INSIDEN

2.3K 231 68
                                    

Pemakaman kali ini dihadiri oleh beberapa guru serta murid dari Octavena High School. Pemakaman Naraya Wijaya.

"Lo orang hebat Ray. Gw bangga pernah berjuang bareng lo" ujar Zeno partner Raya sejak beberapa tahun lalu.

"Kepergian lo ini bakal jadi tanda. Kalo mulai detik ini juga gk ada satupun anggota keluarga Wijaya yang masih hidup di dunia ini"

"Marcell berhasil menumpas habis keluarga Wijaya, Ray. Lo gagal balas semua nyawa keluarga lo Ray" lanjut Vansh menatap nanar batu nisan Raya.

Suasana yang sunyi dan mendung membuat semua orang merasa nyeri di ulu hati mereka saat mendengar perkataan Vansh.

"Tapi lo tenang aja. Gw yang bakal bales semua penderitaan kalian" ujar Vansh dengan suara rendah yang terdengar mengerikan.

Zian bergerak maju dengan jaket Zark dan Zaga di tangannya. "Gw bangga pernah kenal sama lo Ray. Maaf kita udah gagal jagain lo"

Zian menyelimuti nisan Raya dengan kedua jaket itu. Ia juga meletakkan sebuah boneka panda di samping nisan Raya seperti permintaannya dulu.

"Besok kalo gw gk ada gw mau nisan gw diselimutin jaket Zark. Trus gw mau disamping nisan gw ada boneka panda. Biar gw ada temennya" ya itulah yang pernah dikatakan Raya beberapa tahun lalu.

"Gw bakal kangen sama bakwan buatan lu Ka" gumam Finan dengan bibir melengkung ke bawah dan ingus yang mulai meleleh.

Oni yang melihat keadaan Finan pun bergerak mendekapnya. Itung-itung curi kesempatan dalan kedukaan.

□□□

Selama hampir 3 hari Vansh mengunci dirinya di dalam purple room. Ia hanya keluar untuk mandi. Ega sudah ia titipkan pada Ale untuk sementara waktu. Vansh benar-benar menyendiri selama hampir 3 hari lamanya. Ia bahkan tak peduli dengan absen di sekolahnya.

"ARGHH kenapa semua kejadian ini keliatan janggal di mata gw?!" Teriak Vansh frustasi.

Vansh kembali fokus ke kertas yang tengah berada di hadapannya.

"Kenapa Zeno bisa ada di jalan Lily? Kenapa akhir-akhir ini Alvin dkk jarang nongki? Dan kenapa Marcell gk pernah muncul lagi? Ini jelas bukan kebetulan kan?!" Vansh mencoretkan tinta pulpennya membentuk beberapa nama yang di kenalnya akrab.

Vansh mulai merenung dan mengingat semua kenangan yang pernah terjadi di masa lalu. Sampai ia tersadar bahwa ada sebuah kecurigaan yang selama ini tak pernah diperdulikan oleh Vansh.

"Kalian jahat karena gk ngasih tau gw. Atau gw yang gk peka?" lirih Vansh.

Ia merasa tidak berguna sebagai pemimpin.
Ia tak bisa menjadi pelindung bagi anggotanya.
Ia tak bisa membantu anggotanya yang dalam masalah.
Ia terlalu kekanakan untuk menjadi seorang pemimpin.

Itu yang saat ini menghantui pikiran Vansh.

"Mungkin gw butuh air buat menjernihkan pikiran" gumam Vansh seraya melangkah gontai menuju pintu purple room.

Cklek!

Vansh menatap setiap sudut kamarnya dengan tatapan datar. Ia berjalan menuju pintu kamarnya yang tak pernah ditutup sejak 3 hari yang lalu.

"Eh keluar juga lu?" Tanya Lean yang kebetulan sedang lewat di depan kamar Vansh.

"Hmm" gumam Vansh seraya berjalan gontai menuruni tangga.

Lean hanya mengendikkan bahunya heran dan segera berjalan menuju ruang tamu untuk membukakan pintu.

"Weh bro ngapa kaga sekolah lu?" Sapa Alvin seraya bertos ala pria.

BAD GIRL LIMITED EDITION (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang