The Untold Story Series 7 (After Milla Side)

91 12 0
                                    

"...Namanya memang selalu terucapkan dalam doamu

Namun, pernahkah hatimu bertanya...

Apakah namamu pernah terselip dalam doanya?..."


Milla terdiam mendengar cerita Prilly. Milla mengerti juga paham jika Prilly sangat merasa tersakiti. Walaupun Prilly menceritakan itu semua dengan wajahnya yang datar, tanpa adanya air mata setitikpun. Namun Milla dapat melihat pandangan mata yang diperlihatkan oleh Prilly. Mata Prilly telah menjelaskan semuanya, bahwa gadis itu tidak baik-baik saja. Sahabatnya itu sedang berada di titik terbawahnya. Prilly rapuh akan semua deritanya.

Bukan Milla berpura-pura tidak tahu, apalagi bersikap naif akan semua keadaan yang Prilly ceritakan. Dari seluruh kalimat yang terucapkan dari lisan sahabatnya, Milla telah berhasil menarik kesimpulan. Bahwa hubungan Ali dan Angel sudah sejauh itu. Mereka bahkan telah melakukan hubungan yang seintim itu. 

Sex.

Satu kata yang mewakili garis besar dari kesimpulan Milla. Walaupun Milla juga tidak dapat menampik bahwa itu semua adalah bagian dari masa lalu Ali yang bahkan di masa tiga tahun silam, Ali belum mengenal Prilly begitupun juga Prilly yang bahkan tidak mengetahui siapa itu Ali. Namun bagian kecil dari masa lalu itu ternyata berhasil merusak garis besarcerita di masa depan. 

Milla mengepusap lembut punggung Prilly, sekarang yang dapat ia lakukan hanyalah menenangkan hati sahabatnya itu. 

"Udah Pril, itu semua bagian dari masa lalu Ali, kita semua nggak bisa rubah kenyataan itu. Sekarang yang bisa kita lakukan itu cuma menerima semuanya dengan ikhlas," ujar Milla.

Prilly terdiam.

"Gua ngerti seberapa sakitnya hati lu saat ini, gua paham. Tapi kita harus apa? Semua itu, rasa sakit, kecewa, bahkan marah lu pun nggak bisa rubah semuanya. Itu semua udah terjadi," ucap Milla lagi, berharap nasihatnya berhasil mengembalikan logika sahabatnya yang masih berlarut-larut dalam kekecewaan hatinya.

"Gua cuma bingung sama sikap Ali," jawab Prilly membuka suara hatinya.

Milla menatap Prilly. Masih menanti lanjutan dari suara hati yang ingin diutarakan oleh sahabatnya itu.

"It's our honeymoon, Ali and I. But, why he choosing to brings me to this fucking island? He wants to remembering his memory with his lovely girlfriend, isn't he?" Kesal Prilly.

"Sumpah demi tuhan, gua emang cinta sama Ali. Tapi apa semua harus kayak gini? Kalau dia cuma mau mengenang masa lalunya, gua nggak masalah, tapi jangan bawa gua ke tempat kenangannya dia dan Angel," ujar Prilly lagi.

Milla terdiam, enggan untuk membalas semua ucapan Prilly dengan nasihatnya. Milla mengerti, bahwa saat ini Prilly hanya butuh pendengar, sahabatnya itu hanya butuh didengarkan.

"Kalau akhirnya kayak gini, untuk apa gua pulang? Untuk apa Ali minta gua untuk nikah sama dia? Untuk apaan, Mil? Kalau bagi Ali, pernikahan ini cuma buat sarana dia biar dia nggak nyesel banget pas gua mati nanti. Gua nggak perlu Mil, sumpah gua nggak perlu itu semua," ujar Prilly lagi.

Okay, stop!

Nampaknya kekesalan Prilly sudah terlalu melampaui  batas. Untuk saat ini, kematian adalah hal yang sensitif bagi mereka.


.........

"Raganya memang ada di sampingmu...

Namun jiwa dan hatinya masih mencintai rumah lamanya..."



Don't Leave Me AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang