🦋10. Pengakuan

15.7K 1.7K 256
                                    

Vote sebelum baca.


Langkah Arka terhenti ketika melihat Nina dan seluruh teman-teman Ragas berkumpul di luar kamar rawat anaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah Arka terhenti ketika melihat Nina dan seluruh teman-teman Ragas berkumpul di luar kamar rawat anaknya. Membuat Arka mempercepat langkah kakinya menghampiri Nina dan menanyakan apa yang terjadi.  

"Kenapa pada di luar?" Tanya Arka kepada Nina.

"Ragas drop lagi, Yah. Jadi sekarang lagi di periksa sama dokter yang tadi." Jawab Bagas karena sang Bunda sama sekali tidak menanggapi perkataan Ayahnya.

Tentu saja Arka sangat menyesali tindakannya yang menampar Ragas tanpa mau memberikan kesempatan untuk Ragas menjelaskan semua hal yang menimpanya.

"Nin?" Panggil Arka kepada Nina.
"Aku bener-bener minta maaf, aku nyesel enggak bisa ngendaliin emosi aku." Lanjutnya menggenggam tangan Nina.

PLAK..

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipinya, Arka sama sekali tidak marah atas perbuatan yang istrinya lakukan karena bagaimanapun juga dirinya memang salah.

"Kenapa kamu minta maaf ke aku, hmm? Yang kamu tampar itu Ragas bukan aku. Kamu sebagai seorang Ayah harusnya bicarakan baik-baik enggak perlu pake kekerasan segala." Dengan suara bergetar Nina mengatur nafasnya yang memburu akibat menahan kesal kepada suaminya.

"Ragas tuh butuh dukungan dari kita sebagai orang-orang terdekatnya!!! Kamu enggak mikiran segimana overthinking nya Ragas saat ini? Pasti dia takut, Mas. Dia pasti takut menghadapi pandangan dari orang lain apalagi dia melihat Ayah kandungnya sendiri memberikan reaksi yang buruk bahkan Ragas tidak mengetahui dirinya seperti itu." Satu per satu air matanya terjun bebas dari kelopak mata tersebut.

"Udah, Bund." Bagas merangkul Nina dan mengelus pundaknya.

"Kamu seneng liat anak kamu drop lagi?" Tanya Nina membuat Arka menggeleng ribut.

Ya jelas saja Arka menggeleng, orang tua mana yang tega melihat anaknya terbaring sakit. "Enggak Nin, mana bisa aku seneng di atas penderitaan anakku sendiri?" Jawab Arka.

"Iya, Nin, maaf, aku nyesel. Aku janji bakalan minta maaf ke Ragas kalo Dokternya udah keluar dan Ragas nya udah bisa di jenguk." Arka menarik Nina kedalam pelukannya yang sebelumnya di peluk Bagas.

Langit dan teman-temannya hanya menyaksikan dalam diam pertengkarang antara orang tua Ragas tanpa berani mencampuri urusan mereka. 

"Om, Bunda." Panggil Langit setelah keadaan sudah cukup terkendali.

Mungkin sudah saatnya untuk dia mengakui dan bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat kepada orang tua Ragas dan teman-temannya.

"Ia Lang, kenapa?" Jawab Nina melonggarkan dekapan Arka kepadanya.

Langit menarik nafas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan ia sedang mengumpulkan keberaniannya dan memikiran segala resiko yang akan di tanggungnya setelah mengakui kesalahannya.

You Never Know - [Mpreg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang