04. Kurang Bersyukur

62 14 7
                                    


Hidup itu harus bersyukur.
Jangan seolah olah kita adalah orang paling tersakiti di dunia.
Nyatanya lebih banyak orang yang tersakiti tapi masih bersyukur
—Risya Rafera—

Happy reading

_______________________

Aldes, bangkit dari ranjang nya. Jam menunjukan pukul 5:09 pagi. Aldes memang rajin. Tanpa alarm pun ia bisa bangun pagi. Semalam Ardian datang bersama Bobby—salah satu adik kelas yang satu tongkrongan dengan nya. Sengaja tidak ingin Dandi dan Jono tahu akan hal ini. Mulut mereka kan ember. Karna itu Aldes menyuruh Ardian tutup mulut.

Ia berjalan menuju kamar mandi. Tubuh jangkung dengan tinggi 178 cm itu berdiri tegap memandang wajahnya di cermin. Ia lalu menggambil odol dan sikat gigi. Ia mulai menggosok giginya. Tiba-tiba ucapan Risya teringat di pikirannya.

Apa iya gue lupa cara tersenyum? —batin Aldes berkata. Ia lalu meringis menampilkan giginya yang tersusun rapi. Ah mengapa gadis aneh itu bisa berkata seperti itu semalam. Ia tahu kok cara tersenyum.....mungkin.

Cepat-cepat Aldes menyelesaikan acara gosok giginya. Ia tidak boleh terpengaruh oleh apa pun. Ia lalu segera mandi dan mengenakan pakaian sekolah.

Setelah rapi, ia segera turun ke bawah. Langkah kakinya berhenti di tangga terakhir. Raut muka nya yang awalnya datar kini bertambah datar. Di sana, Dira—mama tirinya sedang menyiapkan sarapan.

Inilah hidupnya. Yang membuatnya lupa caranya tersenyum. Ibu nya meninggal saat melahirkannya. Dan saat umurnya 7 tahun Kendy—Ayahnya menikah lagi dengan Dira, mama tirinya ini. Aldes hidup tanpa tersenyum. Terakhir ia tersenyum
mungkin sekitar umur 4 tahun. Saat neneknya mengajaknya liburan di Bali. Ia saat itu tersenyum saat melihat tiket ke Bali.

Dira, mungkin kalian berfikir jika ia ibu yang jahat. Nyatanya....Dira cukup baik. Ia selalu mencoba memperhatikan Aldes meskipun cowok itu selalu menolak dan bersikap dingin. Lantas, jika Dira baik mengapa Aldes tak mau menerima Kehadirannya?

Aldes teramat menyayangi ibunya. Meski ia tak pernah melihat ibunya sekalipun. Baginya ibunya cuma satu, tak ada yang lain. Ia tak mau berkhianat atas cinta dan kasih sayang yang diberikan ibu kandung nya. Dari cerita neneknya, katanya Kendy dulu sangat mencintai Lina—ibu kandung Aldes. Lantas mengapa lelaki itu menikah dan menduakan cinta ibunya?

“Al, sarapan yuk,” ajak Dira sembari tersenyum lembut. Modelan orang yang lemah lembut.

Aldes tak menghiraukan ucapan mama tirinya. Ia berjalan saja melewati meja makan. Ia tak berniat sarapan saat ini.

♠♠♠♠

Aldes berjalan di lorong kelas XII. Kelas XII berada di lantai 2. Sementara kelas XI dan X berada di lantai 1. Perpustakaan, ruang LAB, Ruang OSIS, dan UKS juga berada di lantai 2.

Aldes berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Tak berniat melihat ke samping kanan ataupun kiri. Paling palingan banyak siswi yang menatapnya takjub dan memuji.

“Hai kak,” sapa sesoorang yang berjalan di samping nya.

Aldes enggan menoleh. Ia malah mempercepat langkah kakinya yang lebar. “Eh kak tunggu!!” teriak gadis itu sembari berlari dan menghadang Aldes.

Aldes memandang gadis di depannya, Risya. Gadis itu menghadang jalannya. “Ngapain lo di koridor kelas XII?” Tanya Aldes judes. Ia cukup heran mengapa ada anak kelas X di sini. Taukah kalian? Angkatan kelas XII tahun ini sadis sadis.

Risya hanya tersenyum. “Cuma mau nanya doank,” jawab Risya tak nyambung. “Kakak ada berangkat bareng Kak Ardian?” Tanya Risya membuat Aldes menatapnya datar.

AYO SENYUM DONK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang