Meniti Jejak

4.5K 474 8
                                    

Dimalam hari yang kembali mendung, setelah kegiatan Theater selesai, seperti biasa para member akan beristirahat sejenak di ruang ganti, untuk sekedar mengobrol, bersenda gurau, membersihkan makeup, atau menunggu jemputan, sambil membicarakan kembali apa yang tadi terjadi di stage, mendiskusikan kekurangan mereka masing-masing saat perform atau saat MC, juga pembicaraan lain diluar pekerjaan mereka.

Sementara itu kaki Chika melangkah agak cepat menuju ruang ganti setelah sebelumnya ada keperluan lain dengan staff tepat setelah Show Theater usai.
Saat sampai di depan pintu ruang ganti, ia menghentikan langkahnya, matanya mulai melirik ke kiri dan ke kanan dan sebaliknya, mencari-cari sosok yang memang sangat ingin ia temui kali ini.

"Kenapa Chik?, bingung banget kayaknya"
Tegur Gaby yang ternyata tengah memperhatikan dia

"Emm ngga kak" Jawabnya disertai senyuman lalu berjalan menuju kursi dimana tas nya berada

Sesaat setelah mengambil dan memakai tasnya, seakan telah tau dan mengerti, Fiony tiba-tiba berjalan ke arahnya "Ara tadi pamit pulang duluan kak" Ujar fiony dengan wajah yang datar

Chika segera menoleh, "udah lama kah ?"

"Mmm lumayan sih waktu kak Chika balik dari meeting, dia udah jalan keluar.." Fiony terdiam sejenak "Aku makin khawatir sama dia kak.." Ucapnya pelan

"Emangnya ara kenapa ?"

"Entahlah, dia betul-betul keliatan beda makin kesini, tadi dia cuma duduk sendiri dipojok, bahkan aku ajak ngobrol pun kaya yang singkat aja jawabnya, aku gak maksud nyalahin kak chika sama sikap dia sejauh ini, tapi plis aku mohon banget temenin dia, cari tau apa yang terjadi sama dia, mungkin kalau sama kak chika dia bisa lebih terbuka"

"Kenapa kamu gak tahan"

"Udah kak, tapi dia alesan ada urusan lain, buru-buru.."

Mendengar penjelasan Fiony rasa khawatir Chika seketika menanjak, tanpa mengakhiri percakapan dan tanpa pamitan dengan yang lain Chika segera melangkahkan kaki dengan terburu-buru meninggalkan teather.

Ia berlari layaknya seorang yang tengah tertinggal jadwal kereta, dengan hati yang penuh harap Ara masih tidak jauh dari lokasi mall.

dari lantai 4, ia melihat ke arah bawah, memperhatikan setiap sudut lantai 3, namun sosok ara belum juga terlihat, dengan segera ia menuruni eskalator demi eskalator.
Hingga eskalator terakhir menuju lantai dasar, tentunya sangat sulit menemukan satu orang di sela kerumunan yang padat itu.

Tak mau membuang waktu, dengan segera Chika menuruni eskalator lebih cepat, langkah demi langkah, melewati celah diantara orang-orang yang juga tengah berada disana, setelah menapaki lantai dasar, ia berlari lagi, beberapa orang yang lalu lalang terlihat menatap heran kearahnya.
Dia seperti tidak mau kehilangan kesempatan kali ini.

Namun sesampainya di pintu utama,sejauh mata memandang tubuh belakang yang ia kenal itu tidak juga terlihat, ia berhenti dan menyandarkan dirinya di kaca samping pintu masuk, peluh mulai terlihat di dahinya, napasnya memburu, ia membuka tasnya dan mengambil tisu dari dalamnya lalu mengelap titik-titik keringat yang hampir menetes itu.

Langit mendung diatas sana mulai menampakan kilatan-kilatan cahaya, suara gemuruh mulai terdengar dari kejauhan.
Namun keinginan Chika untuk bertemu dan berbicara dengan Ara begitu kuat.

Apa aku mesti susul ke kosannya? Chika bertanya pada dirinya sendiri

Tanpa berpikir panjang, Chika segera membuka HP dan memesan Driver online.
Setelah selesai memesan, Akhirnya ia hanya berdiri disana sambil menunggu drivernya datang.
Tekadnya benar-benar bulat kali ini.
Padahal ia hanya mengingat samar lokasi kos Ara, sebab sudah begitu lama sejak terakhir kali ia kesana.

Jauh didalam hatinya sebenarnya ia ingin mencoba menelpon ara tetapi ia takut, ia takut selama ini ara juga marah kepadanya dan mencoba balas dendam dengan tidak mengangkat teleponnya, akhirnya dia mengurungkan niatnya dan memilih untuk pergi menemuinya secara langsung, setidaknya jika ia menemuinya langsung, semarah apapun ara nanti, tidak mungkin ia tega mengusirnya, begitulah yang muncul dipikiran Chika saat ini.

Setelah drivernya datang dan mengonfirmasi posisinya, segera ia berlari dan naik, dengan modal jalan utama yang masih ia ingat, ia jadikan itu sebagai titik tujuannya.

~~

Ditengah perjalanan, ia membuka HPnya dan mulai mencari kontak yang saat ini menurutnya paling penting untuk dihubungi

"Halo.."

"Iya halo, Kenapa sayang ?"

"Mama belum berangkat kan ?"

"Belum, tapi ini udah siap-siap, kamu udah nunggu kah ?"

"Mm.. Ngga.. Ini.." Chika terlihat agak bingung "tadi staff tiba-tiba kasih info kalau ada meeting lanjutan buat event minggu depan"

"Terus ?"

"Ya.. Jadinya aku mungkin pulang agak malam, mama gak usah jemput ya, biar aku pesen driver online aja" Jawab Chika beralasan

"Tapi ini udah mau hujan loh" Ujar mama Chika dengan nada khawatir

"Mama ga usah khawatir, toh aku juga masih di theater koq sama temen-temen lain"

Mama Chika sejenak terdiam dan berpikir "mm Yaudah.. Berarti mama gak jemput ya, nanti kalo udah selesai jangan lupa kabarin mama"

"Iya ma.."

"Jangan lupa" Ucap mama Chika memastikan

"Iya mama... tenang aja.." Jawab Chika dengan nada manis "Yaudah aku matiin yah, bye, love you.."

Saking kacaunya pikirannya saat ini, ia sampai lupa menunggu jawaban mamanya dan langsung mematikan telepon.
Sementara itu, layaknya malam kemarin, Hujan turun saat ia berada di mobil, tapi kali ini disertai petir dan gemuruh.

Hingga sampai dilokasi titik tujuannya, ia segera turun dan sedikit berlari ke sebuah emperan toko dipinggir jalan utama.
Hujan kali ini mulai turun dengan deras disertai kilatan petir dan suara gemuruhnya, karna hanya bermodal nekat, dia tidak memiliki apapun yang bisa digunakan untuk menghindarinya dari hujan, bahkan saat berlari ke emperan toko itu rambut dan bagian punggung hoodienya sudah sempat basah.

Belum lagi, ada satu masalah yang sudah menunggunya, dia lupa jalan mana yang menuju kosan ara, tapi setidaknya dia beruntung Toko yang emperannya ia gunakan untuk berteduh masih buka, jadi dia bisa menunggu disana hingga hujan reda, jika itu lama dia bisa menunggu sambil jajan sesuatu, dan yang paling penting ia bisa bertanya tentang jalan yang ia maksud kepada pemiliknya.

di antara riuh rendah suara hujan di jalanan, Jauh didalam benaknya, dia masih tidak habis pikir bisa sampai senekat ini.

After GoPlay [ChikAra]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang