ENJOYYYY!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
HAPPY READING!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
"...Dia telah pergi, takkan pernah kembali lagi..."
Dua insan Tuhan itu berdiri terdiam. Pandangan mata keudanya memancarkan kesenduan. Tak ada lagi sahabat kecil mereka. Tak ada dan takkan pernah ada lagi. Semuanya telah berubah dalam sekejap waktu. Harapan yang telah dipupuk begitu lama, kini telah sirna dalam sekejap, bagaikan tiupan angin.
Mereka tidak bisa melakukan apapun. Uang dan kekuasaan sudah tak berlaku lagi. Satu jiwa telah pergi, tanpa dapat dibayar lagi dengan berapapun nominal uang yang dimiliki. Mereka tidak gagal. Namun, ini semua adalah suratan takdir. Kini takdir telah selesai menjalankan tugasnya. Satu cerita telah mencapai akhirnya dan akan segera ditutup.
"Hai Prill,"
Itu suara Dahlia yang berucap dengan lirihannya. Gadis itu mencoba untuk menyapa sahabatnya seperti biasa, walau sekarang tanpa bertatap, tanpa bersentuhan, hanya hati yang dapat merasakan kehadirannya.
"Kita disini lagi, hari ini jadwal kita buat jenguk lo,"
Kali ini, Ricky yang berucap. Pemuda itu tengah mencoba tegar. Walaupun jemari tangannya semakin menggenggam erat tautannya dengan Dahlia yang bahkan sudah menangis terisak.
"Lucu rasanya kalo kita ngobrol kayak gini, gw berasa de javu ,"
Ricky kembali berucap.
"Iya, gw rasanya kayak ngobrol sama lo pas lo lagi koma, nggak nyangka ternyata Tuhan udah ngasih simulasi ke kita selama ini, iya kan Lia?"
Ricky mencoba untuk tetap tegar, menguatkan benteng pertahanannya, mencegah buliran air yang mungkin akan berlomba-lomba untuk keluar, sebentar lagi.
Dahlia menghirup nafas dalam, walaupun dadanya masih terasa sesak, lalu ia mengangguk kecil bermaksud membenarkan ucapan Ricky.
Ricky tersenyum sejenak melihat respon Dahlia.
Tatapan pemuda itu beralih ke arah bawah, membuat pandangannya jatuh tepat pada gundukan tanah merah yang telah ditumbuhi rumput sintesis.
"Walaupun ada bedanya sih, kalau waktu lo koma, kita masih bisa lihat raga lo yang lagi tidur, tapi sekarang kita cuma bisa liat....."
RIcky menghentikan ucapannya saat hatinya mulai terasa kacau. Ada satu perasaan yang mulai mendominasi seluruh hatinya yang akan menjadi penghancur benteng yang telah dibangun sesempurna mungkin olehnya.
"....sekarang kita cuma bisa liat tanah merah," lajut Ricky dengan bibir bergetar.
Sementara Dahlia, gadis itu makin terisak dalam tangisnya, ia bahkan jatuh bersimpuh di samping batu yang terukir nama Prilly Queen Venussia Latuconsina. Gadis itu mulai mengecupi batu nisan Prilly.
"Prill..." Tangisan Dahlia makin mengeras.
"Gw kangen, kenapa harus berakhir kayak gini?" lanjut Dahlia.
Ricky menghela nafas, pemuda itu menundukkan tubuhnya, bersimpuh dengan satu kakinya, mensejajarkan dirinya dengan Dahlia. Lalu, tangannya mulai mengusap lembut kedua bahu Dahlia yang masih bergetar hebat.
"Hei...heii...nggak boleh gini, kita lagi bertamu ke rumah baru Prilly. Nggak boleh sedih, kamu harus senyum Lia," ujar Ricky mencoba menenangkan Dahlia sekaligus dirinya sendiri.
Dahlia mengeleng keras, tangisann semakin terdengar.
"Bukan. Bukan ini akhir yang kita mau, bukan ini akhir yang kita rencanakan," ujar Dahlia.
Ricky tersenyum, lalu mencoba membawa Dahlia ke dalam pelukannya.
"Memang ini ngak sesuai sama rencana kita, tapi ini semua udah sesuai sama rencana Tuhan. Dia yang lebih berhak atas Prilly," balas Ricky. Tangan pemuda itu mengusap lembut helaian rambut Dahlia.
"Maaf yah Prill? Dahlia terlalu bahagisa ketemu sama lo, makannya dia nagis, gimana disana Prill? Enak, kan? Lo pasti udah sehat banget," ujar Ricky sembari menatap makam Prilly.
"Kata Ali, lo sering dateng ke mimpinya. Lo pasti kangen kan sama, Ali? Ayooo, ngaku!!" ujar Ricky lagi, kali ini pemuda itu mencoba mencairkan suasana.
"Ali juga kangen banget sama lo. Gw yakin lo pasti bisa ngeliat keadaan Ali yang sekarang kan Prill?" lanjut Ricky.
Pemuda itu menghela nafas panjang, mencoba menetralkan suasana hatinya.
"Kita semua lagi berusaha buat Ali, iya gw tau lo pasti bantuin kitakan? Cuma kitanya aja yang nggak ngerti sama cara lo," ujar Ricky.
Perlahan Ricky menguraikan pelukan dengannya Dahlia, tangannya menangkup lembut pipi Dahlia. Lalu tersenyum kecil saat melihat buliran air mata yang masih menggenang di kedua mata indah Dahlia. Perlahan Ibu jari Ricky bergerak mengusap lembuat air mata di pipi Dahlia.
"Kita mau pamit, kamu nggak mau ngomong sesuatu sama Prilly?" tanya Ricky.
Dahlia terdiam, matanya menatap kedua mata Ricky dalam, mencoba mencari kekuatan disana. Perlahan tubuh gadis itu mulai berbalik, tatapan Dahlia jatuh tepat pada batu nisan Prilly. Tangannya mengusap lembut ukiran nama Prilly.
"Gw nggak nyangka kalau mimpi buruk itu terjadi secepat ini, nama lo terlalu bagus untuk diukir diatas batu ini Pril," ujar Dahlia.
Gadis itu kembali terisak, lalu Dahlia kembali memeluk Ricky erat.
Ricky tersenyum, tangannya mengusap lembut punggung Dahlia.
"Kita pamit ya, Prill. Besok jadwalnya Kevin sama MIlla. Have a nice dream, Prill,"
Ricky mencoba membawa Dahlia untuk bangkit berdiri, lalu keduanya berbalik dan melangkah meninggalkan gundukan merah yang masih terlihat basah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me Alone
Romance(PRIVATE) part 3-akhir akan di Private "Cinta...masih sempatkah aku merasakannya?" Prilly "Aku akan tetap berada disisimu sampai jantungku berhenti berdetak, nadiku berhenti berdenyut, darahku berhenti mengalir, sampai mata ini terpejam...Kau akan t...