Kesiangan

607 34 0
                                    

Pagi ini. Flora dan Atta tengah di perjalanan hendak ke sekolah. Waktu tinggal 10 menit lagi menuju masuk dan pastinya gerbang akan segera ditutup, terlebih lagi hari ini, hari Senin.

"Makanya kalo dibangunin itu, langsung bangun." Flora mengomel sepanjang jalan sembari menyuapi Atta.

Mereka terpaksa harus sarapan di mobil daripada harus kesiangan.

"Ntar turunin di depan aja, kayak biasa." Atta mengangguk seraya terus mengunyah dan fokus menyetir.

Setelah Flora memberikan air minum pada Atta, tak lama kemudian mereka sampai di jalan tempat biasa Atta menurunkannya. Flora langsung keluar tanpa basa-basi, mood paginya sudah rusak.

Flora berjalan cepat menuju gerbang, karena satpam sekolah sudah melambai-lambai mengkode bahwa gerbang akan ditutup. Flora berhasil masuk, namun Atta karena harus menunggu Flora jauh ia jadi telat, dan tidak diperbolehkan masuk.

"Yahhh." Atta langsung keluar dari dalam mobilnya.

"Pak, saya cuma telat satu menit." 

"Anak muda jaman sekarang. Nak, ingat pepatah kalo waktu itu mahal daripada emas."

"Entar saya bayar deh, Pak. Mau berapa?"

"Eh ... eh ... kamu ini. Kamu pikir, saya akan menerima uang itu." Tunjuk satpam sekolah pada uang yang ada di tangan Atta.

"Iya, Pak. Ambil aja. Asalkan saya bisa masuk."

"Tidak." Satpam itu mengucapkan tidak, namun ia malah tetap mengambil uang yang ada di tangan Atta.

"Kamu tunggu di sini. Saya akan bukakan, jika upacara selesai." Atta hanya terdiam, meskipun sedikit kesal, akhirnya ia memilih menuruti dan kembali ke dalam mobilnya. Kesempatannya juga ia akan melanjutkan tidurnya.

"Pasti gak bisa masuk," gumam Flora ketika berjalan menuju lapangan sembari melirik ke arah gerbang.

Hingga akhirnya, beberapa menit sudah upacara selesai.

"Heh, kamu mau bangun enggak?!" Atta langsung menengok, ia melihat satpam yang tengah mengetok kaca mobilnya. Atta langsung menurunkan kaca mobil tersebut, sembari menguap.

"Udah sana masuk."

"Terima kasih, Pak."

"Ingat besok-besok jangan kesiangan lagi."

Atta hanya mengangguk, nyawanya masih belum terkumpul. Saat itu ia hendak mencuci muka ke kamar mandi.

"Hufft." Atta bercermin di kaca wastafel. Ia menatap dirinya lalu melihat jam.

"Aishh udah jam 8 lewat aja." Ia baru saja akan merapikan dasinya. Tapi, tiba-tiba langsung tersadar.

"Heh! Sekarang ulangan." Atta langsung terburu-buru berjalan menuju kelasnya.

Namun, saking ia terburu-buru hingga akhirnya menabrak seseorang.

BUGH!!

"Awww."

"Eh."

"Kalo jalan itu liat-liat! Lu—." Ucapan seseorang yang Atta tabrak itu terpotong. Ia terkejut dengan sosok di hadapannya. Sangat tampan, pikirnya. Terlebih lagi wajah dan rambut Atta yang basah, membuat nambah kesan damage saja.

Atta berjongkok, ia mencoba menolong orang yang ia tak sengaja tabrak. Seorang gadis yang sepertinya baru ia lihat.

"Maaf-maaf, gue gak liat. Lo enggak apa-apa?" Atta mengulurkan tangannya, dan gadis itu menerimanya.

"Enggak apa-apa. Makasih, ya." Atta mengangguk kemudian ia hendak melanjutkan langkahnya. Namun gadis itu malah menahannya.

"Gue boleh minta tolong?" Atta hanya mengerutkan alisnya.

The Beautiful Teacher Is My Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang