Someday, One Day

4.7K 540 19
                                    

Kumandang Adzan Subuh merasuk pelan melewati telinga Ara, meskipun waktu tidurnya terhitung begitu singkat namun karna telah terbiasa dan layaknya alarm untuknya, Ara pun mulai membuka matanya.

Saat itu wajah Chikalah yang pertama kali menghiasi pandangannya, dengan tangan kiri sebagai tumpuan pipinya dan tangan kanannya menyebrang ke atas pipi Ara,
Mereka berdua saling berhadapan menyamping satu sama lain, begitulah saat itu posisi mereka tidur.

Sambil memandangi wajah tidur Chika yang begitu damai. Senyuman manis terbentuk dibibir ara seraya menggenggam lembut tangan Chika yang terasa hangat di pipinya.

Mereka berdua sama.
sama-sama tak mau sesuatu yang buruk menimpa salah satu diantara mereka, sama-sama membutuhkan mulut yang mau menasihati dan mensupport dikala satu diantara mereka tengah terpuruk,
Sama-sama membutuhkan tangan yang mau menuntun ketika salah satu diantara mereka ingin lari dari setiap masalah yang menimpa,
Sama-sama membutuhkan kaki yang mau meninggalkan jejak untuk diikuti disaat salah satu diantara mereka tertinggal dan tersesat,
Sama-sama membutuhkan hati yang mau menerima setiap hal baik maupun buruk di diri mereka,
Sama-sama membutuhkan bahu yang bersedia untuk disandarkan ketika satu diantara mereka lelah dengan beban yang mereka bawa.
Dan mereka menemukan itu pada diri mereka masing-masing.

Saat itu ia kembali menyadari bahwa mereka berdua memang saling membutuhkan satu sama lain.
Rasa yang mereka berdua miliki saat ini seharusnya bukan lagi rasa yang janggal dan tidak bisa diterima.
Rasa yang mereka berdua miliki sudah bukan lagi ingin sekedar memiliki seseorang secara fisik.

Rasa yang mereka berdua miliki kini adalah rasa tentang bagaimana menjaga orang yang kita sayangi supaya tidak terluka, menjaga tubuh dan juga hatinya, hanya itu.
Sebuah rasa yang sederhana, rasa yang semestinya hanya membutuhkan dua sosok manusia, tak perlu gender maupun agama.

Beberapa saat berlalu, Ara menaruh kembali tangan Chika diatas tempat tidur.
Tangan kirinya meraba ke arah kepala chika lalu merapikan rambutnya yang agak berantakan karna kejadian semalam.
helai demi helai rambut Chika mulai melewati sela-sela jari Ara, setelah itu ia mengancingi kembali beberapa kancing piyama Chika yang terbuka.

Sementara Adzan subuh telah selesai berkumandang, sekarang Ara telah benar-benar terjaga, namun masih belum mau beranjak dari tempat tidur.
Dalam hening pagi ia memejamkan matanya lalu membayangkan bagaimana hubungan ini akan berlanjut ?
Hal apalagi yang telah menunggu mereka didepan ?
Bagaimana jika salah satu diantara mereka pergi ?
Apakah ini perasaan yang akan ada selamanya?

Semua keluh-kesah, pertanyaan dan ganjalan yang ada dihatinya itu ia ceritakan kepada Tuhannya setelah memilih bangun dan melakukan ibadahnya pagi itu.

Setelah selesai, Ara berjalan kembali ke tempat tidur dengan membawa selimut, sempat terbesit dalam benak Ara apa yang sedang terjadi didalam kepala Chika saat ini, apakah ia tengah bermimpi indah atau buruk, yang pasti Chika hanya menggeliat pelan saat selimut dibentangkan menutupi sebagian tubuhnya.

~~

Sedari pagi hingga kini, hawa diluar terasa dingin, namun matahari tetap memunculkan wajahnya, titik-titik air bekas hujan semalam terlihat menggantung di ujung rumput maupun dahan pohon, mereka berkelip layaknya sekumpulan berlian saat sinar matahari mengenai mereka.

Jam telah menunjukan pukul 9 pagi, Setelah mandi dan memakan nasi goreng buatan ara sebagai sarapan, kini Chika tengah duduk dipinggir tempat tidur sambil menikmati acara TV didepannya, sementara ara masih sibuk merapikan kamarnya.

"Mau pulang sekarang kah ?" Tanya ara setelah membuang sampah terakhir ke tempat sampah didekat pintu kamarnya.

"Mmm.." Hanya dengungan itu yang keluar dari mulut chika

"Ham hem ham hem, kepedesan ?"

"Yee, sabar.. Bentar.. mikir dulu "

"Koq mikir, orang tinggal ya atau ngga"

"Gak gitu ra.."

"Terus Apa ?"

"Emm.. Hari ini kegiatan libur kan ra ?"

"Iya.. Terus ?"

"Emm.. Jalan-jalan gak sih ?, temenin aku.. Mau gak ra?, kapan lagi ya kan.."

"Hah, jalan-jalan ? Kemana ?"

"Kemana ya, kamu ada ide kah ? Gausah jauh jauh ra"

"Ke jepang!"

"Palelu jepang!"

"Ya lagian, kan kak Chika yang mau jalan, nanya idenya ke aku"

"Ya kan siapa tau ada ide.." Chika menaruh jari telunjuk ke dagunya "ke Spark aja ra, gimana ?"

"Dih.. Itu sama aja ke theater gak sih"

"Ya ngga lah, kan beda lokasi"

"Yaelah tinggal nyebrang doang"

"Yaudah sih gausah debat, mau ngga ?"

"Emang disana ada apa ? Tempat makan aja kan ?"

"Dih, kamu belum pernah kesana ra ?, disana tuh ada danaunya"

"Terus ngapain ke danau ?"

"Mau buang kamu" Ujar chika terkikih, sementara ara hanya menatap kesal ke arahnya

"Gimana ra ?..."

"Mmm.. Gimana ya.."

"Gausah lama lama deh, aku tau ra kamu tuh masih ngantuk, tadi aja kamu bangun pagi-pagi banget kan.."

"Lah koq tau ?"

"Hehe.. Aku juga bangun bentar dong, tapi terus tidur lagi... makasih ya selimutnya"

"Nerbener loh"

"yaudah gini aja ra, kita sekalian makan siang aja disana, aku pengen banget ke Gyukaku nih dari kemarin-kemarin, pengen sup miso sama eskrimnyaa"

"Iya cuma makan siang, cuma makan siang, akhirnya nyampe rumahmu lagi.. Hiyaa" Ujar ara bercanda

"Ya gak papa kalo kamu mau!"

"Ngga lahh"

"Hehe.. Kamu bosen ya ra kalo ketemu aku setiap hari, udahan di teater ketemu, hari libur juga ketemu"

"Ngga gitu sih.."

"Ya jujur aja sih, gak papa ra, wajar.."

"Aku justru takut, saking seringnya kita bareng, suatu saat nanti aku gak bisa kalo gak ada kamu" Ucap ara memandang Chika kemudian sedikit menundukan kepalanya

Chika berbalik menatap ara yang masih tertunduk, walaupun sering mendengar gombalan dari Ara, tapi tidak biasanya dia mengatakan dengan mimik wajah seperti itu "dih.. Tumben banget.." Saat itu Chika memang merasakan sesuatu yang berbeda, tapi tetap mencoba terlihat biasa, "lagian aku kemana sih ra, orang aku disini sini aja" Lanjutnya

Ara menghela napasnya, "Aku koq kepikiran tentang kita terus ya kak, dan ini bukan cuma tentang hari ini atau besok, tapi jauh banget gitu.. Maaf ya kalo aku ngomong gak jelas gini..." Ara mengangkat wajahnya

Melihat itu Chika memandang ara lalu tersenyum manis ke arahnya, ia segera mendekat dan memeluk lembut Ara, pagi ini segala sesuatu memang terasa berbeda, rasanya satu lembar halaman baru telah terpampang dan siap untuk diisi oleh tarian pena kisah mereka, tentunya dengan banyak hal yang tak pernah mereka tahu yang kapanpun siap menjegal tarian pena itu.

"Aku ngerti ra.. Aku ngerti.." Chika mengelus pelan bahu ara, "Aku tau ini bakalan sulit buat kita, tapi kita kan berdua, kalo kamu capek, kamu bisa peluk aku kapanpun kaya gini, aku tau ini gak bisa serta merta bikin kita bisa lewatin semuanya, tapi seenggaknya kamu dan aku tau kalo kita ngga sendiri..." Chika menghela napasnya, matanya kini memandang langit-langit kamar, "Suatu saat nanti.. kita pasti nemuin tempat yang bisa bikin kita nyaman, mungkin bukan disini, mungkin tempatnya jauh, aku sendiri masih ngga tau sih, tapi sampai kita nemuin tempat itu, aku mau kita selalu sama-sama ra.. Apapun yang terjadi diperjalanan nanti.." Lanjut Chika sambil mempererat pelukannya

Sementara itu diluar sana kelipan air hujan yang terkena sinar mentari semakin sedikit, beberapa diantara mereka menguap kembali menjadi awan, dan yang lainnya terjatuh ketanah dari ujung rumput seakan ikut mengerti kesedihan, keluh kesah, kebingungan dan kegelisahan dalam hati mereka berdua pagi itu.

After GoPlay [ChikAra]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang