Flora masuk ke dalam kamarnya. Ia melihat Atta yang sudah hilang dari kasurnya. Flora duduk di kursi meja riasnya. Ia bercermin. Dan perasaannya masih malu terhadap mamanya.
Atta baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk sepinggangnya. Ia langsung menghampiri Flora dan memeluknya dari belakang.
"Dari mana? Kangen." Sudah seperti saling mencintai saja. Jika di pikir, keduanya memang sudah memiliki perasaan. Namun entah kenapa enggan untuk terang-terangan.
Flora hanya diam. "Tau enggak?"
"Apa?" Atta meletakkan dagunya di pundak Flora sembari tangannya yang bermain tidak tahu main apa.
"Mama mergoki kita, tadi pagi." Pergerakan Atta berhenti. Ia menatap Flora di hadapan cermin. Setelahnya ia pun tersenyum, dan melanjutkannya kembali.
"Ko biasa-biasa aja, si."
"Emang kenapa?"
"Au ah."
"Ko desah?"
"Ish, apa sih." Flora mulai menyingkirkan tangan Atta. Namun Atta kembali meletakkannya, ia malah membuka tiga kancing atas baju Flora. Dan Flora hanya pasrah. Setelah itu Atta memintanya untuk duduk di pangkuannya di kursi rias itu. Sambil bertatap dalam cermin. Flora mulai merasakan tidak enak. Ia meremas ujung bajunya. Keringatnya sudah turun. Atta yang menyadari itu tetap lanjut melakukannya.
Setelah puas ia pun berhenti. Berganti memeluk Flora.
"Aku mau nanya sama kamu."
"Nanya apa?"
"Kamu, udah punya perasaan sama aku?" Flora terkejut. Jantungnya kembali berdegup kencang. Saat ia mencoba beranjak. Lagi-lagi Atta menahannya.
"Jawab dulu, sayang." Flora sudah semakin tidak baik-baik sekali. Ia menahan senyum dan semakin malu saja rasanya.
"K-kamu sendiri?"
"Jujur jangan?"
"Ya iyalah." Atta tersenyum melihat Flora dari cermin yang kini tengah cemberut.
"Sebentar, ya. Aku pake baju dulu."
Flora mengangguk. "Pakaiannya ada di kasur."
"Terima kasih, sayang." Flora hanya bisa mesem-mesem. Hatinya seperti terbang sendiri mendengar Atta yang lagi-lagi memanggilnya dengan sebutan sayang.
Atta memakai pakaian di depan Flora. Tidak masalah. Toh keduanya sudah saling melihat luar dalam.
Setelah itu Atta selesai dengan pakaian santai celana pendek dan kaos putih oblong. Ia menyimpan handuk, kemudian naik ke atas kasur dan menyenderkan kepalanya.
"Sayang, sini." Panggil Atta pada Flora. Flora kembali tersenyum. Meskipun terdengar geli di telinganya. Tetapi ia sangat suka mendengarnya.
Flora menuruti Atta. Ia duduk di samping Atta. Namun, Atta malah menariknya untuk duduk di atas pahanya.
"Sini deketan."
"Enggak." Atta langsung menarik Flora. Ia memeluknya, menghirup aroma rambut Flora yang masih sedikit basah.
"Ish jangan begini posisinya."
"Ssst, aku mau mulai." Flora lagi-lagi hanya pasrah. Kini ia seperti sudah jinak oleh Atta. Tidak berani mengomelinya.
Atta menatap Flora, ia mengecupnya.
"I love you."
"A-apa?"
"Itu jawaban yang tadi," bisik Atta dan membuat Flora merinding sekaligus membuatnya senang.
"Aku harus bilang apa?" tanya Flora dengan polosnya. Atta yang mendengarnya malah menahan tawa, istrinya ini seorang guru yang terkenal killer, jika perihal perasaan kenapa polos sekali. Menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beautiful Teacher Is My Wife [ON GOING]
Romance"Mama kira ini jaman Siti Nurbaya, pake acara jodoh-jodohan ... " ~Flora Guru menikahi muridnya? Sangat mustahil. Tapi, tidak dengan Flora. Kenyataan yang ia anggap sebuah mimpi kini dirasakannya. Karena ia belum bisa menemukan pendamping hidupnya s...