Tujuh

4.4K 235 7
                                    

Assalamu'alaikum

Lanjut ya

Vomentnya Jan lupa :v

📌 Happy Reading 📌

Aku melempar tasku di bangku dengan asal. Semalam aku kurang tidur karena teringat kelakuan si Gus. Dia sudah bikin aku melayang.

Brak!
Sofi menggebrak mejaku saat aku menidurkan kepalaku di atas kedua tangan yang aku tangkupkan di atas meja.

"Tidur mulu," ucap Sofi. Dia tidak tahu jika semalam aku kurang tidur. Bukan kurang lagi, tapi memang aku tidak tidur.

"Berisik, akh." Aku melanjutkan tidurku. Mereka terus saja menggangguku. Sofi yang memukul-mukul meja, Hasna dan Amel yang bernyanyi dan Zia yang ribut dengan Mira.

"Mel, kalo ada Ustad masuk, bangunin aku, ya," ucapku pada Amel.

"Siap, Teh."

Sofi masih memukul meja mengiringi lagu yang di nyanyikan oleh Hasna.

"Aku tak mudah mencintai, tak mudah bilang cinta, tapi mengapa kini denganmu aku jatuh cinta.. " Hasna bernyanyi dengan suara cemprengnya. Dosa apa aku punya temen kaya mereka.

Kini Hasna mengganti lagu dengan membawakan lagu melow.

"Senyumanmu.. yang indah bagaikan can-"

"Halu, lo," ucap Mira.

"Ekh terserah aku, dong. Aku yang nyanyi situ yang repot," ucap Hasna sewot.

Sungguh, mereka sangat tidak berprikesahabatan. Aku butuh tidur gayss mereka berisik terus. Mungkin hari ini aku memang tidak boleh tidur.

"Kalau cinta sudah membara," kini bergantian Sofi yang bernyanyi.

"Aha, aha," timpal Amel.

"Rindu jadi mengebu-gebu,"

Suasana kesal semakin ricuh karena jam pelajaran pertama kosong. Hingga bel pergantian pelajaran berbunyi barulah mereka diam di bangku masing-masing.

"Assalamu'alaikum," ucap Ustadz Aziz.

"Wa'alaikumsalam."

Ustadz Aziz tidak sendiri ia bersama orang yang aku yakini dia seorang Ustadz. Kenapa Ustadz Adi gak masuk ini kan pelajarannya.

"Ini ustadz pengganti Ustadz Adi. Beliau Ustadz Amir salah satu alumni pesantren ini juga."

Oh, jadi dia guru pengganti. Sekarang pelajaran Bahasa Arab. Mana ngerti aku yang aku tahu cuma Na'am dan Laa. Sudah, itu saja.

"Saya minta setiap orang mengucapkan sesuatu dengan Bahasa Arab. Saya kasih waktu lima menit."

"Na'am, Ustadz," ucap kami.

Aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Aku harus berkata apa? Kalo saja ada HP aku bisa cari di google.

"Mel, kasih tahu, dong," ucapku pada Amel.

"Cari sendiri. Jangan nanya sama temen, saya mau tahu seberapa hafal kalian dengan Bahasa Arab." Ikh tu Ustadz nyebelin baru sehari aja udah bikin orang kesel.

"Waktunya sudah habis. Saya absen kalian satu-satu yang saya sebut namanya ucapkan kalimat bahasa Arab nya," jelas Ustadz Amir. Ia mulai membuka buku absen. Gawat. Aku belum punya kalimatnya.

"Amelia Kholifah." Amel mengangkat tangannya.

"Shobahul khoir, Ustadz," ucap Amel.

"Erika."

"Kaifa khaluka, Ustadz."

Ustadz terus mengabsen sambil menjawab kalimah yang dilontarkan oleh muridnya.

"Hasna, kasih tau, buruan," ucapku pada Hasna. Ia seperti tengah berfikir.

"Bilang aja, Ana uhibbuka Ustadz. Udah gitu aja," ucap Hasna sembari tersenyum. Senyum nya yang buat aku gak yakin.

"Artinya apa?"

"Gak penting."

"Ekh penting dong siapa tahu kamu jebak aku."

"Artinya 'Ustadz tadi naik apa' gitu," jelas Hasna.

Aku gak yakin dengan ucapan Hasna itu. Tapi bodo amatlah aku gak peduli.

"Nisa Maisun Azzahra." Ustadz Amir menyebut namaku? Apa aku harus mengatakan yang Hasna bilang tadi? Aku ingin mengatakannya namun hatiku menolak. Ada yang tidak beres.

"Nisa Maisun Azzahra." ulangnya.

Aku mengangkat tanganku "Hadiroh, Ustadz," ucapku.

"Kalimatnya?"

Aku melirik Hasna disampingku yang ingin tertawa. Aku yakin, setelah mengatakan ini mereka akan menertawakan ku.

"Ana Uhibbuka, Ustadz," ucapku.

"Hahaha ...." Semua orang menertawakan ku. Ada yang salah? Aku melihat ustadz Amir ia hanya menggelengkan kepala. Sepertinya dia juga menahan tawa.

"Nis, kamu beneran?" tanya Sofi disela tawanya.

"Baru ketemu udah berani bilang cinta, kamu Ni," ucap Zia.

Tunggu. Bilang cinta?
Aku melirik Hasna yang tertawa menunjukan jari tengah dan jari telunjuknya menunjukan damai.

Aku menunduk malu atas perkataan ku. Mama, Nisa malu. Aku merutuki diriku yang sangat bodoh mudah banget dikelabui Hasna.

Aku terus menunduk sembari terus mengumpat nama Hasna. Awas aja aku balas nanti. Ekh, astagfirullah, aku segera mengusap dadaku sembari beristigfar tidak baik balas dendam pada orang.

Yaudah, aku bakal kerjain Hasna aja. Awas aja.

Cieee... Nisa bilang cinta sama Ustadz baru 😂

Awas tuh Hasna Nisa mau ngerjain kamu

Gimana sama part ini
Kalo ada yang salah dalam penulisan tandai ya in Syaa Allah aku perbaiki.

Vomentnya ya jangan lupa.

Tinggalkan jejak setelah membaca :v

See you next part 👋😊

CINTANYA GUS DINGIN [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang