06⚪Pilihan dadakan

29 18 17
                                    

(Hidup itu pilihan yang harus kamu pilih)

¤¤¤

      SELEPAS pulang dari kedai boba, Atha langsung merebahkan tubuhnya lalu mengusap wajahnya kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SELEPAS pulang dari kedai boba, Atha langsung merebahkan tubuhnya lalu mengusap wajahnya kasar.

Semua orang kehilangan sosok Aksa, tapi tidak ada yang tahu sesakit apa perasaan Atha saat mendengar kabar Aksa dari kakaknya sendiri saat itu.

Drtttt

Arsa ◜‿◝
|Hai tha, lagi ngapain?
|Basi banget ya pertanyaan gue wkwk
19.40

Atha terdiam sebentar dia jadi teringat dengan ibu Arsa, hanya ada satu pertanyaan di kepalanya Atha waktu itu. "Kenapa Ibunya Arsa kaget saat liat Atha?"

Apa sebelumnya dia pernah bertemu dengan ibu Arsa? Atau mungkin memang ibunya Arsa kagum dengan wajah Atha? Kalo benar seperti itu Atha jadi makin pd.

Arsa ◜‿◝
|Gue ganggu lo ya?
|Sorry, kalo gitu gue mau lanjutin tugas
19.45

Atha buru-buru menjawab pesan Arsa yang sekarang sudah off anak itu benar-benar kembali belajar, jadi Arsa menyempatkan untuk mengirimkan pesan untuk Atha saat belajar?

|Gak kok santai aja
|Gue lagi rebahan, oh iya btw semangat belajarnya
19.47

Tak ada lagi jawaban dari Arsa, sampai pada saatnya suara ketukan pintu kamar membuat Atha berjalan dengan wajah kesalnya lalu membukanya.

"Turun sebentar, Ayah katanya mau bicara sama kita." kata Darren sambil tersenyum lalu menarik lengan adiknya itu menuruni tangga.

Di ruangan tengah sudah ada Ayah juga Ibu yang sama-sama sibuk dengan ponselnya duduk berjauhan, Darren dan Atha duduk diantara keduanya yang masih fokus memainkan ponsel.

"Ayah mau bicara sebentar, dan Ayah tahu kalian sudah besar pasti mampu membuat pilihan."

Darren dan Atha saling tatap seolah saling melempar tanya satu sama lain, maksud dari pilihan disini itu apa sebenarnya?

"Kita akan pisah, pilih ikut dengan saya atau dia." itu Ibu yang berbicara dengan wajah juteknya yang fokus pada ponsel tak mau melihat wajah kedua anaknya.

Atha berdiri dari duduknya lalu berlari menuju kamarnya dengan air mata yang tak kuat ia tahan lagi. Darren langsung mengejarnya namun sayang saat dia ingin ikut masuk kedalam, Atha menutup pintu kamarnya bahkan membantingnya.

"Atha buka dulu." Darren memohon di depan pintu yang tertutup rapat itu, hanya isakan tangis yang bisa ia dengarkan.

Pintu tak kunjung terbuka membuat Darren menyerah, mungkin Atha butuh waktu untuk sendiri.

Atha mengambil jaketnya juga ponsel kesayangannya lalu turun lewat jendela, malam ini dia ingin sendiri keluar dari rumah tanpa ditemani siapa pun.

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang