🦋17. Seseorang

18.3K 1.4K 344
                                    

Biasakan vote sebelum baca!!!


Matahari sudah tepat berada di atas kepala dengan sinarnya yang sangat terik telah memasuki sebuah kamar yang di dalamnya sangat berantakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari sudah tepat berada di atas kepala dengan sinarnya yang sangat terik telah memasuki sebuah kamar yang di dalamnya sangat berantakan. Salah satu dari kedua remaja tersebut telah terbangun dari tidur nyenyaknya sehabis pergumulan panasnya semalam.

Langit masih mendekap tubuh sang 'istri' yang tertidur dalam pelukannya. Tubuh polos keduanya masih terbungkus oleh selimut tebalnya.

Ia lebih tertarik memperhatikan setiap struktur wajah sang 'istri' ketimbang membangunkannya. Teriknya sinar matahari di luar sana sama sekali tidak berpengaruh besar bagi keduanya meskipun terbalus selimut tebal akibat AC yang menyala.

CUP

Langit tidak tahan untuk tidak menempelkan bibirnya dengan bibir renum yang menggeram dan mendesahkan namanya semalam.

CUP

Bibir setengah membengkak itupun bagaikan mengandung nikotin baginya. Karena entah sejak kapan dirinya mulai kecanduan untuk mencium, melumat, dan menghisap bibir tersebut.

CUP

Sekali lagi, Langit mengecup bibir itu dengan sebuah lumatan membuat sang pemilik bibir mengerjapkan matanya berusaha untuk membukanya.

"Eunghh.."

Sang pelaku menjauhkan bibirnya ketika Ragas membuka kelopak mata indahnya. "Selamat siang ibu dari anak-anakku."

"Hah?"

Ragas mendongakkan wajahnya dan mendapati Langit yang menatap wajahnya dengan sebuah senyuman menghiasi wajahnya.

"Nyenyak banget tidurnya, enak ya tidurnya di peluk sama cowok ganteng?"

Ragas mendengus lalu melepaskan tangannya yang melingkari pinggang Langit. "Dih pede gila! Jangan belagu jadi orang, gue yakin lo juga baru bangun kan?"

"Gue bukan kebo macem lo ya!"

"Ya wajar sih gue baru bangun! Gue tuh cape butuh istirahat."

"Karena lo butuh istirahat makanya gue enggak ngebangunin lo. Gue tau pasti cape banget gegara ngedesah terus tadi malem." Golanya.

"Gue enggak seberisik itu ya, bangsat."

Walaupun Ragas menjawab dengan nada kesal. Tapi, Langit dapat menangkap semburat merah yang menjalari pipi pasangannya meskipun sangat samar.

"Ahk.. iya L-Lang di-disana... Gue lupa siapa yang ngedesah keenakan semalem sampe matanya merem melek." Ujar Langit menirukan racauan Ragas semalam lengkap dengan ekspresinya.

Ragas yang mendengarpun tentu saja sangat malu. Terbukti dengan wajahnya yang sangat memerah semerah tomat. "LANGIT BANGSAT!"

Suara tawapun terdengar begitu puas ketika Ragas menarik selimut yang mereka berdua kenakan untuk menutupi wajahnya yang sangat merah akibat rasa malu.

You Never Know - [Mpreg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang