05. Senyum Palsu

61 17 7
                                    


Kadang, orang yang selalu tersenyum pun tak selalunya bahagia.
Kadang senyuman itu hanya palsu
Kadang senyuman itu hanya sebuah alat untuk menutupi kesedihan.
—Aldes Varrelino—

Happy Reading

_________________________

Gadis dengan seragam SMA dan berambut panjang itu berjalan di trotoar yang sepi. Hari sudah malam tetapi gadis itu masih enggan untuk pulang.

Gadis itu Risya. Risya berjalan pelan. Seolah mengulur waktu. Ia menenggok ke kanan dan ke kiri. Sepi. Ia jadi takut akan ada om om hidung belang atau copet.

Ia lalu makin mempercepat langkahnya. Takut takut akan ada hal buruk terjadi. Semakin cepat, bahkan ia kini hampir berlari.

Risya menghentikan langkah nya. Di dengar nya ada suara berisik dari arah kanan. Saat ini ia sedang di pertigaan.

Ia lalu menoleh kan kepalanya. Matanya membulat sempurna saat menemukan objek yang membuat berisik. Sekitar 30 meter darinya, ada tawuran yang terjadi.

Oh tunggu, ia seperti mengenal seseorang di antara puluhan orang yang sedang bertarung. Karena penasaran, ia melangkahkan kakinya mendekat.

Jarak nya kini hanya 10 meter. Jantung nya kini berdetak kencang melihat kekerasan terjadi di depan matanya. Yaa walaupun memang Risya sering liat orang adu kemampuan fisik. Risya ini waktu kelas VI SD sampai IX ikut sebuah perguruan silat. Namun yaa berantem nya tidak brutal seperti ini. Kebanyakan menggunakan jurus yang tidak asal. Kalau asal pasti kena komentar oleh guru silat nya.

Keterkejutannya bertambah saat melihat orang yang paling brutal di sana, itu....Aldes! Ada juga Ardian.

Entah inisiatif dari mana Risya malah makin mendekat. “STOOOPP!” Teriak nya lantang membuat semua pasang mata menatap ke arahnya.

Merasa ditatap tajam oleh puluhan mata, Risya tiba—tiba menjadi takut. “Em, per–permisi numpang lewat,” gugupnya dengan jantung nya berdetak kencang karena takut.

Semuanya diam. Hanya ada hembusan nafas kasar di antara mereka. Merasa ditatap sedemikian tajam, ia memberanikan melirik seseorang. “Si–silakan dilanjutin, cuma mau numpang lewat kok!” ucapnya lalu berlalu pergi. Melewati gerombolan itu dengan hati berdebar takut. Ya Allah tolongin Risya.....

♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Risya memasuki sebuah rumah mewah dengan langkah hati–hati. Takut takut mama tirinya tahu.

Dengan perasaan lega dirinya memasuki kamarnya. Ia menggunci pintu kamar lalu berjalan ke meja belajarnya. Setelah meletakan tas nya, Risya lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan badan.

Selang beberapa menit Risya keluar dari kamar mandi menggunakan piyama berwarna biru muda.

Risya lalu merebahkan dirinya di ranjang. Tak berniat untuk membaca buku pelajaran atau apalah apalah. Meski pintar, Risya sejatinya orang yang pemalas belajar. Mengerjakan tugas pun sebenarnya ogah ogahan. Tapi yaaa itu dia pintar karena kalau mengingat rumus bisa sampai lama.

Baru saja hendak memasuki alam mimpi. Risya terpaksa membuka matanya saat mendengar gedoran di pintu kamarnya.

“RISYA, KELUAR LO!”

AYO SENYUM DONK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang