubungan pertemanan mereka berlanjut ketika Atta akhirnya memutuskan ingin satu kelas dengan kedua sahabatnya itu, meski membuat Atta malu mengakui mereka sahabat karena sikap-sikap mereka yang dari dulu tidak ada bedanya, padahal di ciptakan dari rahim yang berbeda dan dari sperma Ayah yang tidak saling mengenal apalagi satu produk, tapi setidaknya mereka ialah jenis spesies sahabat yang setia dan tidak khianat. Selalu ada saat Atta suka maupun duka.

Atta berjalan menghampiri ruangan Flora di temani kedua sahabatnya itu, tetapi mereka malah tidak mau masuk dan mau tidak mau, akhirnya Atta lah yang harus berhadapan sendiri dengan Guru cantik bertopeng galak di sekolahnya itu.

"Ta sorry gue sama Diki tunggu disini aja ya,  percuma soalnya Bu Flo akhirnya pasti bakal ngusir kita juga dengan alasan 'Saya ada urusannya dengan Atta bukan dengan kalian', " tutur Erik yang di angguki Atta.

Atta masuk dengan perasaan yang tidak dapat dijelaskan. "Permisi Bu." Atta baru kali ini melihat pemandangan yang begitu indah, Flora tertawa lepas dengan Dara tidak tau apa topik yang membuat mereka tertawa seperti itu yang jelas Atta sangat terkesima dengan wajah cantik penuh tawa gurunya itu.

Flora tersadar saat melihat Atta yang menatap kegiatan asiknya bersama Dara, Flora kembali memasang wajah datar dan menatap ke arah Atta. Dara yang aneh pun mengikuti arah mata Flora. Dara yang mengerti pun hanya manggut-manggut seolah-olah berkata, "Pantas saja."

Dara kemudian pamit, Atta tersenyum kemudian menyalimi gurunya itu. Flora menghampiri Atta dan duduk di meja kursi kerjanya serta tak lupa mempersilahkan Atta duduk di hadapannya.

"Kamu tau kesalahanmu apa?" tanya Flora. Atta mengangguk, tidak tau kenapa ia tidak bisa berbicara, mulutnya seakan bisu tertutup rapat.

"Papamu berpesan pada semua guru, meski kamu putranya tetap saja jika kamu salah harus di kenai hukuman seperti siswa lain, mengerti!" tegas Flora.

Atta hanya diam saja bersiap menyimak ucapan Flora seraya memandangi wajah guru di hadapannya itu, meski terlihat galak aura cantiknya tidak hilang sedikit pun apalagi wajah tertawanya tadi membuat Atta ingin melihatnya lagi. Ahhh andaii, batin Atta.

"BRYATTA ALVAREZ sekali lagi saya tanya apakah kamu mengerti!" Tidak tahu kenapa Flora semakin geram dengan siswa di hadapannya ini.

"Eh iya Bu, gimana?" Flora semakin emosi, ia berusaha untuk sabar menarik nafasnya dan membuangnya secara kasar lalu berkata, "Baik Atta hukumanmu saya tambah, besok saat weekend jam 9 datangi rumah saya jika kamu ingin nilaimu aman, mengerti!" ujar Flora dengan penuh penekanan.

"T-tapi, Bu?"

"Gak ada tapi-tapian, intinya jika ingin nilaimu selamat, lakukan apa yang saya perintahkan, sekarang silahkan keluar dari ruangan saya."

"Baik Bu, terima kasih." Atta keluar meninggalkan ruangan Flora dan bertuju untuk menemui sahabatnya yang setia menunggunya di luar.

Langkah Atta gontai, lesu seperti manusia tidak bertulang. Diki dan Erik yang melihatnya pun aneh.

"Kenapa Ta? Gimana?" tanya Diki.

"Ya begitulah ... udah ah yuk kantin, laper gue."

"Ahh si lo, jawab dulu pertanyaan Diki," beo Erik.

Atta yang sudah tidak mood lebih memilih melenggang pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang sudah heran bertanya-tanya. Untuk membahasnya saja Atta rasa malas. Ia sangat tidak enak dengan perasaannya saat ini. Ketika melihat tawa guru cantiknya itu, Atta merasakan getaran bagai di sengat listrik yang menusuk hati bahkan tembus ke empedu:v

Tetapi saat melihat sikap guru yang ia cap, guru tercantik. Sangat muak rasanya, yahhh sudahlah, Atta membuang pikiran yang membuat otaknya AMBYARRR dan fokus pada cacing-cacing di perutnya yang sudah demo ingin segera diberi asupan makanan.

Annyeong haseo 🙌
1000 kata lebih ni, semoga kalian puas. Terbayar sudah setelah sekian lama gak up dan sekalinya up bawa chapter yang panjang sampe bikin tangan kegajahan :v

Bantu suporrt vote and komen yaa. Terima kasih🎉

The Beautiful Teacher Is My Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang