Bab 13

3.2K 240 14
                                    

Oma Irma sedang dibalkon dan melihat Hana berjalan dibelakang Arian, kemudian melihat mereka berpencar mengunakan jalan yang berbeda menuju villa, Hana yang bakalan memasuki pintu belakang dan Arian memasuki pintu depan.

"Cie... yang mendaki berdua, bagaimana Sensasinya bercinta diatas sana? pasti seru sekali kan?" goda Arisa.

"Kami tidak melakukan hal itu Arisa" jawab Hana selalu heran dengan Arisa yang selalu membahas hal-hal dewasa.

"Hah. aku tidak percaya.. tapi melihat wajah Arian suram seperti itu, aku jadi percaya" Arisa ingin menghampiri Arian tapi Hana mencegahnya.

"Arisa jangan menggangu Arian dulu, Arian masih marah, nanti kamu kena bentakannya! itupun syukur-syukur, tapi kalau kamu kena tamparan lagi, bagaimana?" Bisik Hana.

"Aku dah biasa" jawab Arisa melangkahkan kakinya menemui Arian, walaupun Hana memberikannya isyarat telunjuk tangan dimulut supaya tidak bicara.

Tapi Arisa tetap mencegah Arian yang akan masuk ke kamarnya.
"Kak.. kenapa tuh wajah kok serem amat?"

"Dari mana saja kamu Arisa?? bukannya kemarin kamu sudah pulang dengan lelaki br___

Plak Arisa menampar keras pipi Arian karena tidak akan membiarkan arian berkata tidak sopan terhadap Rama.. seharusnya Arisa masih marah kepadanya, karena Arian yang membuat hubungannya dengan rama putus.

"Jangan sekali-kali kamu panggil Rama dengan sebutan itu. Kamu yang brengs*k kak.. gara-gara kamu Rama jadi marah. Kemarin aku dan dia pergi ke apotik membeli test pack 
dan syukurnya aku tidak hamil"

Arian membalas menampar
pipi Arisa, dengan gerakan cepat Hana mendorong dada Arian.. tidak akan membiarkan Arian menyakiti Arisa terlalu jauh.

"Jangan ikut campur Hana atau kamu mau aku tampar juga"

"Iya tampar aja" tantang Hana tidak takut.

"Ck tampar!!" Arian tersenyum mengejek menarik satu sudut bibirnya, lalu kembali menampil ekspresi dinginnya "kamu pasti langsung nangis"

"Iya Arian, Hana minta ditampar.. kenapa kamu nggak mau menamparnya, takut ya! kamu nggak dikasih jatah" ucap Arisa masih memegang pipinya.

Arian tanpa kata langsung menuju kamar dan membuat bunyian yang keras sehingga membuat Hana dan Arisa terlonjat kaget ditempatnya.

"Arisa.. aku bantu kompres pipi kamu ya.. pipi kamu semakin bengkak" Hana khawatir melihat pipi Arisa yang semakin terlihat merah di kulit putihnya.

"Gak usah.. ini juga gara-gara kamu Hana, kamu yang nggak ngasih Arian kesenangan.. jadi suasana hatinya buruk dan sedikit-dikit marah karena kepalanya pening dia tidak bisa menyalurkannya" ucap Arisa membuat Hana sulit memahami perkataannya.

"Kamu nikah saja bersama Arian secapatnya itu lebih baik" ucap Arisa lagi dengan nada lumayan keras ketika melihat Oma turun pelan-pelan dari tangga.

"Betul sekali itu Arisa.. Oma juga ingin punya cicit, apalagi jika itu dari Hana dan Arian, anak mereka pasti sangat menggemaskan dan pasti fisiknya rupawan seperti kedua orang tuanya" Oma Irma jadi ikut terbawa omongan arisa dan lupa awal niatnya ingin menemui Hana untuk bertanya-tanya tentang pengalamannya saat mendaki.

"Tapi Hana masih sekolah Oma"

"Kamu sudah ciuman bersama Arian.. kamu tidak ingat kata-kata bi sari kalau sudah berciuman kamu bakalan dinikahi"

"Apa?? Hana kamu pernah ciuman bersama arian, awas saja nanti Arian bakalan Oma pukul dan suruh tanggungjawab"

"Jangan Oma,, Hana nikah sama Arian yang ada bakalan berantem terus" jawab Hana.. dan Oma juga membenarkannya tadi saja melihat mereka jalan dijalan raya menuju ke villa, Arian seperti mengatakan sesuatu hal yang membuat Hana sedih.. mungkin itu yang membuat Hana sampai melewati perkebunan seseorang karena tidak ingin bersama Arian melewati jalan yang biasanya.

Siapa HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang