Persiapan dan suatu alasan

515 34 0
                                    

Hari ini, tepatnya Flora dan Atta harus menuruti permintaan Vera di hari kemarin bahwa mereka berdua akan pergi untuk fighting baju pernikahan.

Walaupun pernikahan mereka di adakan tidak akan mewah, namun setidaknya Vera dan Santi tetap ingin melihat anak-anaknya itu tampil menarik.

Kini Atta sedang berdiri menunggu Flora di parkiran. Hari ini ia sengaja membawa mobil ke sekolah, karena jika teman satu sekolahnya tau ia pulang dengan guru killer di sekolah maka habislah riwayatnya.

Terlihat dari kejauhan Flora dengan penampilan yang serba hitam berjalan dengan begitu anggun. Eskpersi wajahnya yang jutek membuat aura sosok guru killernya semakin terlihat.

 Eskpersi wajahnya yang jutek membuat aura sosok guru killernya semakin terlihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penampilan Flora.

Penampilan Flora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penampilan Atta.

"Udah?" tanya Atta ketika Flora kini ada di hadapannya.

"Iya."

Kini mereka dalam perjalanan menuju butik tantenya Atta, suasana hening. Dan akhirnya Atta lah yang mengawali membuka suara, agar suasananya tidak seperti sedang mengheningkan cipta.

"Emm ... maaf Bu. Atta mau tanya, ntar kalo udah nikah. Mau tinggal dimana?" Pertanyaan Atta sontak membuat Flora sedikit geli mendengarnya.

"Gue tetep mau tinggal sama Mama." Atta hanya mengangguk sambil terus fokus menyetir.

Akhirnya kini mereka sampai di tempat yang dituju, disana sudah ada Vera dan Santi.

"Udah lama Ma?" Flora yang baru saja datang dan langsung menyalimi Vera dan Santi.

"Lumayan, udah ayo cepet pilih baju yang kalian suka," ucap Santi.

"Flo mau yang gimana?" tanya Vera.

"Gimana aja, asalkan jangan yang ribet-ribet."

"Itu bagus Flo." tunjuk Vera pada sebuah gaun berwarna putih dengan hiasan bunga-bunga bordir dan brukat yang senada dengan warna gaun di sekelilingnya.

" tunjuk Vera pada sebuah gaun berwarna putih dengan hiasan bunga-bunga bordir dan brukat yang senada dengan warna gaun di sekelilingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dihh ogah, kan Flo bilang gak mau yang ribet-ribet." Flora terus berjalan mengitari butik yang lumayan besar itu.

Hingga ia melihat sebuah dress bukan gaun, yang menurutnya sangat pas dan lumayan elegan.

"Ma, Flo mau itu." tunjuk Flora pada baju yang di maksud tadi, sebuah baju putih polos tapi nampak begitu elegan.

"Flo kamu ini mau nikah bukan mau ke pesta," omel Vera.

"Pokoknya Flo mau itu, kalo gak setuju ya udah gak jadi nikah."  Santi dan Vera langsung menoleh pada Flora.

"Ya sudah kita ambil itu, Abang menyesuaikan aja ya," ucap Santi di angguki Atta.

Akhirnya acara pilih memilih baju pun selesai. Setelah ini rencananya mereka akan pergi menuju restoran terdekat, untuk sedikit mengganjal perutnya, karena sesudah ini mereka masih harus mempersiapkan auning dan beberapa ketring dengan cepat.

Bimo, Ayah Atta sekaligus Suami dari Santi. Kini ia sedang di luar kota karena pekerjaan, jadi tidak bisa membantu mempersiapkan pernikahan Atta dan Flora. Ia akan kembali pas di hari pernikahannya saja.

Ketika sedang asik menyantap makanan, tiba-tiba Vera memegangi kepalanya. Wajahnya sangat pucat sekali. Flora yang melihatnya langsung khawatir.

"Ma gak papa kan?" Santi yang mendengar pertanyaan Flora langsung menoleh pada Vera.

"Ver minum dulu nih, udah ini pulang aja ya, nanti bisa di lanjut besok." Flora yang menatap aneh kedua emak-emak ini, mencoba menepis pikiran yang seakan bertanya. Kenapa?

Malam tiba. Flora dan Vera kini sedang sibuk menyiapkan makan malam. Vera lagi lagi memegangi kepalanya seraya berjalan sempoyongan.

"Ma gapapa?" Flora memegangi pundak Vera dan menuntunnya untuk duduk di kursi meja makan.

"E-eh nggak papa Flo, Mama cuma kecapean kayaknya."

"Ya udah Mama duduk aja ya, biar Flora yang lanjutin semuanya." Vera hanya mengangguk dengan wajah pucatnya.

"Maafin Mama Flo. Mama belum bisa ceritain semuanya," batin Vera.

Flora melanjutkan pekerjaannya sembari pikirannya terus semakin bertanya-tanya, sebenarnya ada apa? Kenapa?

Flora melirik Vera yang berkali-kali terus-menerus memegangi kepalanya.

"Ma, Flo antar ke rumah sakit mau?"

"Enggak Flo ... Mama cuma kecapean doang sayang, makanya ini agak sedikit pusing kepala Mama. Nggak perlu ke rumah sakit segala ah." Vera mencoba menyembunyikan rasa sakit yang ia rasa.

Beda di lain tempat. Kini Atta, Santi dan Bilqis  sedang asik menonton siaran TV.

Santi melirik Atta yang sibuk dengan tatapan fokus dan cemilan di tangannya.

"Abang Mama mau ngomong sesuatu boleh."

"Boleh Ma, ngomong apa?"

"Abang mau belajar mencintai Flora dan benar-benar bisa menjaganya dengan baik?"

"Gimana nanti aja Ma." Atta meletakan cemilannya dan menatap Santi.

"Memangnya kenapa?" tanya Atta.

"Jadi gini, alasan Mama mempercepat pernikahan kamu sama Flora selain karena kejadian yang di maksud kemarin ada alasan kuat lain." Atta mengkerutkan keningnya. Bersamaan dengan Bilqis yang mulai memasang telinganya tajam.

"Apa Ma?"

"Vera di diagnosa menderita kanker otak stadium akhir. Dokter memvonis umur Vera gak akan lama lagi."

"Mama serius?" tanya Atta tak menyangka.

"Serius Bang. Tapi jangan dulu kasih tau Flora. Mama sama Vera cuma gak mau, Flora terbebani. Makanya Mama mau Abang belajar mencintai Flora, dan juga belajar jadi suami yang baik buat dia."

"Insyaallah Atta siap Ma."

"Mama percaya deh sama Abang." Santi mengusap punggung Atta dengan lembut.

"Aku dukung Abang," celetuk Bilqis tiba-tiba.

"Dih ... anak kecil gak boleh nguping."

"Biarin."

Emmm kasian ya Mama Vera :)
Yo Next. Jangan lupa tinggalkan jejak, vote and komennya manteman.🙌

The Beautiful Teacher Is My Wife [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang