Matahari yang tadinya seperti berada diatas kepala kini perlahan condong ke arah barat, angin siang menuju sorepun mulai berhembus, menggerai pelan siluet rambut seseorang yang tengah berjalan dengan tas dipunggung dan kantong belanja di tangan kanannya, Pemandangan indah nan langka dari seorang gadis muda yang sedang meraih mimpi jauh dari tempat asalnya.
Meski agak gontai, kaki Ara terus menapaki setiap anak tangga menuju kamar Kosnya yang berada di lantai dua, senyuman kadang terpancar dari bibir tipisnya, namun banyak pertanyaan yang memenuhi tiap sudut otaknya, bahkan di matanya beberapa kali terbesit wajah Chika yang tadi ia tinggalkan seorang diri di depan restoran.
Setelah sampai di depan kamarnya, segera ia memasukan kunci dan membuka pintu, kemudian menyalakan AC dan menaruh kantong belanja yang isinya sebotol air mineral dan sekaleng minuman bersoda, tidak lupa beberapa camilan favoritnya.
ia mulai membuka Hoodie yang ia kenakan dan langsung menyadari bahwa T-shirt yang kini ia pakai adalah T-shirt Chika yang mau tidak mau harus ia pinjam sebab ia tidak membawa baju ganti tadi malam.
Perlahan ia berjalan sambil meminum air mineral yang tadi ia beli dan berhenti didepan cermin, ia pandangi tubuhnya sendiri yang kini terlihat lesu dan perlu mandi,
"Ini nyata, kan ?" Dirinya mulai bermonolog
"Ini nyata, kan ?!" Tanyanya sekali lagi, namun kini ia mulai mendekatkan wajahnya ke cermin dan mulai menyentuh pelan bibirnya dengan jari telunjuk
"Arghh..!" Suara dalam dirinya kembali berteriak seiring munculnya sekelebat ingatan saat wajah Chika mulai mendekat ke wajahnya.
ia segera menjauh dari cermin, mengambil satu plastik camilan dan membukanya, menghidupkan TV lalu merebahkan dirinya di kasur dengan badan yang bersandar di Headboard.
Tetapi ia malah membuka HP dan mengecek galerinya, entah mengapa dia memilih mengecek galerinya, tapi apa yang ia rasakan saat ini adalah ia ingin melihat wajah Chika lagi, seakan dimanapun ia menaruh pandangannya wajah Chika selalu terbesit, rasanya seperti saat ini satu-satunya hal yang ia inginkan adalah menghabiskan waktu bersamanya.Sejak awal Ara memang menyukai Chika, tapi dalam batas suka dalam diam, seperti halnya rasa suka yang terjadi akibat kagum dengan seseorang, seorang teman kerja, dalam tim yang sama, dalam kedekatan yang mereka bangun sejak pertama kali mereka mulai dekat, dalam setiap godaan godaan yang ia lontarkan yang seringkali membuat Chika tersipu, dalam obrolan mereka yang terpaut satu-sama lain, ia menyukai dan menikmatinya.
Namun datang hari dimana ia merasa bahwa rasa sukanya berubah menjadi cinta, ya, rasa cinta yang bersifat romantis , rasa cinta yang seharusnya terjadi antara perempuan dan laki-laki, rasa cinta yang membuatnya ingin memiliki.
Tapi dia menyukai seorang gadis, ya, seorang gadis, seperti dirinya, tentu saja ia mengalami kontradiksi dibaliknya, mana mungkin ?, mana mungkin itu akan terealisasi, mana mungkin cintanya itu terbalas, mana mungkin Chika memiliki rasa yang sama dengannya, jadi dia kembali pada kenyataan dan menutup rapat semua khayalan tinggi yang ia sendiri tak yakin apakah akan terjadi, memilih untuk meninggalkan itu semua dan berjalan menapak pada kenyataan.
Sementara malam tadi ia menemukan jawabannya, ternyata Chika memiliki rasa yang sama dengannya, bahkan tanpa perlu ia ungkapkan.
Rasanya semua hal yang telah ia kubur dalam-dalam kini terinjak dan hancur oleh fakta yang amat berat itu, dia tak bisa melakukan apa-apa, dia tidak siap dengan ini semua, itulah mengapa saat ini ia menjadi terlihat begitu canggung meskipun selalu berusaha menutupi dengan candaan-candaan khasnya.Tapi mau bagaimanapun pikiriannya menerka, kenyataannya malam tadi Chika mencium bibirnya, mereka memberikan masing-masing ciuman pertama satu sama lain, itu kenyataannya.
kenyataan yang masih belum bisa ia terima sebagai kenyataan, dia tidak suka karena seharusnya saat ini dia bahagia tapi disaat yang sama seperti sesuatu terjadi terlalu cepat sehingga ia bahkan tidak tau harus bersikap seperti apa saat bersamanya setelah hari-hari berlalu nanti.Belum lagi saat ini mulai muncul gejolak disekitaran mereka, momen momen kedekatan mereka dianggap terlalu berlebihan, bahkan tidak sedikit DM yang masuk ke masing-masing akun media sosial mereka dengan tulisan-tulisan yang sebenarnya tidak seharusnya mereka baca.
Andai mereka tau serumit apa yang sebenarnya terjadi saat ini, betapa Ara dan Chika pun berpikir begitu dalam tentang semua ini, dan mencoba untuk tidak terbawa dan menenangkan diri masing-masing.Dan seperti yang dikatakan Ara kala mereka mengobrol di kamar Chika, tidak mengapa jika ini dianggap gimmick, dan sepertinya memang lebih baik jika semua hal yang terjadi diantara mereka ini dianggap hanya gimmick belaka, sehingga mereka bisa terus seperti itu tanpa mengkhawatirkan hal lain, mereka tidak ingin tiba-tiba terpaksa menjauh, dan merekapun tentunya tidak mau jika gejolak yang tengah terjadi semakin membesar.
Sementara itu matanya kini terfokus kebagian jam di pojok atas kiri HPnya, Ara ingat bahwa sekarang ada Show Theater, ia segera meninggalkan HPnya tergeletak diatas kasur dan langsung bangkit dari tempat tidurnya, membuka pakaiannya dan setengah berlari ke kamar mandi untuk segera mandi, sebenarnya waktu yang ia miliki memang cukup untuknya mandi, rapi -rapi dan berangkat, tapi kedisiplinan di JKT48 sama sekali tidak bisa disepelekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
After GoPlay [ChikAra]
FanfictionSesuai janjinya, setelah sesi Live Streaming di Go-play selesai, Ara akan menginap dirumah Chika malam ini. Siapa sangka malam yang terlihat biasa itu merupakan satu malam penting yang akan menyibak banyak tabir diantara mereka berdua...