Sebelas

4K 228 5
                                    

Assalamu'alaikum
Lanjut ya 📌

* * *

Nisa masih mengurung diri di dalam kamarnya. Ia tak habis pikir dengan Mamanya yang menyuruhnya untuk pulang agar bisa menghadiri acara pertunangan Denis-mantan Nisa. Jika sejak awal Mamanya memberitahukan ini, Nisa pasti tidak akan pulang.

"Huuaaaa ...." Tangis Nisa semakin keras. Mamanya sempat panik ketika mendengar tangisan Nisa yang cukup kencang.

"Udahlah, sayang, ngapain di tangisan dia 'kan udah mantan kamu," ucap Mama Nisa dibalik pintu kamar. Mendengar itu tangis Nisa semakin semakin histeris. Bagaimana bisa Mamanya mengatakan hal itu dengan mudah? Apa dia tidak pernah menjadi anak muda?

"Mama gak bakalan ngerti," ucap Nisa disela tangisnya. Nisa membenamkan wajahnya di atas bantal. Lama menangis membuat ia lelah dan mengantuk.

Lihatlah apa yang akan terjadi besok. Nisa akan hadapi bagaimanapun keadaan besok saat menghadiri pertunangan 'Mantan'. Baru ditinggal tunangan saja Nisa sudah nangis guling-gulingan, apalagi jika ditinggal nikah.

••••

Di dalam mobil, Nisa duduk dibelakang bersebelahan dengan Juna. Nisa memikirkan bagaimana caranya agar ia tidak bertemu dengan Denis-mantannya. Ia tidak berhenti berfikir, bagaimanapun ia tidak akan ke sana.

Nisa menatap ke luar jendela. Ia merasa hafal dengan jalan ini. Bukankah ini jalan yang sama persis menuju Pesantrennya?

"Ma, ini'kan jalan ke pes––"

"Iya," potong Ayu-Mama Nisa. "Denis kan pindah," lanjutnya.

Nisa seperti mendapatkan ide ketika mengingat pesantrennya dekat dengan tempat tinggal Denis.

Seketika ide cemerlang terlintas di pikirannya. Nisa tersenyum senang.

Juna melirik Adiknya yang terlihat senyum-senyum. "Napa lu, senyum-senyum sendiri?"

Nisa menoleh ternyata kesenangannya dicurigai oleh Juna. "Gak papa."

•••

"Nis, ayo," ajak Ayu.

"Iya, Ma. Mama duluan aja, aku mau nyari ...." Nisa mencari jawaban hingga matanya melihat penjual es krim. " Es krim. Ya, aku mau beli es krim dulu," ujarnya berbohong. Mama, maaf Nisa udah bohong.

Mereka masuk ke dalam rumah itu sedangkan Nisa, ia memutar otak harus kemana ia pergi. Satu tempat yang ada di pikirannya. Pesantren. Ya, dia akan ke sana menemui ke-empat sahabatnya dari pada di sini harus melihat si mantan yang sedang berbahagia dengan orang baru. Nisa harus terlihat tegar. Ia tidak boleh terlihat lemah di depan orang yang sudah tega meninggalkannya pas lagi sayang-sayangnya. Eakkk

Tapi jalan ke pesantren lumayan jauh bagi Nisa. Sekitar 15 menit kalo jalan kaki. Siapa tahu nanti ia akan dapat bertemu dengan sang pujaan hati, yang tidak kunjung menepati janji, karena sedang memperbaiki diri, demi mendapatkan sang pujaan hati. Awoookk.

Sampai di depan gerbang Nisa berhenti sejenak. Jalan kaki terlalu jauh membuatnya kelelahan. Nisa masuk menuju asramanya. Ia akan memberi kejutan pada sahabatnya itu.

Pintu asrama tertutup dan tidak ada tanda-tanda keberadaan sahabatnya. Nisa membuka pintunya ternyata tidak dikunci dan benar saja sahabatnya tidak ada di dalam. Di mana mereka?

Nisa masuk ke dalam menutup kembali pintu itu. Ia merebahkan tubuhnya di kasur tempatnya. Lumayan rindu. Baru saja ia memejamkan mata menuju dunia mimpi namun sudah dikagetkan dengan teriakan seseorang yang berdiri di depan pintu.

CINTANYA GUS DINGIN [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang