09⚪ Tuduhan

20 15 14
                                    


¤¤

       SUDAH satu jam Atha dan Leon menunggu sosok Haris yang tak kunjung datang menemuinya, entah pergi kemana anak itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SUDAH satu jam Atha dan Leon menunggu sosok Haris yang tak kunjung datang menemuinya, entah pergi kemana anak itu.

Leon sudah menguap kesekian kalinya, sebenarnya jika bukan karena Atha pasti sejak tadi Leon sudah rebahan sambil ngemil.

"Lama ya nunggu?" Haris datang membawa tong sampah lalu menyimpan nya di dekat pohon mangga, kemudian ia mendekati kedua temannya.

"Abis darimana sih?" Tanya Leon menatap Haris dengan wajah mengantuk nya.

Lelaki berkulit sawo matang itu memanyunkan bibirnya sambil memakai helm. "Tadi gue di hukum sama Pak Tendi anjir! Lo tau kan kalo Pak Tendi sering ngomel pakek bahasa Thailand? Gila pala gue pusing."

Pak Tendi guru honorer itu memang sering sekali mengomel dengan bahasa Thailand, kata orang-orang Pak Tendi punya darah asli Thailand.

"Lagian lo aneh-aneh aja, udah tahu pak Tendi galak masih aja dijahili." kata Atha menahan tawanya, melihat wajah Haris yang kecapean membuatnya tak tega untuk tertawa.

"Jadi gak? Di kedai Bang Joni ya?"

Leon menggeleng tak setuju lalu menjawab, "gak ada duit gue, Ris." Sengaja Leon menjawab seperti ini agar Haris tidak meminta untuk mentraktirnya.

"Halah, tinggal duduk aja gak usah beli kopi." Sahut Haris enteng, dia biasanya datang ke kedai Bang Joni hanya untuk numpang Wi-Fi.

"Suka lupa gue kalo temenan sama orang gak tahu diri." Sindir Atha menggelengkan kepalanya lalu duduk di boncengan Leon.

Ketiganya berangkat menuju kedai kopi milik Bang Joni, hanya memerlukan waktu kurang lebih 20 menit untuk sampai.

Kedai hari ini tampak begitu ramai, Bang Joni juga terlihat sibuk melayani para pelanggannya. Ketiganya duduk di kursi paling pojok, tanpa memesan apapun hanya duduk melihat orang-orang yang meminum kopi.

"Apa yang mau kita bahas?" Tanya Atha sambil melihat kedua temannya.

"Tentang penabrak Aksa." Jawab Haris, dia yang pertamakali mengusulkan rencana ini.

"Buat apa sih, Ris? Kejadian itu udah setahun yang lalu." Leon dari awal sudah tidak setuju dengan rencana Haris untuk mencari pelakunya, tapi karena terpaksa dia tetap ikut.

Haris menatap Leon, tatapannya tampak serius tidak seperti biasanya. "Aksa sahabat kita, tapi kita gak tahu siapa orang yang buat dia meninggal kan? Apa lo gak penasaran sama pelakunya?"

"Kalo lo penasaran sama pelakunya, kenapa gak dari dulu aja carinya? Kenapa baru sekarang?"

Senyuman miring itu terbit di bibir Haris, dia terkekeh kecil. "Dari awal lo keliatan gak setuju soal ini, apa sebenernya lo udah tahu pelakunya?"

Atha sejak tadi hanya diam menyimak perdebatan keduanya, jujur baru pertamakali nya Atha melihat keduanya saling tatap dengan sorot mata dingin.

"Oh atau bahkan lo pelakunya, Leon?"

Leon mengepalkan tangannya lalu berdiri menunjuk Haris, "jangan pernah tuduh gue tanpa bukti, gue gak suka!"

Selepas mengatakan itu Leon mengambil kuncinya di meja lalu pergi meninggalkan Atha dan Haris.

"Ris, lo gak perlu segitunya." Ucap Atha menatap kepergian Leon.

"Sorry, gue gak bermaksud untuk tuduh Leon gue cuma kebawa emosi." Haris mengusap wajahnya, lalu kembali berkata. "Tapi marahnya Leon bikin gue curiga kalau dia tahu sesuatu."

Atha terdiam, benar kata Haris sepertinya Leon tahu sesuatu tentang ini tapi kenapa dia hanya diam saja?

▫️◽▫️◽▫️◽▫️

Lelaki bertubuh kecil itu memarkirkan motornya di sebuah cafe milik seseorang yang ia kenal di masa lalu.

Ia melepas helm nya kasar lalu melesat memasuki cafe, tadi dia sudah menghubungi temannya untuk membicarakan sesuatu yang penting disini.

Terlihat pria dengan topi hitam duduk di dekat jendela sambil meminum kopi, ia tampak melamun sampai tak sadar jika ada yang datang.

"Ada apa?" tanyanya saat melihat lelaki dengan wajah kesalnya menarik kursi dengan kasar.

"Kenapa lo datang lagi? Gue udah bilang kan, jangan pernah datang lagi!"

Pria bertopi itu terdiam sejenak lalu meminum kopi nya, menatap lawan bicaranya yang terlihat marah.

"Gue gak bermaksud buat ungkit masa lalu, gue kesini demi nyokap gue..."

"Sadar gak sih? Datang nya lo kesini buat kekacauan?" Mata lelaki itu menatap tajam, nada bicaranya juga sangat tegas.

Hening, hanya deruan napas yang terdengar diantara keduanya.

Pria bertopi itu tersenyum, dia bahkan tidak tahu kenapa lelaki di depannya itu marah-marah tak jelas dan mengungkit kejadian itu.

"Maaf....," kata Pria itu lirih tak berani menatap mata lelaki di depannya.

Lelaki itu tertawa hambar lalu menyahut, "maaf lo bilang? Simpan maaf lo buat nanti, gue gak butuh kata maaf dari lo."

Sebelum pergi lelaki itu berbicara lagi dengan nada dingin. "Jauhi Atha, kalo lo gak mau ketahuan dan di benci semua orang."

"Tapi-"

"Jangan kelihatan menonjol kalo gak mau di curigai, terakhir jangan terlalu akrab sama gue."

Lelaki itu pergi meninggalkan beribu-ribu tanya dalam otak Pria bertopi yang masih duduk di sana.

Padahal kembalinya dia kesini untuk berdamai dengan masa lalu tapi kenapa jadi seperti ini?

Lelaki itu, lelaki yang tahu perbuatan dia di masa lalu.

Lelaki itu, lelaki yang tahu perbuatan dia di masa lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Egk tau ku bingung kudu nulis apa lagi.

Jadi, menurut kalian siapa dua orang itu?

MONOKROM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang