Amanah Papa

735 55 4
                                    

Happy Reading ✨

"Aldo," gumam Dara, ia menoleh pada Flora yang terlihat sedang menahan emosi.

"Flo, i-itu kan—." Belum sempat Dara menyelesaikan ucapannya, Flora dengan cepat berjalan menghampiri Aldo.

"Aldo! Jadi ini alasan kamu gak pernah mau di ajak ke rumah!" Flora menampar pipi Aldo, lalu di liriknya perempuan di samping Aldo.

Byurrr! Flora mengambil air dari minuman pelanggan di meja samping Flora berdiri.

Aldo dengan senyum smirknya nya berkata, "Kalo iya kenapa? Lagian mana mau gue nikahin perawan tua kaya lo." Tunjuk Aldo pas di hadapan wajah Flora.

Rasanya tidak percaya, sangat sakit. Flora yang menerima Aldo apa adanya, tidak pernah menuntut Aldo yang sering bermain kasar padanya serta selalu sabar, mendapati balasan seperti ini.

Flora pergi berlari meninggalkan Aldo dengan tangisan yang tak lagi bisa di bendung. Dara langsung mengejar Flora.

Flora terus berlari hingga tanpa ia sadari sampai di tengah jalan dan...

"Flora awas!" teriak Dara.

Suatu tempat yang sangat asing dan serba putih. Hingga pakaian yang kini di kenakan pun putih. Flora berjalan menyusuri tempat yang aneh dan tak di kenalinya itu.

Flora melihat pintu dihadapannya, ia tidak tahu pintu itu akan membawanya kemana. Ia membuka pintu tersebut, dan terlihat suasana yang sangat asri. Banyak bunga-bunga cantik, dan sungai yang mengalir indah. Ia melangkah menapaki jalan dengan hamparan rumput yang lembut, di samping jalan tersebut di hiasi bunga-bunga.

"Flora! Flora!" Samar-samar suara memanggil namanya. Flora mencari arah suara tersebut, dan tak jauh dari hadapannya, terlihat seorang lelaki dengan pakaian sama serba putih melambaikan tangan. Lelaki itu duduk di sebuah kursi di pinggir sungai yang indah dan jernih.

Flora menghampirinya.

"Papa," gumam Flora.

Berbeda di lain tempat, kini suara tangis terdengar begitu histeris. Dara dengan Vera di pelukannya yang sudah terisak. "Flora jangan tinggalin Mama, Nak."

Terlihat seorang gadis malang terbaring di atas brankar, dengan lumur darah hampir menutupi semua bagian kepala bahkan rambut hitamnya pun habis di lumuri si merah berbau amis itu.

Karena kejadian tadi, Flora menjadi korban tabrak lari mobil yang melaju kencang.

"Vera." Vera menoleh dan langsung beranjak bangun dan mendapati Santi, satu-satunya teman yang ia punya.

"Gimana keadaan anakmu baik-baik aja kan, gak parah?" tanya Santi yang langsung memeluk Vera.

Tak lama kemudian Dokter keluar dan Vera langsung menghampirinya.

"Gimana Dok, keadaan anak saya?" tanya Vera.

"Maaf Bu, keadaan anak ibu sangat kritis, akibat kecelakaan itu kepalanya terbentur hingga mengakibatkan banyak darah keluar dan yang paling berbahaya ada gumpalan darah di kepalanya yang mengharuskan ia menjalankan operasi secepatnya," jelas Dokter itu.

"Apa!" Vera yang tak percaya mendengarnya langsung terjatuh pingsan.

"Vera bangun, Ver."

"Kita bawa ke UGD aja, Bu," ucap Dara.


"Papa ... Flora kangen banget sama Papa." Flora terus memeluk sang Papa, sosok yang telah lama meninggalkan ia dan mamanya.

"Mama?" batin Flora mengingat Vera dimana?

"Tante Vera harus kuat jangan terlalu di pikirin, Flora pasti selamat. Dia kuat," ujar Dara menenangkan Vera yang baru saja sadarkan diri.

"Flora mana?" tanya Vera.

"Flora sekarang lagi di operasi, Tante," ucap Dara. Vera yang mendengarnya langsung turun dari brankar hendak ingin menghampiri Flora. Namun ia sangat lemah dan akhirnya terjatuh.

"Tante!" Dara yang melihatnya langsung membantu dan membaringkan kembali Vera.

"Tante di sini aja tunggu, di sana udah ada Bu Santi yang nungguin ko," jelas Dara yang di angguki Vera.

Tak lama kemudian Santi datang menghampiri Vera dan Dara.

"Ver gimana udah baikan?" tanya Santi.

"Flora gimana, San?" tanya balik Vera.

"Operasinya berhasil, tapi...." Santi membuang nafas kasar.

"Tapi apa?" tanya Vera.

"Dia koma," ucap lesu Santi.

"Gak mungkin." Vera kembali menangis, ia sangat takut kehilangan anak kesayangan yang memang anak semata wayangnya.

"Sabar Ver, kita harus tetep bersyukur. Meski Flora koma, setidaknya ia masih selamat," ucap Santi yang di angguki Vera.

"Dara, kamu kan lagi hamil pulang aja gih jangan sampe kecapean. Vera biar saya yang jaga."

"Ya udah Tante, Dara pamit dulu ya. Besok dara kesini lagi, kalo ada apa-apa langsung kasih tau ya."

***

"Flora sini duduk, Papa mau bicara sesuatu sama kamu." Flora menuruti ucapan sang Papa.

"Flora harus sayangi Mama ya, Mama cuma punya kamu sekarang," ucap Papa Flora seraya mengusap rambut anak kesayangannya tersebut.

"Mama mau jodohin Flo Pa ... Flo gak mau." Flora menatap sayu wajah sang Papa yang kini tersenyum manis dihadapannya.

"Flo ... Mama cuma mau yang terbaik buat kamu. Lihat Aldo sudah khianati kamu, jadi Mama cuma mau jauhin kamu dari orang-orang seperti itu." Flora menangis kala pikirannya terbayang saat melihat Aldo dengan perempuan lain.

"Jadi Flo harus turutin apa kata Mama ya? Jangan buat Mama sedih dan khawatir, pilihan Mama pasti yang terbaik buat Flo. Papa pun pasti akan bahagia sekali, kalo anak kesayangan Papa udah ada yang jagain." Flora mengangguk dan memeluk sang Papa.

"Sekarang Flo pulang, Mama pasti khawatir sama kamu."

"Tapi Papa?" tanya Flora.

"Papa juga mau pulang."

"Bareng Flora kan?"

"Enggak, sudah sana ... Mama nungguin kamu, sayang." seketika bayangan sang Papa hilang.

"Pa? Papa? Papa kemana?" Flora menangis, berkali-kali ia meneriaki sang Papa, namun papanya itu tetap hilang dari hadapannya.

Jangan lupa Vote & komen teman-teman😊

The Beautiful Teacher Is My Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang