Assalamu'alaikum
Adakah yang nunggu aku up?
Jangan lupa votenya ya
📌 Happy Reading 📌
* * *
Setelah tiba di rumah, Nisa langsung menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Ia sangat rindu dengan suasana di kamarnya.
"Kapan datang, lo?" tanya Juna–Abang kedua Nisa yang berdiri di ambang pintu.
Nisa yang semula tidur tengkurap ia berdiri.
"Ekh, buset. Masuk kamar orang itu ketuk pintu dulu napa, maen nyosor aja," ujar Nisa.
Juna mendekat menghampiri tas milik Nisa.
"Oleh-olehnya mana?" tanya Juna sembari membuka tas milik Nisa.
Nisa merampas paksa tas dari tangan Juna.
"Gak ada oleh-oleh buat lo. Sana pergi! Keluar!" Nisa mendorong Juna hingga depan pintu kamarnya. Ia menutup kembali pintu kamar tidak lupa juga ia kunci. Siapa tahu Juna bakal balik lagi.
Nisa dan Juna memang tidak pernah akur. Sekalinya akur pasti mereka sedang saling membutuhkan.
Nisa berbeda satu tahun dengan Juna. Karena faktor usia mereka yang berdekatan membuat mereka tidak pernah sopan dalam panggilan. Mereka sering menggunakan kata 'Lo-Gue' ketimbang 'adek-abang'.
••••
Sore hari, rumah Nisa sedikit ramai karena kedatangan Anka–keponakannya anak dari Rafa–Abang pertamanya.
"Tumben Abang kemari, mau apa?" tanya Nisa kemudian duduk di samping Adis–kakak iparnya.
"Ya, terserah Abang, lah. Inikan rumah Abang juga," ujar Rafa sewot.
Nisa merasa tidak suka dengan nada bicara Abangnya yang terkesan nge-gas itu.
"Ya udah, biasa dong, gak usah nge-gas juga bisa, kan?" ucap Nisa tak kalah sewot.
Adis hanya menggelengkan kepalanya ketika melihat perdebatan antara adik-kakak di depannya. Ini bukan kali pertama Adis melihatnya. Memang ini sudah menjadi hal biasa.
"Onti, Onti, aka kangen Onti," ujar Si kecil Anka. Ia berlari untuk memeluk Nisa setelah puas bermain bersama Juna.
Nisa memeluk Anka dan mendudukkan di pangkuannya.
"Onti juga kangen sama Anka."
••••
"Bang." Nisa menyenggol lengan Rafa. Jika seperti ini pasti ada maunya.
"Bang."
"Apa?!" tanya Rafa galak.
"Biasa aja dong, Bang."
"Yaudah, apa?"
"Bang, Nisa mau novel keluaran terbaru adanya di Gramedia, har–"
"Intinya aja gak usah basa-basi." Potong Rafa.
"Minta duit dong, Bang." Nisa mengulurkan telapak tangannya di depan Rafa. Sebisa mungkin ia memasang wajah paling imut agar Rafa memberikan uang untuknya.
"Minta sama Mama," ucap Rafa.
"Aelah, Bang, pedit amat," ucap Nisa memanyunkan bibirnya.
"Tu, mulut gak usah di paju-pajuin, so-imut banget udah jelek mah, ya jelek aja." Memang terkadang omongan Rafa tuh nyep banget di hati. Untung aja Nisa udah kebal dengan sikap Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTANYA GUS DINGIN [HIATUS]
Teen FictionNisa, seorang santri Wati dari Pondok Pesantren Darul Hikmah yang mampu memikat perhatian dari seorang putra pondok. Awalnya ia pikir mungkin itu hanya omong kosong saja sehingga ia merasa risih dengan hal itu. Namun, seiringnya berjalan waktu ia j...