Mood di pagi hari

732 53 3
                                    

Hati-hati banyak typo bertebaran ✈️

"Hffft ... aku rindu rumah." Flora yang baru saja memasuki rumah langsung menghempaskan raganya ke sofa empuk di rumahnya.

"Ya udah Tante, Flo. Dara langsung pulang ya," ucap Dara.

"Lah baru sampe Dar, lo gak mau ngaso dulu gitu."

"Nanti aja, My husband di rumah lagi stay menunggu, lagian gue mau istirahat hari ini ntah kenapa gue lemes banget, apalagi besok harus ngajar."

"Itu bawaan bayi, kamu harus sabar-sabar aja ngadepinnya Dar," ucap Vera.

"Kemungkinan sebentar lagi Dara juga bakal ngambil cuti ngajar kalo begini terus, Tan."

"Serius Dar?" tanya Flora. Dara mengangguk seraya mengusap perutnya.

"Iya nggak apa-apa, emang sebaiknya begitu. Kasian kandungannya, jangan sampai terlalu cape."

"Iya Tante, terima kasih ya. Kalo begitu, Dara pamit ya. Flo gue pamit."

Tak lama setelah Dara pulang, Flora jadi rindu mengajar.

"Emmm Ma, besok aku berangkat ke sekolah ya?" pinta Flora.

"Gak boleh. Kamu itu baru pulih harus istirahat. Tunggu seminggu lagi ya," cegah Vera.

"Tapi Ma, Flo udah mendingan ko serius gak bohong. Pliss Ma, Flo rindu sekolah soalnya." Flora memasang wajah memohon, dan mau tidak mau Vera luluh dan tidak dapat mencegah permintaan anaknya tersebut.

"Hmm ... ya sudah kamu istirahat sekarang, biar besok gak telat," pasrah Vera.

Flora mengacungkan jempol dan berjalan menuju kamarnya.

Keesokan harinya...

"Pagi Ma." Flora yang baru saja keluar dari kamar dengan penampilan yang sangat cantik menghampiri Vera yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuknya.

Walau seorang guru, tapi ia tidak mau kalah dengan siswi  lainnya. Ia tetap berpakaian layaknya remaja masa kini. Karena seyogyanya ia pun masih termasuk remaja. Remaja di atas umur :v

Kemeja putih dengan rambut yang di ikat membuatnya sangat terlihat cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kemeja putih dengan rambut yang di ikat membuatnya sangat terlihat cantik.

Hanya saja ia seperti mengalami gangguan identitas disosiatif atau kepribadian ganda, misalnya saja jika di sekolah ia terlihat seperti guru killer yang jutek, ganas dan galak. Tetapi jika sudah bersama Vera, Dara atau orang yang sudah dekat dengannya behhh sikapnya itu berubah menjadi receh, manja dan lebay.

"Eh anak Mama cantik kali, sini sarapan dulu Mama udah siapin makanan kesukaan kamu." Vera mengambil piring dan menyiukan makanan untuk anak kesayangannya itu.

"Makasih Ma." Flora dengan sigap langsung menyantapnya.

"Oh ya Flo, soal perjodohan itu yakin kamu mau menerimanya?" tanya Vera.

Flora yang tadinya sangat lahap menikmati makanan, akhirnya terdiam dan menarik nafas lembut lalu membuangnya secara perlahan dan tersenyum tipis pada Vera. "Iya Ma."

"Beneran?" tanya Vera memastikan dan langsung di angguki Flora.

"Ya sudah, lusa ikut Mama ketemu calon suami kamu ya." Sontak Flora kaget dan tersedak.

"Minum Ma, minum." Vera segera memberinya segelas air dan langsung di minum oleh Flora.

"Hati-hati makanya kalo makan."

"Mama yakin lusa, k-ketemunya," ucap Flora gugup dan mengabaikan ucapan Vera.

"Iya sayang, lebih cepat lebih baik kan?" Flora mengangguk seraya tersenyum dan langsung melanjutkan makannya.

"Kalo bukan karena Mama dan amanah Papa untuk nurut sama Mama, gak mau sumpah. Gue cuma pengen nikah sama laki-laki yang gue cinta, gimana kalo nanti di jodohinnya sama om-om. Aigooo no no. tapi ya sudahlah jalani dulu aja demi Mama sama Papa," batin Flora pasrah.

Flora tiba di sekolah dengan wajah datar karena pikiran dan hatinya sedang AMBYARRR. Lagi-lagi karena ucapan sang Mama yang membuat moodnya di pagi hari sudah kusut.

"Flora," teriak seseorang yang suaranya terdengar di belakang Flora.

"Ehh lo Dar, dikira gue siapa," ucap lesu Flora.

"Gue kira lo gak masuk dulu hari ini."

Flora tidak merespon ucapan Dara, ia berbalik dan melanjutkan langkah menuju ruangannya.

"Lah tu anak kenapa lagi," heran Dara.

"Flo tungguin." Dara langsung mengejar dengan langkah sedikit cepat, pasalnya ia tidak bisa berlari karena perutnya kini yang sudah lumayan sedikit membesar.

Flora saat melihat ruangannya sangat malas, moodnya kini sudah hancur. Hanya 1 tempat yang ia butuh untuk menenangkan pikirannya. Roof top.

Flora membuka pintu Rooftop dan langsung dikejutkan oleh seorang murid yang menangis sembari berteriak keras.

"ARRRRGH! BARU AJA GUE SENENG BISA SEKOLAH DI TEMPAT BOKAP. SEKARANG HARUS ADA MASALAH LAGI. KAPAN GUE SENENGNYA!"

"Siapa kamu? sedang apa kamu disini?" Flora melangkah menghampiri murid tersebut.

"E-eh ... Bu Flo. M-maaf Bu, saya cuma lagi pengen sendiri. Bu Flo sendiri ngapain ada disini? Tumben-tumbenan ada guru masuk kesini?"

"Memang kenapa? Mentang-mentang ini sekolah milik papamu, saya tidak boleh kesini bukan begitu Bryatta?" ucap Flora dengan menekankan nama Atta.

"Lah ko ngamokk?"

Flora menatap kesal murid dihadapannya itu.

"Saya juga lagi ada masalah, makanya kesini."

Atta mengangguk mengerti. Kemudian ia duduk menatap kota dari atas roof top sekolah tersebut. Ia melamun tanpa menghiraukan kehadiran Flora, gurunya.

Flora yang aneh melihatnya pun ikut duduk di samping Atta.

"Emang masalahmu berat ya?" tanya Flora.

"Saya mau di jodohkan, Bu."

"Hah!!"

Hehoh...

Maaf ya baru up lagi:)

The Beautiful Teacher Is My Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang