Menggemaskan

597 29 3
                                    

Ketika sepulangnya sang Mama. Suasana mendadak hening, tidak ada percakapan di antara Flora dan Atta.

Hingga akhirnya Atta menatap Flora yang kini tengah menatap pintu yang padahal Santi sudah pergi dan tidak terlihat lagi.

"B-bu Flo, udah ya jangan dipikirin ucapan Mama tadi. Atta juga gak akan maksa, lagian Atta masih sekolah." Flora hanya melirik sekilas dan beranjak meninggalkan Atta dan tak memperdulikan ucapannya.

Kini perasaannya sudah benar-benar kesal dengan Atta. Bisa dikata sisi negatif Flora terhadap Atta sudah mulai muncul lagi.

Ia berjalan menuju kamar mandi. Sedangkan Atta yang melihatnya juga sebenarnya sedikit sebal, ingin menegur tapi ia takut. Bukan drama suami takut istri, tapi karena istrinya itu gurunya, jadi membuat Atta menciut setiap kali ingin melontarkan rasa kesal pada Flora.

Daripada berlama-lama dengan pikirannya. Atta juga beranjak keluar hotel hendak mencari makanan.

Suasana pagi kala itu benar-benar segar. Ia jadi kepikiran ingin berhoneymoon di pedesaan dari pada harus menyewa hotel di tengah kota padat nan panas. Astaghfirullah khilaf.

Setelah itu ia kembali ke kamar hotel yang ia tempati bersama Flora. Terlihat Flora yang kini berjongkok dengan handuk sepaha tengah memilih pakaian, dalam kopernya.

Atta yang melihat kaki, paha serta pundak Flora hanya diam menatapnya. Ketika Flora tersadar seperti ada yang menatapnya, ia langsung melirik dan memberi tatapan elang. Atta yang melihatnya terkejut, pupil matanya melebar, dan langsung segera ia menutup pintu dan menaruh plastik makanan yang tadi ia beli di atas nakas.

'Emang berani ya dia natap gue nafsu begitu. Iya si gue tau, secara badan gue baday membahana. Tapi gue gak suka dia begitu. Awas aja kalo sekali lagi begitu. Gue pites sampe ke junior-juniornya gue potong cincang.' batin Flora mengomel sembari ia berjalan menuju kamar mandi hendak memakai pakaian.

Beberapa menit kemudian ia keluar dengan stelan casual santai. Atta yang tadinya sibuk dengan benda pipih di tangannya, ia beranjak dan menepuk ambang ranjang menkode pada Flora untuk duduk di sampingnya.

"Nih, Bu. Makan dulu." Atta mengeluarkan makanan dari plastik, ia sengaja membeli makanan serba instan. Karena hotel yang ia sewa tidak tersedia dapur.

Flora mengangguk, ia menghampiri Atta dan menarik makanan itu.

"Emm Bu, nanti Atta mau keluar ya ada urusan." Flora hanya mengangguk sembari terus menikmati makanannya, karena pada dasarnya ia tidak peduli mau Atta pergi kemanapun. Malah ia berharap dirinya tidak kembali sekalipun tidak apa. Meskipun ia harus menjanda.

Setelah akhirnya keduanya selesai menghabiskan makanan. Sesuai ucapan Atta, kini ia akan pergi keluar ntah urusannya apa. Dan Flora hanya mengacuhkan mau Atta bagaimanapun ia tidak akan peduli. Ia malah menarik selimut, menidurkan raga dan menyenderkan punggungnya dan menonton siaran TV.

Malam tiba. Flora yang ternyata ketiduran ia menguap, melirik jam dengan penglihatan yang masih remang-remang. Ia terkejut, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam, dan Atta belum pulang.

Tapi apa pedulinya, ia kembali membaringkan raganya dan melanjutkan ritual bobo cantiknya.

Pagi di hari terakhir Flora dan Atta berhoneymoon. Flora yang masih setengah sadar ia merasakan perutnya berat, dan ketika ia meraba ternyata ada tangan yang melingkar begitu saja. Flora berbalik dan mendapati Atta yang tengah lelap tertidur dengan wajah yang amat damai.

Flora menatap wajah tertidur Atta. Jika dilihat-lihat Atta memang tampan. Rahang yang tegas, hidung mancung, bulu mata lentik, halis tebal dan bibir yang merah menggemaskan.

Tanpa disadari Flora tersenyum simpul melihatnya, ia mengusap halis tebal milik Atta, sangat geli rasanya. Ketika tersadar, ia langsung menjauhkan dirinya dari hadapan Atta, dan sontak membuat Atta terbangun.

"Kenapa Bu?" Flora hanya menatap datar Atta, sedangkan yang ditatap ia malah menyipitkan mata dan menguap berkali-kali. Sangat menggemaskan, jambul yang berantakan, mata sipit dan muka bantal hingga suara serak khas laki-laki membuat Flora terdiam bisu.

Atta yang melihat Flora diam saja. Ia malah kembali membaringkan tubuhnya. Ketika Flora hendak beranjak. Atta dengan sigap malah menarik tangan Flora dan menggenggam juga menempelkan pada pipinya. Flora ingin berteriak memarahinya, namun ketika melihat wajah damai terlelap Atta ia jadi tidak tega. Atta memang terlihat seperti sedang kecapean, tapi karena apa?

Saat Flora masih setia menunggu Atta melepaskan tangannya. Tiba-tiba ponsel di balik bantalnya berbunyi, ia mendapati vidcall dari Vera.

"MAMA!" teriak Flora ketika melihat sang Mama.

Vera yang mendengarnya hanya menatap kesal sang anak.

"Kamu ini, untung jauh, kalo deket sakit telinga Mama. Oiya Atta mana?" Flora terkejut bukan main, ketika kini yang ditanyakan pertama oleh mamanya ialah Atta bukan dirinya.

Flora langsung menggeser dirinya, melihatkan wajah tertidur Atta. Vera tersenyum ketika melihat tangan Flora yang dijadikan tumpuan Atta tertidur.

"Kayaknya semalam habis bertarung seru yah." Flora yang mengerti dengan arah pembicaraan mamanya hanya berdehem dan tersenyum tipis.

"Ma, besok Flo pulang ke rumah Mama, kan?" Vera mengangguk seru.

"Yess. Oiya, ko Mama pucet si? Kek beda gitu auranya. MAMA SAKIT YA?!"

"Hush kamu ini ngada-ngada. Mama enggak apa-apa ko, cuma lagi pusing sedikit."

"Ish tuh kan, Flo pulang sekarang yah."

"Heh. Enggak, kalo kamu pulang Mama bakal nambah sakit."

"T-tapi M—."

"Syuttt udah ya. Pokoknya kamu pulang besok, Mama tunggu. Jangan khawatirin Mama ya, jaga diri baik-baik, jadi istri yang baik, awas," oceh Vera ketika di akhir panggilan. Flora hanya pasrah, meskipun hatinya sedikit gundah karena mengetahui mamanya sedang kurang sehat. Mana tangannya pegal, sial, Atta belum saja terbangun.

Pendek-pendek dulu aja kali yaaa :)

The Beautiful Teacher Is My Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang