Delapan belas

3.4K 190 16
                                    

Assalamu'alaikum 👋🏻

Happy 22k readers 🥳 yeyyy🥳🥳🥳

Sebelumnya aku mau ngucapin terima kasih buat kalian semua pembaca cerita CINTANYA GUS DINGIN yang udah support cerita ini sampai sejauh ini. Kalian penyemangat aku buat nulis cerita ini💙 semangat dari kalian sangat berarti buat aku💙 thanks all, love you ♥️

Udah siap baca?

Sebelum baca ayo di vote dulu karena itu gratis, hehee

Jangan lupa komennya, ya

Happy Reading 🦋🦋

_________________________

Ternyata kehidupan pesantren tidak sebegitu buruk yang dibayangkan. Di sinilah tempat Nisa mendapatkan hidayah yang sudah lama ia tunggu. Dengan segala cobaan Nisa tetap menguatkan tekad untuk bisa bertahan di pesantren sampai lulus nanti.

Tepat hari ini kepulangan Nisa sebelum mulai UN minggu depan. Walaupun jatah libur hanya empat hari tapi Nisa putuskan untuk pulang. Itung-itung refreshing sebelum UN, ia juga sangat merindukan orang tuanya. Otak juga butuh liburan setelah bergelut dengan kitab-kitab yang banyak ia pelajari di sini.

Nisa masih menunggu jemputan di depan pesantren. Padahal Umi dan Pak Kiyai menyuruh Nisa untuk menunggu di ndalem saja. Tapi Nisa menolak dan memilih menunggu di depan pesantren.

"Nisa dijemput sama siapa?" tanya Ustadzah Hilya yang baru saja turun dari angkot.

"Kayaknya di jemput sama Abang," ujar Nisa.

Keduanya larut dalam obrolan. Sesekali mereka menertawakan apa yang mereka bicarakan hingga kedatangan seseorang membuat keduanya menoleh.

"Mbak ditunggu sama Umi."

Nisa memalingkan pandangannya ketika tak sengaja netranya bertemu pada titik satu dengan Gus Nizam. Jantungnya berdetak lebih cepat. Pipinya terasa memanas. Astagfirullah .... Aku kenapa?

"Maaf, ya, Nis. Saya ngga bisa nemenin kamu nunggu jemputan."

"Ngga papa, Dzah," ujar Nisa. Ia berusaha untuk tidak bersikap salah tingkah di depan Ustadzah Hilya karena merasa ditatap oleh seseorang.

Setalah kepergian Ustadzah Hilya dan Gus Nizam, Nisa merasa lebih lega. Pasalnya tadi ia merasa tegang entah kenapa.

"Ishh .... Lama banget," gerutu Nisa tat kala jemputan belum sampai.

"Nisa!" Nisa menoleh. Matanya membulat melihat Denis turun dari motor dan menghampiri dirinya. Kalian tahu Dimas siapa? Denis itu dulunya pacar Nisa yang ternyata dia dijodohkan. Tapi sampai sekarang Nisa belum tahu siapa yang dijodohkan dengan Denis.

Nisa berusaha untuk tidak memperdulikan keberadaan Denis. Ia menyibukkan dirinya dengan sebuah tasbih digital yang melingkar di jari telunjuk tangan kanannya. Nisa semakin risih ketika mendapat tatapan aneh dari Denis.

"Nis, aku minta maaf," ujar Denis berusaha meraih tangan Nisa namun buru-buru Nisa menjauhkan tangannya.

Dapat hidayah dari mana dia minta maaf? Nisa berjalan untuk masuk ke dalam pondok berniat menunggu di dalam saja. Baru dua langkah, tas yang ia gendong di pundaknya ditarik oleh Denis.

"Apa, sih?" tanya Nisa galak. Ia malas melihat wajah Denis. Bagi Nisa, Denis itu hanya orang asing yang bodohnya ia pernah menjatuhkan hati pada cowok itu. Penyesalan memang selalu datang diakhir.

"Kamu mau pulang, kan? Ayo, aku anterin," ujar Denis berusaha mengajak Nisa agar ikut bersamanya.

"Dih, sok kenal banget. Situ tukang ojek yang ngga laku, ya?"

CINTANYA GUS DINGIN [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang