ASSALAMU'ALAIKUM
LANJUT YA
TINGGALKAN JEJAK SETELAH MEMBACA😊
VOTE DAN KOMEN YA
📌📌
Hari ini aku dihukum atas rencana kaburku kemarin harus membersihkan toilet. Aku tidak akan mengikuti saran Mira dan Devi lagi. Berhasil enggak, kena sial iya.
Baru saja aku selesai mengepel lantainya aku harus kembali mengulang. Siska, yang katanya santri senior itu baju saja menumpahkan air kopi dengan sengaja.
"Ups, sengaja," ujarnya. Siska dan kedua temannya menertawakan ku.
"Maksudnya apaan?!" Tanyaku emosi. Bagaimana tidak. Dia sudah membuatku membuang waktu begitu saja. Aku bisa terlambat kelas dihari pertamaku.
"Ekh, biasa aja dong. Gak usah nyolot lo," ujar Santi.
"Gue gak bakalan nyolot kalo temen lo gak kurang ajar." Aku tidak bisa diam aja ketika aku ditindas oleh orang yang so berkuasa.
Siska maju dan mendorongku hingga punggungku terbentur tembok. Sial. Bisa-bisanya aku terjebak dengan keadaan seperti ini.
"Lo itu cuma santri baru disini. Lo harus hormat sama kita sebagai santri senior Lo," ujar Siska.
"Jadi santri yang gak lulus-lulus aja ko bangga," ujarku membuat Siska semakin emosi.
"Lo berani sama gue? Lo gak takut gue apa-apain?" Siska menarik jilbab belakangku sedangkan Santi dan Sarah mereka memegangi tanganku.
"Lepasin! Gue gak takut sama lo."
Sarah memegangi tanganku sedangkan Santi mengambil air.
Byur...
Siska mengguyurkan air dari ember yang dibawa Santi padaku. Mereka tertawa puas melihatku basah kuyup.
"Tolong!" Teriakku. Namun, Siska buru-buru membekap mulutku.
"Lo jangan macem-macem sama kita atau Lo bakalan kena akibatnya."
"Salah gue sama lo apa?" tanyaku sembari menahan tangis. Aku tidak ingin terlihat lemah didepan orang-orang seperti mereka.
"Salah Lo banyak," ujar Siska kemudian mereka pergi begitu saja.
Baru saja aku sehari disini aku sudah kena masalah dengan Siska. Lalu selanjutnya apa? Takdir begitu jahat.
Seseorang tolong aku. Denis, bawa aku dari sini. Mama, Nisa mau pulang disini ada yang jahat sama Nisa, Ma.
Tubuhku terasa lemas dan kepalaku sakit akibat Siska menarik jilbabku dengan rambutku serta punggungku yang sakit terbentur tembok cukup keras.
Aku menangis, sendiri. Tak adakah yang ingin menolongku.
"Ma, Nisa mau pulang, Ma," ucapku disela isakan tangis.
Sudah satu jam aku berdiam di kamar mandi. Tidak mungkin aku keluar dengan keadaan basah seperti ini. Aku tidak peduli akan dihukum lagi karena tidak masuk kelas. Aku butuh sendiri.
•••
"Zia, teh Nisa teh kemana atuh, ko belum balik," tanya Amel dengan logat sundanya.
"Ya, mana aku tahu, tadikan masih dihukum bersihin toilet," ujar Zia.
"Aku ngerasa gak enak hati deh. Apa kita cari Nisa aja?" tanya Hasna.
"Bener tuh, kita susulin aja siapa tahu masih belum kelar kerjaannya," ujar Sofi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTANYA GUS DINGIN [HIATUS]
Teen FictionNisa, seorang santri Wati dari Pondok Pesantren Darul Hikmah yang mampu memikat perhatian dari seorang putra pondok. Awalnya ia pikir mungkin itu hanya omong kosong saja sehingga ia merasa risih dengan hal itu. Namun, seiringnya berjalan waktu ia j...