Happy reading
___________________________
“Ngapain lo ngikutin gue?” Tanya Aldes untuk ke sekian kalinya. Gadis di samping nya hanya diam. Aldes menggeram tertahan. Gadis ini punya mulut tapi tak di manfaatkan.
“Sekali lagi gue tanya, ngapain lo ngikutin gue?” Tanya Aldes penuh penekanan. Ia menghela nafas kasar. “Kalo lo gak jawab, gue pastiin lo gabakal pulang malem ini!” ancam Aldes membuat Risya membulatkan matanya.
“Eh-eh jangan donk,” mohon Risya. Bisa mati berdiri jika sampai tidak pulang.
“Ya makannya jawab!!” bentak Aldes. Cowok itu memandang ke arah jalan. Takut—takut nabrak nantinya kalo nyetir nggak fokus.
“Mau jawaban jujur yang nggak masuk akal atau jawaban bohong yang masuk akal?” tanya Risya.
Aldes mengerutkan dahinya. “Jawab jujur,” balas Aldes membuat Risya mengangguk.
“Jawabannya...aku mau tahu kehidupan kakak itu gimana biar—”
“ngapain lo pengen tahu soal kehidupan gue?” tanya Aldes memotong penjelasan Risya.
“Ish dengerin dulu makannya,” ucap Risya sebal. “Risya itu punya misi dalam hidup, misi Risya yaitu buat semua orang yang Risya kenal tersenyum. Berhubung kakak nggak pernah tersenyum jadinya Risya pengen buat kakak tersenyum jadi Risya harus tau donk kehidupan kak Aldes gimana,” jelasnya dengan cepat seolah tanpa jeda. Untung masih ada titik komanya.
“Gajelas lo,” makin ya membuat Risya menghela nafas.
“Kan udah di bilang,” jawab Risya.
“Rumah lo di mana?” Tanya Aldes tiba—tiba membuat Risya terkejut.
“Hah?” beo nya dengan cengo. Ia mengerjabkan matanya. “Kakak mau nganterin Risya?” tanya nya dengan ragu.
“Gue buka manusia nggak berperasaan yang bakal biarin lo pulang malem—malem sendiri,” jawab Aldes ketus membuat Risya menggaruk pipinya yang tak terasa gatal. Lah kan cuman tanya?
“Oh, kirain,” ucap Risya. Aldes sontak memandangnya dengan tajam. Dia mau mengantar gadis ini karena ia yakin Risya tak tahu jalan ini.
“Ish matanya tajam, setajam silet,” ucap Risya sembari mengikuti gaya pembawa acara silet di TV.
“Lo mau gue turunin tengah jalan?” Tanya nya membuat Risya menggeleng.
“EHH KAK, AWAS!!” Teriak Risya saat melihat ada orang yang ingin menyebrang. Sontak Aldes langsung membanting stir ke kiri mengakibatkan mobilnya menabrak pohon.
Jdrakkkh
Kepala Risya bahkan sampai kepentok cukup keras. “Aw, aduh kepala aku,” ringisya sembari memegang kepalanya yang dirasa sakit. Pusing tiba tiba menyerang nya. Untung tabrakan nya tidak terlalu keras.
“Lo gapapa?” Pertanyaan Aldes membuat Risya menoleh memandang wajah Aldes.
“Gak papa,” jawab Risya. Ia lalu menarik tangannya dari kepala. Matanya membulat saat melihat darah yang ada di tangannya.
“Ehh itu jidat lo berdarah,” ucap Aldes sembari membersihkan dahi Risya yang tertutup rambut agar bisa lebih jelas melihat lukanya.
Risya mematung. Aldes yang awalnya kasar kini berubah perhatian. Entah kenapa di jarak sedekat ini jantung Risya berdetak dengan cepat. Melihat wajah tampan Aldes dari dekat adalah sebuah anugrah. Rahang yang tegas, hidung mancung, dan mata indah nya membuat Risya tak bisa berkedip.
“Oh ya, gue ada plester,” ucap Aldes. Cowok itu merogoh saku celana abu abunya, mengambil plester di sana. Setelah dapat ia langsung menempelkan plester itu di dahi Risya yang luka.
“Eh, kak kita turun yuk takut mobilnya meledak,” ucap Risya. Ia mengerjab mengambil kesadaran.
“Gak akan meledak lah,” jawab Aldes kembali ketus. Lalu cowok itu turun meninggalkan Risya di dalam.
“Eh kak,” panggil Risya lalu ikut turun dan berdiri di samping Aldes yang sedang mengecek mobilnya.
“Gue mana bisa benerin sendiri, lumayan parah ini mah,” ucap Aldes. Lalu ia memandang Risya yang berdiri kikuk di sebelahnya.
“Terus ini gimana?” tanya Risya. Matanya memandang sekitar. “Mana sepi lagi. Orang yang tadi nyebrang juga gaada keliatan lagi. Jangan...jangan ,” ucap Risya mulai takut. Ia menggesekkan kedua telapak tangannya. Hal yang selalu ia lakukan ketika takut.
“Apa sih lo, mana ada setan di sini. Yang ada setannya yang takut sama gue,” ketus Aldes. Cowo itu lalu mengambil handphone nya yang ada di saku celana.
“Ish berarti kakak lebih serem dari setan donk,” gumam Risya pelan masih bisa di dengar oleh Aldes.
“Halo Yan,” ucap Aldes saat sambungan nya tersambung.
“Halo, lo di mana Al? Kok belom sampe juga?” Tanya sesoorang dari seberang sana, Ardian.
“Mobil gue nabrak pohon,” jawab Aldes. Ia melirik mobilnya yang rusak.
“Hah, di mana?” Tanya Ardian kaget.
“Tempat biasa kita tawuran,” jawaban Aldes barusan membuat Risya terbelalak tak percaya. Jadi selama ini Aldes suka tawuran.
“Ngapain lo di sana? Lo dijebak?” Tanya Ardian lagi.
Aldes melirik Risya yang berdiri sembari memandang ke arah lain. Ia lalu menjawab, “enggak, gue cuma lagi ada urusan aja,” ucapnya menjeda. “Cepetan lo kesini, sama Bobby sekalian,” suruh Aldes lalu menutup teleponya dan menatap Risya yang kini menatapnya.
“Nelpon siapa?” Tanya Risya sembari mengerjap kan matanya. Rambut indahnya terbang terbawa angin. Membuat wajahnya tertutup rambut sepunggung nya.
“Temen,” singkat Aldes lalu memandang ke arah lain.
“Kak, mau tau sesuatu gak?” Tanya Risya membuat Aldes menoleh ke arahnya dengan satu alis terangkat.
“Kakak itu sebenernya ganteng,” ucap Risya membuat Aldes memutar bola matanya. Telalu sering mendengar pujian bahwa ia tampan.
“Ganteng tapi kalo senyum, kalo nggak persis setan,” sambung Risya membuat Aldes menatap nya dingin.
“Sekali aja coba, senyum,” pinta Risya yang tak mendapat jawaban dari Aldes.“Apa kakak lupa caranya tersenyum?” Tanya Risya membuat Aldes menatapnya dalam. “Mau diajarin Risya?” Tanya nya dengan senyuman manis.
“Nihh caranya gini, tarik ujung bibir kakak,” ucap Risya sembari menarik ujung bibir lelaki itu yang langsung ditepis oleh sang empu.
Risya mencebik kesal. Susah sekali sih buat manusia es ini tersenyum!
“Ayo senyum donk,”
—Ayo Senyum Donk—
Dahlah lagi kurang ngeh nulisnya.....
Yang udah di pikiran tiba tiba nge blank...au ahJangan lupa buat vote yaah, karna itu berharga banget buat author kayak aku.
Lapak kritik dan saran di sini
KAMU SEDANG MEMBACA
AYO SENYUM DONK [END]
Teen FictionRisya, gadis ceria yang selalu menyunggingkan senyum. Risya,memiliki misi penting. Misinya adalah membuat semua orang yang dikenalnya tersenyum. Misi terbesarnya adalah membuat si muka datar tersenyum. Aldes, kakak kelas yang tidak pernah tersenyum...