KUY MAIN DI STORY BARU!!!
RAMEIN BOLEH KALI!! :)
PSTTT....KALAU MAU TAU CAST NYA, LIAT DI STORY TAGS NYA!!!
TRUE LOVES IS NEVER ENDS
"Tasya, ini Alexander, calon suami kamu,"Pemuda berusia 22 tahun itu mengulurkan tangannya, mengajak Tasya untuk berkenalan.
"Natasya,"Tasya berusaha untuk tersenyum, tangannya terulur membalas sapaan pemuda itu.
"Alexander Nathanniel Smith," Pemuda itu tersenyum singkat.
"Alex ini anak tunggal dari Dominic Xerventara Smith," Tasya membulatkan matanya mendengar ucapan Daddy-nya. Selamat tinggal mimpi tak tergapaiku.
"Ahh iya, Daddy lupa! Kamu tau Queen Clarissa?"Tasya menggeleng.
"Masa kamu nggak tau sih? Kamu tuh kayak hidup di zaman batu!" Tasya mendengus kesal mendengar celaan Daddy-nya. Pengen menghujat tapi takut dosa.
"Dia calon mertua kamu, Mommy-nya Alex," ujar Nichollas, Daddy-nya yang sangat menyebalkan.
"Queen Clarissa itu pewaris utama dari Vollenezuelle Kingdom," lanjut Nichollas.Kali ini ucapan santai Daddy-nya sukses membuat Tasya kehilangan detakan jantungnya. That's mean...
He is The Heirs Of Smith Enterprise and The Crown Prince Of Vollenezuelle Kingdom.
..................Damn it..!!!!!!!!!!!!!!
HAPPY READING!!!
ENJOYYY!!
Pada dasarnya kelahiran dan kematian adalah hal suatu hal yang wajar terjadi di kehidupan. Namun, entah kenapa kedua hal itu memiliki rasa yang berbeda. Bahkan sangat bertolak belakang. Apa itu realisasi dari yin dan yang? Nggak ada yang bisa jawab pertanyaan gw.
Bagi gw, Prilly bukan hanya seorang sahabat ataupun adik. Awalnya, gw merasa kalau gw punya rasa lebih sama Prilly, I mean rasa antara cowok ke cewek. Tapi lama-kelamaan, gw sadar kalau gw nggak punya rasa sejauh itu ke Prilly. Gw punya perasaan untuk melindunginya. Lebih dari seorang sahabat. Lebih dari seorang kakak ke adik. Gw pun juga nggak tau, apa yang gw rasain. Yang jelas, gw yakin ini bukan cinta. Karena gw ternyata merasakan cinta ke Dahlia. Dan rasa itu berbeda dibandingkan rasa gw ke Prilly. Rumit memang, namun itulah yang terjadi.
Sedangkan untuk Ali, gw sama sekali nggak pernah membencinya. Jujur, rasa marah gw sama dia itu cuma sebatas marah sesaat. Percayalah kalau gw juga nggak mau melihat Ali tersakiti. Cukup sekali, dan gw rasa gw nggak akan sanggup lagi melihat dia yang hampir gila kayak dulu.
Kehilangan Angel, udah hampir membuat Ali gila. Gw kira itu adalah wujud dari rasa cinta terbesar yang dimiliki oleh manusia, seperti cinta Ali ke Angel. Namun, nyatanya adalagi cinta yang lebih daripada itu semua, dan itu gw liat saat Ali kehilangan Prilly. Dia bahkan hampir membunuh dirinya sendiri.
Ya, gw kira itu yang paling besar.
Tapi nyatanya, gw salah lagi. Rasa cinta Prilly ke Ali lebih gila dari semua cinta yang pernah gw liat. Kadang gw merasa kalau itu terlalu gila, tapi nyatanya gw menjadi saksi dari kegilaan itu semua. Prilly mencintai Ali bagaikan pasir yang mencintai laut, mereka dapat bersatu di pantai, menjadi kombinasi yang sempurna. Tapi, sayangnya hubungan mereka bersifat parasitisme.
Kenapa gw bilang gitu?
Itu semua karena pasir mencintai laut tanpa berfikir kalau laut akan senantiasa mengikisnya, tanpa henti bahkan terus berlanjut di setiap detiknya. Semua itu sama seperti Prillyyang akn senantiasa mencintai Ali dengan segala rasa sakitnya. Gw yakin, Prilly sadar kalau sikap Ali itu akan mengikis harga dirinya sebagai wanita, tapi Prilly tetap bertahan, tanpa peduli betapa rendahnya di di mata Ali.
Itu memang terdengar manis, namun jika kalian merasakan itu semua maka akan terasa perih. Karena tanpa sadar, di setiap detiknya, Prilly menggores hatinya sendiri, membuat luka itu semakin lebar menganga, tanpa pernah diobati. Sedangkan rasa cinta itu, rasa cinta yang dimiliki oleh Prilly, bukan berperan sebagai obat tapi bagaikan virus ganas yang siap memperparah luka itu. Hingga luka itu membusuk dan menghancurkan tubuh secara perlahan.
Sampai saat Prilly pergi meninggalkan Ali, gw, dan smeua orang yang sayang padanya. Percayalah, itu saat yang paling gw nantikan. Bukan! Gw nggak bermaksud sejahat itu. Tapi apa kalian bisa berpikir lebih rasional? Apa kalian bisa tidak mementingkan ego seperti layaknya Ali?
Prilly sakit, dan di akan terus merasa kesakitan di seumur hidupnya. Sedangkan, gw dan yang lainnya bahkan Ali sekalipun, nggak bisa melakukan apapun untuk setidaknya mengurangi rasa sakit itu. Hanya obat-obatan yang membuatnya kehilangan rasa sakit itu sesaat, namun apa kalian sadar secara tidak langsung kita merusak orang tubuh lainnya di dalam tubuh Prilly?
Ibu gw, Mama Rally, memang tidak pernah kehilangan harapan untuk menyembuhkan Prilly. Bahkan menurutnya kalau memang tingkat kesembuhannya hanya 1 dibandingkan dengan 1000 orang maka kita buat Prilly menjadi orang satu-satunya itu. Tapi, gw berbeda. Bagi gw, lebih baik Prilly menghabiskan waktunya untuk hal yang lebih bermanfaat dibandingkan dengan berkutat dengan segala prosedur medis yang bahkan hasilnya belum jelas. Kejam memang, tapi itu yang terbaik untuk orang dengan harapan hidup kecil seperti Prilly.
Walaupun gw harus melihat kehancuran Ali, di hari kematian Prilly, tapi itu lebih baik bagi gw. Karma telah mengejarkan tugasnya dengan cara yang terbaik. Sekarang, yang harus gw lakuin adalah tetap melanjutkan hidup sebagaimana semestinya, sampai waktu gw tiba. Dan tentunya, hal lain yang harus gw lakukan adalah mengurus Ali dengan segala kegilaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me Alone
Romance(PRIVATE) part 3-akhir akan di Private "Cinta...masih sempatkah aku merasakannya?" Prilly "Aku akan tetap berada disisimu sampai jantungku berhenti berdetak, nadiku berhenti berdenyut, darahku berhenti mengalir, sampai mata ini terpejam...Kau akan t...