🦋6. Ngidam?

19.1K 1.9K 190
                                    

Biasakan vote sebelum baca!


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah kamar dengan pencahayaan yang sengaja di buat redup itu terasa sunyi meski sinar matahari telah menyelusup masuk melalui celah jendela menyinari seorang remaja yang masih bergulung dibalik selimut tebalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di sebuah kamar dengan pencahayaan yang sengaja di buat redup itu terasa sunyi meski sinar matahari telah menyelusup masuk melalui celah jendela menyinari seorang remaja yang masih bergulung dibalik selimut tebalnya.

Kringgg... Kringgg... Kringgg...

"Erghhh..." Langit berusaha membuka matanya ketika mendengar suara alarm dari jam weker miliknya berbunyi nyaring hingga membuatnya otomatis terbangun dari tidur nyenyaknya.

Langit menyibak selimut tebalnya kemudian mendudukan dirinya dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka. Ia bangkit dan melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Bang anterin gue ke sekolah dong." Ujar Latha kepada Langit yang baru saja mendudukkan dirinya di kursi meja makan bergabung dengannya untuk sarapan.

"Tumben? Gue berangkat bareng temen jadinya gak bisa." Langit menjawab pertanyan dari Letha.

"Sama siapa nih? Pacar baru?" Tanya Letha dan menyuapkan tiga lembar roti tawar yang sudah di oleskan selai sebelumnya.

"Sama Ragas, temen sekelas gue." Jawab Langit.

Karena Ragas mulai masuk sekolah seperti biasa lagi setelah sepuluh hari tidak masuk sekolah dan Langit akan mengantar jemput Ragas setiap hari.

"Kok gue baru denger ya namanya? Gue udah pernah ketemu sama dia belum?" Tanya Letha karena seingatnya Langit hanya mempunyai sahabat dekat yaitu Zerry dan Bastian.

"Belum, Ragas gak pernah main kesini makanya lo belum tau mukanya." Perjelas Langit. "Lo berangkat sama pak Yanto aja, Tha. Kan biasanya juga gitu tiap hari." Lanjutnya.

"Oh pantes, sesekali gue pengen kena polusi gegara naik motor lagi pula kata temen gue naik motor tuh seru apalagi di boncengin sama cogan." Jawab Letha dan menyambar satu lembar roti tawar lagi.

"Punya adek satu gini amat tuhan." Ucap Langit mencoba bersabar mempunyai adik sepert Letha. "Btw, Papa sama Mama kemana? Kok belum keliatan?" Tanya langit celinggukan mencari keberadaan orang tuanya.

You Never Know - [Mpreg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang