"...Ingin rasanya aku mengikhlaskan kepergianmu, namun itu hanya dapat terucap di bibirku..."
Sudah dua tahun lamanya aku dan Prilly menjalin hubungan persahabatan ini. Sejak saat perkenalan yang terjadi di pertemuan bisnis itu, membuatku sering sekali menginap di rumah Prilly. Banyak hal positif yang terjadi di kehidupanku setelah aku mengenalnya, salah satunya adalah aku memiliki sahabat lain selain dirinya.
Hari ini aku dan Milla memilih menginap di rumah Prilly saat kedua orang tua kami sedang melakukan perjalanan bisnis. Milla memilih untuk tidak mengikuti kegiatan orang tuanya. Berbeda denganku yang memang tidak diizinkan untuk mengikuti perjalanan bisnis itu oleh Father. Aku tidak berniat untuk membantah perkataannya. Karena kejadian itu, sudah cukup membuatku mengerti bahwa pria itu, memang tidak memiliki hati.
"Yang harus kau lakukan saat ini adalah belajar menjadi pembisnis yang baik. Karena mau tidak mau, kau akan menjadi penerusku, walau memang aku merasa tak sudi mengakuimu sebagai anakku,"
"Kenapa tidak kau jadikan Nara saja sebagai penerusmu, Father? Apa kau takut tabir yang selama ini kau jaga terbuka?"
Aku dapat melihatnya tersenyum remeh.
"Jangan karena kau berada di dalam perlindungan keluarga Latuconsina menjadikanmu berani membantahku, Dahlia! Nara tidak perlu melakukan apapun, dia hanya perlu menunggu hasil dari kerja kerasmu itu,"
Aku membulatkan mataku.
"Maksudmu, aku hanya dijadikan tameng karena kebodohan anak kesayanganmu itu, Father? Kau tau bila otak anak kesayanganmu itu terlalu kecil untuk memimpin perusahaan sebesar Polland Group, karena itu kau membebanku semuanya kepadaku, dan Nara akan tetap mendapatkan penghasilan dari keuntungan Polland Group. Kau benar-benar licik!"
Plakkk.....
Brakk....
Aku meringis sakit saat merasakan tamparan sekaligus dorongan kencang yang dilakukan Father, tulang belakangku terasa akan patah saat membentur lemari yang terbuat dari jati itu.
"Kau tak perlu banyak mengumpat padaku, Dahlia. Sampai kapanpun, kau dan ibumu hanya akan menjadi budak untukku dan Nara. Lakukan apa yang aku perintahkan, atau aku tidak akan segan lagi untuk membunuh ibu kesayanganmu itu!"
Father berdiri dari duduknya, dengan wajah angkuhnya dia beranjak pergi meninggalkanku. Namun, lirihanku berhasil membuat langkah jnejangnya itu terhenti.
Tubuhku perlahan meluruh, air mataku tidak dapat kubendung lagi.
"Aku anak kandungmu Father! Aku darah dagingmu!"
Aku memukulku dadaku yang terasa sangat sesak.
"Ibuku adalah istrimu yang sah di mata hukum dan negara,"
Aku menatap lurus ke arah mata tajam miliknya.
"Namun, kenapa kau membela Nara yang bahkan bukan anak kandungmu? Dia bukan darah dagingmu! Kau selingkuh dari Ibuku dengan memilih jalang itu. Kau terlalu mencintai jalang itu dibandingkan istrimu sendiri. Cintamu pada jalang itu membuatmu buta, tuli, bahkan bodoh akan semua yang terjadi di sekitarmu. Kau bahkan hanya diam dan menerima saat jalang itu juga selingkuh darimu bahkan mempunyai anak dari pria lain!"
Kali ini aku berani membentak Father, entah hilang kemana semua rasa takut yang selama ini ada dalam diriku.
"Kau bahkan mau menerimanya kembali, menemani masa hamilnya, bahkan menerima anaknya di keluargamu, apa kau sebodoh itu, Father?"
Jangan tanya aku tau darimana akan semua itu, Ibuku selalu melindungi pria brengsek di hadapanku ini, tetapi ibu dari pria brengsek itu sendiri yang menceritakan padaku tentang semua kebrengsekan yang dilakukan pria itu.
"Kau bahkan mengabaikan Ibuku yang sangat mencintaimu, di masa itu, aku, darah dagingmu, juga sedang tumbuh di rahimnya. Apa kau pernah memperhatikan aku dan Ibu saat itu, Father?"
Kali ini nada suara penuh akan semua kesedihan yang selama ini bersemayam di dalam hati kecilku.
"Kau boleh berkata bahwa kau tidak mencintai Ibuku, tapi Father, bolehkah aku berharap jika kau mencintaiku? Bisakah itu terjadi Father?"
Lirihanku yang menjadi penutup dari semua kata-kataku tidak dapat menggoyahkan hati pria brengsek yang sialnya harus aku panggil Father itu. Pria itu tetap melanjutkan langkahnha yang sempat terhenti dan memilih pergi meinggalkanku yang masih menangisi kenyataan yang aku alami.
Melihat Father yang tidak memberikan tanggapan apapun membuat tangisanku makin mengeras, apa yang harus aku lakukan lagi untuk menyadarkannya?
"Father, apa Tuhan harus membuatmu kehilangan aku dan Ibu untuk selamanya agar kau dapat menyadari semua kesalahanmu?"
Sejak saat itu aku enggan untuk bertatapan ataupun berbicara apapun lagi dengan Father.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me Alone
Romance(PRIVATE) part 3-akhir akan di Private "Cinta...masih sempatkah aku merasakannya?" Prilly "Aku akan tetap berada disisimu sampai jantungku berhenti berdetak, nadiku berhenti berdenyut, darahku berhenti mengalir, sampai mata ini terpejam...Kau akan t...