A Little White Lie

5K 549 19
                                    

Malam kian larut, namun hujan belum juga reda, ditambah lagi kini diiringi gemuruh yang bersahut-sahutan dari kejauhan.

Setelah selesai mencuci rambut dan berganti baju sekarang Ara tengah sibuk menata rambut dengan Hairdryernya, sementara Chika sedang sibuk dengan HPnya sambil menyandarkan punggung dan kepalanya di headboard tempat tidur.
mengecek banyak mention dan DM di twitternya, dengan dada perih dan rasa ingin menangis, berkali-kali ia melewati banyak DM maupun mention tak mengenakan yang memang seharusnya tidak ia baca, untuk dirinya, untuk Ara, maupun untuk mereka berdua.

Lagu dari HPnya masih terus silih berganti, seperti benar-benar menjadi BGM bagi mereka malam ini.

Dalam khusyunya menatap layar HP, pandangannya kini berganti pada sosok ara yang tepat berada disampingnya, tengah sibuk menggoyang hairdryer ke bagian rambutnya yang dirasa belum kering.
Hatinya bertanya-tanya apa yang dilakukan Ara saat ia melihat DM maupun mention kejam di twitternya sendiri, apakah dia juga memilih untuk tidak membacanya atau justru membaca semuanya dan meninggalkan dirinya berpikir berlebihan sendiri.

Tentu saja Chika pernah melewati masa-masa itu, tapi beruntung Chika memiliki mamanya yang terus menerus berada di dekatnya, memeluknya, mensupportnya, selain Ara.
namun Ara, ia jauh tinggal dari keluarganya, dan disaat-saat intens itu mereka justru sedang berada dalam konflik tidak jelas dan saling tidak bertanya satu sama lain.

Apa Ara juga cerita sama keluarganya ya lewat telpon ? , jiwa Chika mulai bermonolog

Tapi kalau dia cerita, koq bisa malah memilih buat ke psikiater ?, apa dia betul-betul nyimpan ini sendirian ?

Maaf ra,maaf kalo aku cuma bisa minta maaf, aku gak tau dengan cara apa aku bisa nebus keegoisanku ngebiarin kamu hadapin ini sendirian..

Ditengah lamunannya, HPnya bergetar, disana terpampang wajah Mamanya melakukan panggilan Video Call, melihat itu Chika segera menegakan duduknya

"Ara.." Ujar chika pelan namun panik

Ara mematikan Hairdryernya dan menaruhnya diatas tempat tidur kemudian menoleh ke arah Chika, "Hah ? Naon"

"Mamaku nelpon... Video call"

"Hah emangnya belum kamu kabarin ?"

Chika menggeleng pelan, "gimana nih ra"

"Yaudah angkat"

"Tapi gimana jelasinnya ?"

"Angkat aja dulu" Jawab ara dengan wajah cool dan mencoba tenang meskipun pikirannya tengah berlarian mencari alasan untuk membantu Chika.

"Kamu dimana chika, udah jalan ?" Tanya mamanya terdengar panik bercampur khawatir

"Emm.. Aku.."

"Loh kamu dimana ? Itu tempat tidur ? Kamu dimana sayang ?!"

"Emm ini ma.. Aku..."

"Kamu dikamar siapa ?!, jawab mama ?!"

"I.. Ini kamar Ara ma.. Ini kamar Ara.. "

"Loh ? Ara ? Mana ara nya ? Jangan bohong sama mama"

"Beneran ma, sumpah" Chika segera menarik-narik baju Ara dari belakang, padahal saat itu ara masih mencari-cari alasan yang tepat, namun karna tidak mau membuat mama Chika bepikir buruk lebih jauh lagi, setelah menarik napas, Ara segera naik ketempat tidur dan duduk disamping Chika, ikut video call bersamanya.

"Malam tante, emm.. iya.. ini kamar Aku koq.." Ujar Ara sedikit nervous tapi tetap tersenyum mencoba membuat mama Chika tenang

After GoPlay [ChikAra]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang