Halow udah lama banget kayaknya ya?
ps: part acak jadi mohon untuk baca sesuai part, thanks <3
HUJAN tak kunjung reda, dingin menguasai cuaca malam ini. Leon membuka pintu kamar dengan pelan, lalu berjalan untuk menyalakan lampu kamar.Semenjak kejadian dua hari yang lalu di rumah sakit, Leon hanya berdiam diri di rumah dan tak keluar sama sekali.
Leon saat ini butuh waktu untuk sendiri, merenungkan kembali semua kesalahannya satu tahun yang lalu.
“Lo bener, Sa. Gue bego, gue cuma manusia yang gampang marah dan gak pernah mau kalah.” Leon tersenyum masam lalu membuka jendela kamar membuat udara dingin masuk tanpa permisi.
“Gue harus gimana? Apa yang harus gue lakuin biar lo gak marah dan maafin gue?”
“JAWAB GUE AKSA!! JANGAN SIKSA GUE!!”
Dia benar-benar bisa gila sendirian disini, menanggung semua lukanya tak membiarkan orang lain tahu apa yang terjadi padanya.
Hujan semakin membesar seakan ikut serta dalam luka yang dirasakan Leon malam ini, petir juga sesekali terdengar tapi Leon sungguh tak perduli.
Dia lelah, ingin rasanya menyerah tapi bagaimana dengan janjinya pada Aksa? Leon terduduk dengan air mata yang ia tahan sejak tadi, sudah dua hari dan ini yang dilakukan Leon.
Marah, kecewa, lalu menangis seperti orang gila.
“Maaf . . .” lirihnya dengan suara parau, dadanya semakin sesak bukan main apalagi saat otaknya mulai menjalankan sebuah ingatan tentang pertemuan terakhirnya dengan Aksa.
“Le, gue nyerah aja ya? Sakit tau.”
Leon menggeleng tak setuju lalu menatap tajam manik hitam itu, “jangan ngomong gitu! Lo pasti bisa bertahan Aksa.”
Lelaki dengan luka di sekujur tubuhnya itu terkekeh kecil lalu menggeleng pelan, ia tersenyum begitu indah senyum manis yang tidak dimiliki oleh siapapun kecuali dia.“Jangan nangis, lo jelek kalo nangis. Gue gapapa, plis biarin gue pergi ya? Gue gak sanggup lagi buat tahan semuanya.”
Bukannya menjawab, Leon malah semakin menangis mengeratkan genggaman tangannya pada lengan Aksa yang sudah dipenuhi oleh selang infus.
“Le, sebagian orang selalu menyalahkan takdir yang di terimanya tapi dia lupa bahwa hidup seperti sebuah cerita, ketika kita dihadapkan pada sebuah konfliknya kita harus siap untuk menerimanya dan saat kita sampai di puncak konfliknya kita harus tetap bertahan, kenapa? Karena cerita kita belum usai sampai disitu.”
Aksa tersenyum lalu menghela napasnya yang perlahan terkuras habis, dengan dada sesak ia kembali berkata. “Dan sekarang cerita gue udah sampai di endingnya, dan lo tau kan apa yang harus gue lakukan? Iya, gue harus tetap menerimanya meskipun gue tahu endingnya gak bahagia tapi gapapa setidaknya peran gue telah usai sampai disini, jangan salahkan penulisnya karena menulis garis takdir yang gue terima.”
“Tapi berterima kasihlah karena setidaknya dia gak menggantung cerita ini lalu mengabaikannya, Tuhan sayang sama gue makanya cerita gue ditulis sampai sini aja gak ada lagi chapter tambahan.”
Setelah selesai dengan kata-kata panjangnya itu Aksa terdiam masih berusaha untuk bertahan, lalu pintu terbuka menampakkan sosok Darren disana dia mendekat menghampiri Leon yang terduduk dibawah masih dengan tangisannya.
Darren berusaha kuat untuk membangunkan Leon, lalu pintu kembali terbuka disana ada Haris yang berdiri dengan air matanya.
“Peran gue udah selesai disini, maaf kalo peran gue mungkin jadi tokoh antagonis di cerita kalian.” Aksa masih sempat tersenyum lalu perlahan matanya tertutup dengan sempurna bersamaan dengan teriakan Leon.
“GAK! PULANG AKSA PULANG!! JANGAN SELESAIKAN SEMUANYA!!”
Leon menangis sekeras-kerasnya bersamaan dengan suara hujan deras yang masih mengguyur kota Bandung malam ini.
Dia benar-benar belum bisa melepaskan dengan baik kepergian Aksa, semua orang tidak ada yang tahu seberapa hancurnya Leon saat Aksa pergi.
Mereka hanya tahu bahwa Leon tidak begitu peduli dengan semuanya.
🕸️🕸️
Pria yang memakai hoodie abu itu tersenyum saat seseorang yang ia tunggu datang juga.
“Langsung ke inti, gue males ketemu lo.”
“Lo baik-baik aja kan?”
“Ck, gue bilang kan langsung ke inti!” sentak lelaki itu, dia tidak mau berlama-lama dengan pria dihadapannya ini.
“Oke, gue mau bantu lo.”
Lelaki itu tersenyum kecut lalu menatap tajam sosok dihadapannya. “Bantu apa, hah?! Gara-gara lo balik kesini semuanya berantakan! Terus lo bilang mau bantu?!”
“Selesaikan semuanya, biar lo gak terlibat lagi,” jawab pria itu dengan tenang, bahkan tatapan tak menandakan bahwa dia marah.
Tawa sinis terdengar dari lelaki berbaju hitam itu, entah apa yang lucu tapi pria itu ikut tertawa kecil.
“Gak perlu, lo gak usah sok belain gue. Mau disebut pahlawan lo?! Mau bikin gue berhutang budi sama lo?! Gue gak butuh.”
“Kali ini aja, anggap ini sebagai permintaan maaf dari gue atas semuanya.”
“PERMINTAAN MAAF LO BILANG?! LO LUPA YA? KALO SAMPAI KAPANPUN GUE GAK AKAN PERNAH MAAFKAN KESALAHAN LO ANJING!”
BUGH
Pukulan keras ia layangkan pada pria itu sampai terjatuh dari kursinya, semua pengunjung caffe panik langsung menarik lelaki itu agar tidak melanjutkan aksinya.
“DENGER YA BANGSAT! LO, LO TOKOH ANTAGONIS DALAM CERITA AKSA BAHKAN SEMUA ORANG!” katanya emosi, kembali melayangkan pukulan membabi buta.
BUGH
BUGH
Para pengunjung panik karena keributan ini, ada yang sebagian ikut memisahkan ada juga yang memilih diam atau pergi dari sini.
“LEPASIN GUE! DIA HARUS GUE HABISIN!!” Dia memberontak sambil menunjuk-nunjuk pria itu yang dibantu berdiri oleh para pegawai disini.
“Maaf . . .” ucap pria itu lirih karena bibirnya sangat perih jika digerakkan.
“INGET INI! GUE BENCI SAMA LO, DASAR PEMBUNUH!!”
Setelah mengucapkan perkataannya dengan nada tinggi dia pergi tanpa permisi lagi, meninggalkan pria itu sendirian dengan rasa sakit yang ia rasakan di dalam hati juga wajahnya.
“Maaf gue emang salah dan gue minta maaf...”
foto yg paling atas ke buka gak sie? ngeselin banget ni wp :(menurut kalian siapa dua orang yang ribut di cafe?
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOKROM
FanfictionFt • Na jaemin Melupakan seseorang itu susah bukan? Apalagi sosok itu tidak akan pernah bisa kembali lagi, Atha selalu berusaha untuk melupakan kejadian itu tapi rasanya masih ada yang mengganjal dari kematian Aksa setahun yang lalu. Mengungkap siap...