"Wangi kamarnya masih sama kek dulu minus bau sperma aja ternyata," Adalah kalimat pertama yang Ragas ucapkan ketika masuk ke dalam kamar Langit.
Langkah kakinya membawa Ragas semakin masuk ke dalam kamar seraya meneliti setiap detail kecil yang ada. Langkahnya terhenti ketika melihat bingkai foto yang dipajang di meja samping tv lalu mengambil bingkai foto tersebut.
"Aishh, lucu banget, sih!" Ragas tersenyum gemas melihat ekspresi batita berpipi tembem sedang tertawa memamerkan dua gigi depannya yang baru tumbuh. "Fiks! Ini Langit sih rada mirip soalnya."
Ragas mengembalikan bingkai foto itu ketempat semula lalu mencari sesuatu yang sekiranya menarik perhatiannya. Setelah selesai roomtour kilas, Ragas melucuti celananya hingga menyisakan celana dalam saja lalu merebahkan diri di atas kasur empuk milik Langit. Ingatan dulu kembali terputar di otaknya membuat Ragas terkekeh lucu karena takdir seperti memainkan perasaannya,
Pertama dan terakhir kali Ragas masuk ke dalam kamar ini dia membawa rasa sakit dengan perasaan kacau berantakan saat pulang kerumahnya. Kejadian yang membuat seluruh hidupnya berubah drastis dengan adanya dua janin yang tumbuh di dalam perutnya, Janin yang memaksa dirinya dan Langit harus mengikat janji sehidup semati di hadapan Tuhan.
"Kalian harus sehat di dalam perut Papa, ya? Kita udah ngorbanin banyak hal buat kalian jadi setelah besar nanti kalian harus nurut sama Daddy terutama Papa hhe..." Ragas mengusap gundukan dibalik kaos yang dia kenakan.
"Daddy kalian ngapain sih? Lama banget heran."
Ragas bangkit dari rebahannya lalu mencari celana yang nyaman untuk dipakai sebelum pergi menyesul Langit. Karena tidak mungkin dia keluar kamar hanya memakai celana dalam saja yang ada Langit langsung menerkamnya di hadapan sang mertua dan Letha. Tapi niatnya urung karena Langit lebih dulu masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan berisikan sepiring potongan buah, susu dan beberapa macam cake yang entah didapat dari mana.
"Nah emang paling bener lo pake celana longgar gitu biar anak-anak gue engga kegencet di dalam perut, Gas." Langit tersenyum lalu mengkode Ragas agar mengikutinya. "Bukain dong, Yang,"
"Geli anjir!" Meski begitu Ragas dapat merasakan degup jantungnya yang berdebar karena panggilan Langit barusan. Ragas membuka pintu balkonnya cepat lalu melangkah menghampiri pagar pembatas yang menghadap langsung ke kahalaman belakang.
Langit duduk di salah satu kursi setelah menyimpan nampan yang dibawa di atas meja yang ada disana. "Gas, sini duduk,"
Dirasa debaran pada jantungannya kembali normal, Ragas berbalik lalu melangkah menghampiri Langit. "Lo beli cake? Atau gimana?"
"Aaaaa... pinter," Langit tersenyum setelah satu sendok cake masuk ke dalam mulut Ragas. "Enggalah, tamunya bunda bawa banyak banget makanan jadi gue minta aja beberapa buat lo sama gue."
"Ohh... Emang siapa yang dateng?" Langit hanya tersenyum lalu menyuapi Ragas lagi.
"Kurang tau, tamunya bunda soalnya." Oke, maaf gue bohong sama lo.
Langit hanya tidak ingin mood Ragas terjun bebas jika orang yang bertamu ke rumahnya adalah Luna. Dia juga bingung untuk apa perempuan itu datang dan menemui bundanya? Secara mereka sudah tak memiliki hubungan lagi seperti dulu.
Langit yang tadinya ingin berbincang sebentar dengan sang bunda mengurungkan niatnya saat mendengar dan melihat wujud Luna. Karena tidak ingin berlama-lama melihat Luna yang caper dan bertingkah sok imut di hadapannya. Langit pamit ke sang bunda untuk pergi ke kamar dan meminta beberapa makanan untuk cemilan Ragas.
Ragas yang mengerti sang suami tidak ingin melanjutkan topik tersebut hanya mengangguk. Sore itu, waktu mereka dihabiskan untuk berbincang ringan dan bercanda hingga bunda Farah menyusul karena tamu tak diharapkan kehadirannya sudah pulang.
***
Sejak dua jam lalu, Arthur hanya keluar masuk toko-toko branded yang ada di dalam mall tanpa membeli satu pun barang. Karena jujur dia sangat bingung harus membeli hadiah seperti apa untuk sang bunda. Memilih menyerah dan mendudukan kaki pegalnya di salah satu kursi setelah memesan minuman boba yang akhir-akhir ini sering dia beli.
"Mas aku mau shibuya fresh milk size large 1, ya?"
Arthur mengedarkan pandangan ke depan setelah mendengar samar suara yang dia kenali. Dan dugaannya benar, tak jauh dari tempatnya duduk ada Bastian yang sedang memesan minuman yang sama sepertinya. Dia terus memperhatikan Bastian yang tidak mempedulikan sekitar dan hanya fokus ke layar ponselnya. Setelah minuman yang dia pesan datang, Arthur beranjak lalu mendatangi Bastia yang duduk dipojokan dan duduk di sebelahnya.
"Ekhmm..." Arthur berdehem sebentar untuk menarik perhatian Bastian lalu menyedot minumannya. Dia sadar Bastian sedikit terkujut dari duduknya tapi langsung biasa saja setelah beberapa detik kemudian.
"Anjir gue om-om pedo yang mau minta nomor telepon gue. Ngapain lo?" Bastian memasukan ponsel yang telah dimatikan ke dalam saku hoodie biru mudanya.
"Sering lo digangguin om pedo?"
"Ya, belum pernah sih,"
"Berarti lo mau?" Kali ini Arthur memfokuskan matanya menatap mata sang lawab bicara.
"Amit-amit deh, jangan sampe, pergi sana gue tuh lagi metime anjir!" usir Bastian.
"Mana ada metime bawa hp, cih!" Bastian hendak menjawab tapi ditelan lagi karena Arthur melanjutkan kembali ucapannya. "Habis pesanan lo dateng, temenin gue nyari hadiah buat nyokap. Ssstt... Gue engga menerima penolakan pokoknya!"
"Maksa banget sih anjir!"
"Mau enggga? Tapi walaupun lo engga mau lo tetep nemenin gue, sih." Arthur tersenyum ramah kepada Mas-Mas yang mengantar pensanan Bastian. "Makasih, Mas,"
"Eh anjir santai dong!" Bastian langsung beranjak dan mengekori Arthur di belakang dengan tangan kanannya yang digenggam oleh pria jangkung di depannya. Akhirnya Bastian tersenyum bahagia penghujung karena Arthur mentraktirnya makan dan belanja sepuas hati sebagai rasa terimakasih.
***
I'm back setelah sekian lama menelantarkan work ini hhaa...
Nunggu 500 vote dulu baru aku
update chapter selanjutnya!11 nov 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Know - [Mpreg]
Roman pour AdolescentsM-Preg Story BxB Homo Theme ________________________________________ Ragas Arkatama Madhiaz adalah seorang siswa kelas 11 di SMA Garuda yang kehidupannya harus terjungkir balik 180° karena sebuah kesalahan semalam yang di lakukan oleh temannya send...