ps. chapter acak jadi mohon untuk membaca sesuai part ya <3
PAGI ini sekolah cukup di hebohkan dengan kabar pulang lebih awal entah apa alasannya Haris tidak begitu peduli yang penting dia bisa pulang sekarang.Haris melangkahkan kakinya menuju kelas 12 IPA 1 untuk mengajak Arsa, keduanya sudah janjian akan mencari informasi tentang pelaku itu.
“KIW NAK ANJING!”
Lelaki berkacamata itu mendengus kesal lalu memukul lengan Haris keras, padahal Arsa menyuruh agar menunggunya di parkiran saja tapi Haris ngotot ingin datang ke kelasnya.
“Galak bener lo sama gue, btw jadi kan ya?” tanya Haris, tangannya masih mengusap-usap pukulan yang dia dapatkan dari Arsa.
Arsa mengangguk sebagai jawaban sambil memainkan kunci motornya tak memperdulikan ocehan Haris di sampingnya itu.
“Atha gak lo ajak?” Haris menggeleng lalu menjawab, “gak deh kasian gue, lagian gue kan niatnya ngajak lo doang nanti kalo udah dapet info baru deh kasih tau Atha.”
Keduanya sampai di parkiran lalu segera mengendarai motor masing-masing keluar dari kawasan sekolah, mereka berdua berniat menuju kedai Bang Joni menunggu kedatangan Luky yang akan membantu juga.
Mungkin karena masih pagi kedai sepi hanya segelintir orang saja yang ada disini termasuk Haris dan Arsa yang sedang menunggu sosok Luky untuk meminta bantuan.
"HALO BESTIE!!" seruan itu membuat keduanya menoleh, mendapatkan sosok Luky disana dengan senyum konyolnya itu.
Lelaki itu mendudukkan tubuhnya lalu menatap dua orang yang lebih muda darinya, "jadinya gimana?"
Haris mencondongkan badannya sedikit berbisik, "gimana? lo jadi bantuin kita kan, Bang?" tanyanya menatap Luky penuh harap.
"Gue harus bantu apa?"
"Cari pelakunya mungkin? gue juga bingung sendiri," jawab Haris sambil menghela nafasnya. "Gimana kalo kita lapor polisi aja?"
Arsa yang daritadi hanya menyimak menggeleng tak setuju lalu menyahut, "jangan deh, nanti masalahnya makin rumit."
"Bener tuh, jangan bawa-bawa polisi sebelum kita tau pelakunya." Luky menyetujui ucapan Arsa yang duduk didepannya, ia juga malas jika harus berurusan dengan polisi.
Haris mendengus kesal, padahal kan pelakunya sudah jelas di depan mata lalu kenapa tidak ada yang mempercayainya? Apa buktinya belum cukup bahwa Leon adalah pelakunya?
"Ya terus mau gimana? Gue buntu nih," curhatnya pada Luky dan Arsa, jujur saja jika pagi-pagi seperti ini otaknya sangat susah untuk di ajak kerjasama.
Tiba-tiba saja Luky menjentikkan jarinya, "gimana kalo kita datang ke rumah sakit terakhir kalinya Aksa dirawat?" usulnya dengan mata berbinar.
"Lo yakin? Masalahnya, kan kejadian itu udah setahun yang lalu," kata Haris ragu dengan usulan Luky, karena mungkin saja orang-orang disana tidak ada yang mengenal Aksa bukan?
Luky mencibir dalam hati, ini Haris sedang menyindir dirinya sendiri ya?
"Guys menurut gue juga mending ikutin aja kata si Luky deh, because kali aja kan emang bisa ketemu." Tiba-tiba saja Bang Joni ikut nimbrung dengan nampan kosong ditangannya.
Akhirnya Haris pasrah dan mengikuti perkataan Luky, mengunjungi rumah sakit.
🐾🐾
Ketiga remaja itu kini berjalan di koridor rumah sakit yang ramai, tadi Luky sudah menghubungi dokter yang dulu menangani Aksa dan syukurnya jadwal sang dokter siang ini tidak sibuk.
Luky mengetuk pintu itu dengan pelan, Haris dibelakangnya jadi deg-degan sendiri entahlah mungkin karena sebentar lagi dia akan mendapatkan kabar baik?
Pintu terbuka, sosok pria yang hanya berbeda beberapa tahun dari mereka tersenyum manis, Dr. Jeffry.
Dr. Jeffry mempersilahkan ketiganya untuk duduk berhadapan dengannya, dia menunggu pertanyaan apa saja yang akan ditanyakan ketiganya.
"Dok, beneran kan kalo dokter kenal sama Aksara Dewangga yang dulu kecelakaan setahun yang lalu?" tanya Haris menggebu-gebu ingin tahu, ia tak sabaran dengan informasi dari Dr. Jeffry di depannya.
"Iya saya mengenalnya, ada yang bisa saya bantu?"
Haris yang hendak kembali menjawab langsung disela begitu saja oleh Luky, "Dok, apa dokter tau siapa pelakunya? maksudnya orang yang tabrak Aksa saat itu?"
Dokter tampan itu berpikir sebentar mengingat kejadian apa saja yang terjadi saat itu, lalu dia menggeleng pelan. "Saya tidak tahu, karena saat itu yang saya urusi hanya keadaan pasien bukan pelakunya."
Ketiganya menghembuskan napas kecewa, sia-sia dong mereka kesini jika tak mendapatkan apapun?
"Oh ya, apa dokter melihat gerak-gerik aneh dari seseorang?" tanya Haris, sang Dokter menggeleng tak tahu.
"Kalo boleh tau, siapa aja yang sering temenin Aksa selain kita?" tanya Luky menunjuk dirinya dan Haris, Arsa tentu saja tidak karena anak itu tidak tahu sama sekali.
"Ada dua orang," jawab Dokter itu mengingat jelas orang-orang yang selalu ada di samping Aksa.
Haris jadi menegakkan tubuhnya penasaran dengan dua orang yang disebutkan oleh dokter Jeffry.
"Darren, dan saya tidak tahu nama laki-laki satunya," ujar Dokter Jeffry, otaknya sudah berusaha keras untuk mengingat siapa nama orang yang sering bersama Darren.
"Ciri-cirinya, Dok?" Arsa yang tadinya diam saja kini ikut penasaran dengan orang itu.
"Tubuhnya lebih kecil, wajahnya tampan dan senyumannya manis, dia terlihat begitu dekat dengan Aksa."
Ketiganya jadi terdiam mencari-cari sosok tersebut, hingga satu nama terlintas di otak mereka.
Dengan segera Luky berterimakasih dan pamit undur diri bersama Haris dan Arsa, saat sudah keluar dari ruangan itu Haris langsung berseru senang pasalnya tebakan dia selama ini benar.
"Kan udah gue bilang, kalo pelakunya itu Leon!"
Luky dan Arsa hanya diam saja, mereka tidak menyangka jika memang Leon setega itu pada Aksa.
Jadi gimana nih? udah percaya 100% sama bukti dari Haris atau punya dugaan lain??btw janlup vote ya, kalo bisa ajak yang lain biar saling tebak-tebakan siapa pembunuhnya wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOKROM
FanfictionFt • Na jaemin Melupakan seseorang itu susah bukan? Apalagi sosok itu tidak akan pernah bisa kembali lagi, Atha selalu berusaha untuk melupakan kejadian itu tapi rasanya masih ada yang mengganjal dari kematian Aksa setahun yang lalu. Mengungkap siap...