Dua belas

4K 228 8
                                    

Assalamu'alaikum

Lanjut ya 📌

* * *

"Nizam?!"

Gus Nizam tersenyum kaku kala seseorang menyapanya. Bagaimana tidak yang menyapanya itu seorang perempuan yang sudah lama tidak ia lihat. Ia pikir mungkin tidak akan bertemu lagi dengan perempuan itu. Tapi takdir mempertemukannya.

"Ya?" Gus Nizam tidak tahu harus menanggapi apa. Ia merasa canggung ketika berhadapan dengan perempuan ini. Ah, sudah lama ia tidak melihat wanita ini.

"Apa kabar, Zam?" tanya perempuan berjilbab lebar itu. Senyuman yang selalu menghiasi wajahnya ia tampilkan pada laki-laki di depannya.

"Baik," ucapnya seraya mengangguk.

"Nafisa!" Perempuan bernama Nafisa itu menoleh pada seorang yang memanggilnya.

"Bentar," ucapnya. "Aku, duluan ya, Zam, udah ditungguin. Assalamu'alaikum," ucapnya seraya pergi.

Gus Nizam menatap punggung Nafisa yang menjauh. Sudah lama ia tidak melihat wanita itu hampir empat tahun lamanya dan kini ia bertemu dalam pertemuan yang singkat. Bahkan ia tidak sempat menanyakan kabar.

Andai saja waktu itu takdir tidak menjauhkan mereka mungkin mereka bisa berteman dekat seperti dulu.

Sudut bibir Gus Nizam tertarik membentuk lengkungan. Ia teringat akan kebersamaannya dulu ketika masih kecil. Mereka sangat dekat, saling menyayangi dan saling melindungi.

•°•°•°•°•

Kelas pagi ini terasa begitu lama bagi murid yang tidak menyukai pelajaran matematika. Matematika identik dengan angka-angka. Memang, angka yang harus dijumlahkan itu kecil-kecil tidak sampai angka ratusan bahkan ribuan. Tapi cara menjumlahkannya yang begitu rumit. Apalagi ketika harus menentukan si y dan x yang tidak pernah bisa bersama. Miris sekali nasibnya.

"Baiklah, soal-nya di PR kan saja," ucap Ustadzah Hilya.

"Baik, Ustadzah."

Nisa bersama ke-empat temannya pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka di waktu istirahat. Keadaan kantin cukup ramai karena ini jam istirahat terlihat semua meja sudah penuh. Nisa dan temannya sudah memegang jajanan mereka. Tetapi mereka masih berdiri karena tidak kebagian tempat duduk.

Mereka menuju perpustakaan untuk memakan jajanan dengan alibi mengerjakan tugas. Mereka sudah persiapan dengan membawa buku catatan. Entah buku catatan apa yang mereka ambil.

"Mel, ambil buku!" titah Sofi. Amel menuruti dengan mengambil buku di depannya tanpa membaca judul buku tersebut. Niat sekali mereka datang ke perpustakaan hanya untuk makan.

"Ekh, dengar-dengar, ya, besok Gus Nizam mau balik ke pondok," ujar Sofi dengan suara pelan. Ia kembali memakan cilok yang sempat ia beli tadi.

"Beneran?" tanya Hasna.

Nisa hanya mendengar pembicaraan sahabatnya itu tanpa ikut nimbrung. Topik yang mereka bicarakan memang cukup menarik.

"Yah, bakal LDR-an lagi, dong ama do'i," ucap Zia.

"Mimpi," ucap Nisa lirih namun dapat di dengar oleh temannya.

CINTANYA GUS DINGIN [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang