Dua puluh

4K 240 102
                                    

Assalamu'alaikum🤗

Lama tidak menyapa, bagaimana kabar kalian? Semoga sehat selalu. Aamiin ...

Sebelumnya terima kasih untuk 40k nya♥️

Terima kasih yang sudah mengikuti cerita ini dari awal sampai sekarang. Terima kasih buat kalian semua yang sudah dukung dan kasih aku semangat💖

Makasih buat yang selalu nunggu aku up walaupun lamaaaaaa banget😄

Satu lagi, kalian jangan terlalu berharap aku cepet up, ya. Aku ngga maksa kalian buat nunggu terus karna aku tau nungguin tanpa kepastian itu jenuh:) ehhee

Aku slow update banget dan ga tentu kapan bisa up. Apalagi bentar lagi aku naik kelas 12 kayaknya bakal lebih fokus sama sekolah.

Udah gitu aja, intinya terima kasih banyak buat kalian♥️♥️

Dan ...

Jangan lupa vote dan komen 📍🦋

Happy Reading 🌛



"Apa aku boleh tahu apa jawabannya?" tanya Fadli setelah mendengar info dari Abinya bahwa Nisa sudah mendapatkan jawaban yang akan segera diberi tahukan dalam waktu dekat.

Nisa menggeleng. Ia tak ingin memberi tahukannya sekarang. Bahkan Nisa dan Fadli bertemu di tempat umum karena ketidaksengajaan.

Nisa yang hendak pergi ke minimarket tak sengaja bertemu Fadli yang sedang menunggu Kakaknya yang sedang menemani ponakannya menaiki wahana permainan anak-anak di dekat minimarket.

"Nisa pulang duluan, Kak. Assalamu'alaikum," pamitnya. Nisa ingin cepat-cepat sampe di kamarnya. Bertemu dengan Fadli selalu membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Apalagi ketika tak sengaja aroma parfum Fadli tercium, wanginya begitu menusuk penciuman Nisa.

"Mama." Gadis itu masuk ke dalam rumah dengan senang. Nisa menaruh belanjaannya di atas meja makan dan segera mencari keberadaan Mamanya. Ternya Mamanya berada di kamar Juna tengah mengomel.

"Ada apa, sih, Ma?" tanya Nisa masuk ke kamar Juna.

"Nih, Abang kamu berani banget bawa anak perempuan orang ke rumah. Mama 'kan, bilang kalo kalian ngga boleh pacar-pacaran," Omel Mama Nisa.

Juna mendengarkan setiap Omelan dari Mamanya.

"Udah, Ma, hukum aja si Juna biar kapok dia. Ngga usah dikasih duit jajan," tambah Nisa menyahuti membuat Juna membulatkan matanya.

Apa-apaan adiknya itu? Kenapa malah mengompori keadaan.

"Ngga bisa gitu, dong. Lu apa-apaan malah tambah ngerecokin. Mending lu keluar aja sana." Juna menarik tangan Nisa supaya keluar dari kamarnya. Nisa menjulurkan lidahnya mengejek Juna.

"Mama potong setengah uang jajan kamu selama sepuluh hari!" tegasnya kemudian pergi mengikuti Nisa.

"Apes gua." Juna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kalau sudah gini, ia bisa apa? Tidak mungkin juga Papanya akan bisa membujuk Mamanya supaya tidak memotong uang jajannya.

"Gagal nabung buat kawin jadinya."

* * * *

Selepas isya, Fadli dan orang tuanya datang ke rumah Nisa untuk mendengar jawaban dari gadis itu atas lamaran Fadli.

CINTANYA GUS DINGIN [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang