Bab 22

2.7K 217 7
                                    

Tidak terasa sudah 7 bulan Hana tidak pernah melihat Arian lagi, Hana tidak tahu bagaimana kabarnya? Arian tidak aktif lagi di media sosial miliknya, padahal Hana selalu menunggu update atau sekedar status terbaru dari Arian. Dan berharap pria itu baik-baik saja di negeri orang, kalau tiba-tiba hilang gini kan Hana jadi cemas. Apalagi sebelumnya Arian cukup aktip memamerkan aktivitasnya terutama saat gym.

Arian meninggalkan Hana ketika Hana sudah mulai mengerti perasaannya, dia sudah tidak mengutamakan rasa kesalnya kepada Arian lagi, dia tidak ingin memiliki perasaan yang berujung toxic kepada dirinya sendiri, Hana merasa tidak berhak marah, Hana juga bingung untuk apa membenci Arian? Apa karena Arian menghinanya? bukankah itu memang benar adanya. Apa karena Arian tidak membalas cintanya? Lantas Hana bertanya kepada dirinya sendiri, apakah dia ingin dibenci oleh pria-pria yang pernah di tolaknya, Tidakkan?.

Saat Arian sedih ditinggal menikah dengan Arisa, Hana-lah yang selalu ada buat Arian untuk menghiburnya, menemaninya begadang main game, memasaki makanan kesukaannya, berpergian bersama ke alam terbuka itulah yang membuat Hana dengan jujur mengatakan cintanya karena merasa ada kemajuan didalam kedekatan mereka.

"Udah. kalau rindu di video call aja" Saran Nanda, dan Hana memayunkan bibirnya dia gengsi jika Menghubungi pria itu duluan, tapi masalahnya sampai kapan dia menunggu kabar dari Arian, jelas disini dialah yang terangan-terangan mengatakan sukanya. jadi untuk apa gengsi dan sok biasa saja.

"Tapi aku malu duluan yang hubungan dia" jawab Hana masih ragu.

"Jangan ragu, hubungi aja, kak Arian  pasti senang" ucap Nanda sambil membersihkan percikan minuman yang menempel.

Entahlah.. Nanda hanya ingin Hana tidak penasaran lagi, dan bisa mengetahui kabar dari Arian. Apa Nanda sedih? Jawaban tidak. Nanda menyampingkan perasaannya dan tidak ingin memanjakan perasaannya, yang terpenting sekarang adalah  lebih fokus yaitu pendidikan dan bekerja, Lagipula berada di dekat Hana adalah suatu keberuntungan untuk dirinya, Banyak para pria cemburu dan terkadang mereka disangka pasangan kekasih, jelas Nanda tidak bangga akan hal itu.

"Baiklah" tegas Hana kemudian menekan nomor Arian. Seperti gadis pada umumnya Hana memperhatikan penampilan-nya sebelum melakukan video call bersama pria yang disukainya.

Sudah tiga kali panggilan tapi Arian tidak menerima sambungan video call nya. Hana menggelengkan kepalanya kepada Nanda tanda tidak direspon tapi kemudian.

"Haii.. Hana" Sapa Arian terlihat tidak menyangka Hana menghubungi.

"Haii.. Arian" Sapa Hana dengan wajah memerah karena malu.

"Kamu rindukan sama aku" tanya Arian membuat Hana mengangguk kecil.

"Sama aku juga rindu kamu" ucap Arian dengan senyum merekah dan Hana tanpa Arian lihat memukul-mukul lengan Nanda saking senangnya.

"Aku juga rindu, papa, mama, oma adik-adikku, Deny, dan bluegirl"
ucap Arian mengungkapkan rasa rindunya termaksud menyebut kucing Kesayangan mereka.

Tiba-tiba hati Hana teremas ketika melihat seorang gadis tidak sengaja terlihat ketika Arian mengubah posisinya, lalu gadis itu menanyakan sesuatu yang membuat Hana menunduk menahan matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Arian.. handuk aku mana?"

"Kamu cari di meja depan Tv, tadi aku taruh disana" jawab Arian menimpali pertanyaan gadis cantik itu.

"Siapa?" Tanya Hana sambil tersenyum paksa.

"Malika" jawab Arian sambil terlihat meminta gadis itu mendekat.

"Hana.. kenalin ini Malika dia pacarku" ucap Arian sambil mengacak-acak rambut Malika.

"Ohh.." Hana berusaha tetap tersenyum tegar. 

Siapa HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang